BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

ARIS SETYADI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia atau susu dari hewan seperti susu sapi. Makanan atau nutrisi yang sehat pada bayi yang memenuhi kualitas dan kuantitas yang memadai, yaitu air susu ibu (ASI). Kebutuhan nutrisi bayi 0-6 bulan yang paling utama yaitu dengan memberikan ASI, karena komposisinya sesuai dengan jumlah nutrisi yang dibutuhkan bayi (Hidayat, 2009). ASI merupakan nutrisi yang paling tepat diberikan pada bayi baru lahir sampai umur 6 bulan karena pada masa tersebut organ pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI. ASI merupakan susu segar dan steril yang diproduksi langsung oleh ibu dan dapat mengurangi gangguan gastrointestinal dibandingkan dengan minuman atau makanan lain jika diminum oleh bayi. ASI juga mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi, antibodi serta anti inflamasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi. Pemberian ASI sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan tanpa pemberian makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi serta melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (Kementerian Kesehatan RI, 2010). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktosa dan garam-garam organik

dengan komposisi lengkap dan sangat berguna sebagai makanan bayi. (Bobak dkk, 2004). ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi berumur enam bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus buah, air gula, dan madu. Vitamin, mineral, maupun obat dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk dalam makanan tambahan (Dee, 2007; Pearl et all, 2004 dalam Pertiwi, 2012). Pemberian ASI Ekslusif ditujukan pada bayi berumur nol sampai enam bulan tanpa makanan ataupun minuman tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, ataupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Bahkan air putih pun tidak diberikan dalam tahap ASI Eksklusif ini (Kodrat,2010). Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, terutama pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menyerang seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Linkages, 2002). Pentingnya pemberian ASI Eksklusif adalah karena ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Unsur ini mencakup hidrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang proporsional (Purwanti, 2004). Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya ASI Eksklusif merupakan program prioritas pemerintah, karena manfaatnya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 33 tahun 2012 juga menjelaskan kewajiban bagi setiap ibu untuk memberikan ASI Eksklusif. Program ini berkaitan dengan Deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80 % pada tahun 2000. Salah satu kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi Kesejahteraan Anak tahun 1990 adalah semua keluarga mengetahui pentingnya mendukung wanita memberikan ASI saja untuk 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak. Untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai dengan berumur 4 bulan. Pemberian ASI Eksklusif secara teratur sekitar enam bulan pertama kelahiran akan berdampak sangat positif bagi tumbuh kembang bayi baik secara fisik maupun emosional. Bayi akan tumbuh lebih sehat dengan sistem kekebalan tubuh yang sempurna dari air susu ibu (ASI) karena ASI mampu memberi perlindungan yang sempurna bagi bayi yang baru lahir. Menurut UNICEF seorang anak yang diberikan ASI memiliki kesempatan untuk bertahan hidup tiga kali

lebih besar dibanding temannya yang tidak mendapatkan ASI. Peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung pada kesehatan ibu terutama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui (Zainuddin, 2008 dalam Jafar, 2011). ASI juga dapat meningkatkan Intelegensi Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) anak. Menyusui juga dapat menciptakan ikatan psikologi dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi, mencegah perdarahan setelah melahirkan, mempercepat mengecilnya rahim (Ida, 2009 dalam Arasta, 2010). Diperkirakan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia termasuk 22% nyawa yang melayang setelah kelahiran (Bobak, 2004). Setiap tahun di dunia ada sekitar 4 juta bayi meninggal karena penyakit infeksi terkait dengan perilaku ibu yang tidak memberikan kolostrum dan air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi. Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu program untuk menurunkan angka kematian neonatal (Morhason-Bello et al., 2009). Pemberian ASI tengah merosot hampir di berbagai penjuru dunia. Hal ini karena perilaku ibu yang mengesampingkan manfaat gizi dan imunologi ASI terhadap ibu dan bayinya. Pemberian ASI Eksklusif sendiri tidak dapat berjalan baik jika tidak diimbangi dengan perilaku ibu. Di samping perilaku ibu, juga banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI dan lamanya menyusui, di antaranya: faktor budaya, lingkungan hidup (perkotaan atau pedesaan), pendidikan ibu, dan perilaku ibu (Dodgson et al., 2003). Faktor sosial ekonomi juga menentukan

keyakinan dan sikap, serta praktik ibu dalam memberikan ASI. Seorang ibu, untuk memutuskan memberikan ASI pada bayinya, juga dipengaruhi oleh sikap dan dukungan suami, anggota keluarga serta lingkungan sekitar (WHO, 1998). Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 pemberian ASI Eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Padahal, setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI Eksklusif (Amiruddin, 2006). Data tentang pemberian ASI Eksklusif yang dilaksanakan oleh Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyatakan bahwa sebesar 32% bayi di bawah 6 (enam) bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif. Perbandingan dengan SDKI tahun 2010, jumlah bayi di bawah enam bulan yang mendapat ASI Eksklusif mengalami peningkatan sebesar 6,4% menjadi 38,4%. Target ASI Eksklusif bayi 0-6 bulan yang ditetapkan sebesar 80%, namun angka pencapaiannya masih sangat jauh dari target tersebut, sedangkan pemberian susu formula sebagai makanan pendamping ASI mencapai 85,8%. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI Eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati & Syafiq, 2010). Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI Eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan

berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI Eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Hasil telaah artikel tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal, dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan (Fikawati & Syafiq, 2010). Berdasarkan data WHO tahun 2012, ASI Eksklusif masih rendah untuk negara berkembang dan negara miskin termasuk Indonesia. Proses pemberian air susu ibu (ASI) dapat mengalami penurunan bahkan penghentian dengan alasan produksi ASI berhenti. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, budaya, faktor ekonomi, faktor psikologis (dukungan keluarga), faktor fisik ibu, faktor perilaku, faktor tenaga kesehatan (Soetjiningsih, 2003). Alasan utama ibu tidak memberi ASI Eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif, kurangnya dukungan keluarga, rendahnya pendapatan keluarga sehingga kurang mampu membeli makanan bergizi menyebabkan produksi ASI berkurang, adanya norma kebiasaan ditengah masyarakat dimana setelah bayi lahir, bayi wajib diberi makanan/ minuman berupa madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula sejak dini. Adanya kebiasaan orang tua dan keluarga menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula. Alasan lainnya sehingga ibu tidak memberi ASI Eksklusif adalah karena masih ada kepercayaan bahwa menyusui dapat merusak payudara dan adanya kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama (Afifah, 2007). Hal yang sama juga dikemukakan

oleh Damayanti (2010) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan ibu, motivasi ibu, kampanye ASI Eksklusif, fasilitas pelayanan kesehatan, peranan petugas kesehatan, peranan penolong persalinan, peranan atau dukungan keluarga, kebiasaan yang keliru, promosi susu formula, kesehatan ibu dan anak dan pekerjaan ibu (Afifah, 2007). Berdasarkan hasil penelitian Judarwanto (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI adalah faktor pengetahuan dan pekerjaan, dimana kurangnya ibu tentang ASI Eksklusif menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh gencarnya promosi susu formula, seperti iklan susu formula menyebabkan mereka menghentikan pemberian ASI. Disamping itu, juga karena kesibukan kerja menyebabkan mereka menghentikan pemberian ASI Eksklusif. Kurangnya dukungan keluarga untuk menyusui bayinya serta adanya perubahan budaya yang terjadi dalam masyarakat khususnya ibu menyusui karena adanya kemajuan teknologi dan meningkatnya daya beli masyarakat merupakan faktor pendukung tercapainya pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara esklusif (Munasir, 2009). Roesli (2000) menyatakan bahwa dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan ASI Eksklusif karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (milk let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis. Dukungan suami merupakan salah satu faktor penting dalam memicu refleks oksitosin. Peran ayah atau suami sangat besar dalam mempengaruhi keadaan

emosi dan perasaan ibu, hal ini mempengaruhi refleks oksitosin sehingga produksi ASI meningkat (Adiningsih, 2004). Demikian juga halnya dengan Kecamatan Tiga panah sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Karo provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Tiga panah memiliki 22 desa salah satunya Desa Sukadame. Desa Sukadame terdiri dari 1.447 jiwa atau 418 KK dimana terdapat 64 orang ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan (BPS Kab Karo 2015). Berdasarkan hasil pra-penelitian yang dilakukan penulis diketahui bahwa pemberian ASI Eksklusif di desa Sukadame tersebut masih rendah dari 64 jumlah bayi berumur 6-12 bulan, terdiri dari 10 bayi yang diberi ASI Eksklusif dan 54 bayi tidak diberi ASI Eksklusif. Dari data tersebut pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah di desa Sukadame tersebut. Hal ini terjadi terutama karena rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif, meskipun ada yang memiliki pendidikan tinggi, tetapi bukan di bidang kesehatan. Juga karena masih terbatasnya tingkat pendapatan keluarga, serta kesibukan sehari hari dalam pekerjaannya sebagai buruh tani menyebabkan waktu mereka menjadi sangat minim bagi anak dan keluarga. Dukungan suami di desa ini juga relatif rendah terhadap istri untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Desa Sukadame, Kecamatan Tiga panah Kabupaten Karo provinsi Sumatera Utara, juga diketahui bahwa banyak ibu dengan produksi ASI yang minim akibat rendahnya pendapatan keluarga untuk membeli makanan bergizi. Bahkan masih ada penduduk di Desa Sukadame tersebut yang sudah terbiasa memberi makanan/minuman tertentu kepada bayi setiap baru lahir. Juga masih ada sebagian ibu di Desa Sukadame tersebut yang

menganut kepercayaan turun temurun bahwa menyusui dapat merusak payudara. Berdasarkan hasil pra-penelitian yang dilakukan penulis diketahui bahwa pemberian ASI Eksklusif di desa Sukadame tersebut masih rendah dari 64 jumlah bayi berumur 7-12 bulan, terdiri dari 10 bayi yang diberi ASI Eksklusif dan 54 bayi tidak diberi ASI Eksklusif. Dari data tersebut pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah di desa Sukadame. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut di atas, penulis berminat melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian ASI. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka peneliti membuat perumusan masalah: Faktor- Faktor apakah yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap rendahnya ASI 2. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap rendahnya ASI Eksklusif di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo 3. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap rendahnya ASI 4. Untuk menganalisis pengaruh pekerjaan terhadap rendahnya ASI 5. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan terhadap rendahnya ASI 6. Untuk menganalisis pengaruh faktor budaya terhadap rendahnya ASI 7. Untuk menganalisis pengaruh dukungan suami terhadap rendahnya ASI

8. Untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan IMD terhadap rendahnya ASI 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak pemerintah setempat tentang pengaruh faktor pengetahuan, ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan dukungan suami terhadap rendahnya ASI Eksklusif 2. Bagi institusi pendidikan, sebagai masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo sebagai bahan dalam menambah mata ajar yang diberikan guna memperluas wawasan, khususnya pendidikan kesehatan. 3. Bagi peneliti lanjutan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan fokus penelitian yang sama.