BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

BULAN. Oleh: J DOKTER

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

Elli Hidayati, 2 Martsa Rahmaswari. Abstrak

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

FAKTOR-FAKTOR PADA IBU BERSALIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILLIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI TAHUN 2009

PEMBERIAN FOTOTERAPI DENGAN PENURUNAN KADAR BILIRUBIN DALAM DARAH PADA BAYI BBLR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. serebelum sehingga menyebabkan keterbatasan aktivitas. 1, 2

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Bayi berat lahir nornal mempunyai potensi tumbuh kembang yang. lebih baik dibandingkan dengan berat lahir rendah.

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

Hubungan Pendidikan Kesehatan dengan Kejadian Hiperbilirubinemia di Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsi Di Ruang Bersalin BLU-RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan

FAKTOR RISIKO NEONATUS BERGOLONGAN DARAH A ATAU B DARI IBU BERGOLONGAN DARAH O TERHADAP KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian wanita yang disebabkan oleh karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

GAMBARAN CARA PERAWATAN TALI PUSAT DAN LAMA WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BAKI SUKOHARJO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakat. Angka ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian. Menurut SDKI 2012 angka kematian bayi adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Artinya, diantara 1.000 kelahiran hidup ada 32 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun. 60% bayi mati terjadi pada umur 1 bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil kesehatan DIY 2015 angka kematian neonatus berjumlah 294, meliputi Kota Yogyakarta 41, Bantul 76, Kulon Progo 33, Gunungkidul 104, dan Sleman 40. Penyebab umum kematian bayi di DIY adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) dan sepsis. Selain itu, penyebab lain kematian bayi yang sering dijumpai di DIY antara lain asfiksi pada saat lahir karena lama di jalan kelahiran, letak melintang, serta panggul sempit. 2 Kondisi bayi yang lahir dengan BBLR seringkali tidak sebaik kondisi bayi normal pada umumnya. Berbagai permasalahan dapat terjadi pada bayi dengan BBLR. BBLR memiliki risiko tinggi dalam mortalitas dan morbiditas pada neonatus. 3 Angka kematian neonatal yang disebabkan oleh BBLR di DIY Pada tahun 2012 meliputi Yogyakarta 13, Bantul 34, 1

2 Kulon Progo 17, Gunungkidul 94, dan Sleman 9 jumlah keseluruhan adalah 118, dan angka kematian BBLR yang paling banyak berada di daerah Gunungkidul.Berdasarkan data dari World Health Organizatio (WHO) pada tahun 2006 kematian bayi terjadi pada usia neonatus dengan penyebab infeksi 33%, asfiksia/trauma 28%, BBLR 24%, kelainan bawaan 10 % dan ikterus 5%. Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberepa rumah sakit pendidikan, diantaranya RSCM dengan prevelensi ikterus pada bayi baru lahir tahun 2003 sebesar 58 % untuk kadar bilirubin 5 mg/dl dan 29,3 % untuk kadar bilirubin 12 mg/dl pada minggu pertama kehidupan, RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85 % bayi sehat cukup bulan mempunyai kadar bilirubin 5 mg/dl dan 23,8% mempunyai kadar bilirubin 13 mg/dl, RS Dr.Kariadi Semarang sebesar 13,7%. Faktor risiko penyebab ikterus neonatorum di wilayah asia dan asia Tenggara yaitu inkompatibilitas ABO, defisiensi enzim G6PD, sepsis, dan BBLR. Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopi bilirubin (kernikterus ) adalah manifestasi klinis yang timbul akibat efek toksis bilirubin pada sistem saraf pusat di ganglia basalis dan beberapa nuklei batang otak. 4 Ensefalopati biliaris (Kernikterus) merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralysis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. 5

3 Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu temuan tersering pada bayi baru lahir. Pada bayi cukup bulan dan bayi prematur terjadi peningkatan hemolisis karena umur sel darah merah yang pendek pada neonatus dan pada bayi BBLR, pembentukan hepar belum sempuran sehingga menyebabkan konjugasi bilirubin inderek menjadi bilirubin direk di hepar tidak sempurna. 14 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 September 2016, dalam satu tahun terakhir yakni Januari-Desember 2015 di RSUD Wonosari terdapat 697 bayi yang dirawat di rumah sakit. Bayi dengan berat lahir rendah 41,1 %. Didalamnya terdapat 41% bayi BBLR aterm dan 59% bayi prematur. Persentase bayi hiperbilrubinemia pada BBLR 31%. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penilitian ini adalah Apakah ada hubungan usia gestasi dengan kejadian hiperbilirubinemia pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia gestasi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian hiperbilirubinemia.

4 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan usia gestasi dengan kejadian hiperbilirubinemia setelah melihat variabel luar b. Mengetahui apakah variabel luar sebagai konfounder c. Mengetahui besar risiko usia gestasi dengan kejadian hiperbilirubinemia D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap mata pelajaran yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia maupun bayi bayi dengan berat lahir rendah. b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang hiperbilirubinemia. 2. Manfaat praktis a. Sebagai tenaga kesehatan mampu mengatasi terjadinya hiperbilirubinemia melalui deteksi dini dengan berat lahir bayi. b. Sebagai tenaga kesehatan mampu melakukan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia. E. Keaslian Penelitian a. Reza, (2016) dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul Perbedaan Kejadian Ikterus Neonatorum antara Bayi Prematur dan Bayi Cukup bulan pada Bayi dengan Berat Lahir Rendah di RS. PKU

5 Muhammdiyah Surakarta. Penelitiannya merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square. Hasil penelitiannya menunjukakan terdapat perbedaan yang bermakna kejadian ikterus neonatorum anatara bayi dengan prematur lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan pada bayi dengan belar lahir rendah di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Perbedaan pokok penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian tersebut adalah subjek,waktu dan tempat penelitian. 6 b. Syajaratuddur,(2014) dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul Hubungan Usia Gestasi dan Jenis Perslainan dengan Kadar Bilirubinemia pada bayi Ikterus di RSUP NTB. Penelitiannya merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Uji statitisk yang digunakan adalah analisis univariat dan analisi bivariat. Hasil penelitiannya adalah usia getasi yang terbanyak 37 minggu (66,7%). Jenis persalinan yang terbanyak adalah tindakan (57,9%) dan kadar bilirubin yang terbanyak adalah <12 mg/dl (65,1%), terdapat hubungan yang signitifikan (p=0,013) antar usia gestasi dengan kadar bilirubin pada bayi ikterus. Dan Tidak ada hubungan yang signitifikan (p=0,562) antara jenis persalinan dengan kadar bilirubinemia pada bayi ikterus di RSUP NTB. Perbedaan pokok penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian tersebut adalah subjek, waktu, tempat penelitian dan uji statistik. 7

6 c. Hafizah, (2013) dalam karya tulisnya yang berjudul Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hiperbilirubinemia di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitiannya merupakan penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan usia gestasi, berat badan lahir dan proses persalinan dengan kejadian hiperbilirubinemia. Perbedaan pokok penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian tersebut adalah subjek, waktu dan tempat penelitian. 5