pernyataan singkat tentang hasil penelitian sedangkan saran berisikan hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian. 8.1.

dokumen-dokumen yang mirip
memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

PENGANTAR. Pekanbaru, Desember2009. Tim Peneliti

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan

GAMBARAN UMUM PETANI KARET RAKYAT DAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

TOR WORKSHOP. Kerjasama:

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai kasus

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

Pengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah)

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

I. PENDAHULUAN. Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manaat serta sumbangan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang


I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

Sebagian besar hutan rawa gambut di Indonesia mengalami penyusutan. Hutan rawa gambut di Riau tersebar pada lima bentang alam yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

Transkripsi:

BAB VIII. KE SIMPU LAN DAN SARAN BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan pernyataan singkat tentang hasil penelitian sedangkan saran berisikan hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian. 8.1. Kesimpulan Secara garis besar, berdasarkan tujuan penelitian dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1. Kebun Karet Rakyat di Desa Temiang awalnya merupakan pembukaan dari lahan hutan. Pembukaan lahan hutan untuk kebun lazim dilakukan ketika masih banyak lahan hutan tanpa pemilik yang bisa dimanfaatkan. Pembukaan lahan dilakukan secara sendiri-sendiri dan ada pula secara berkelompok. Kegiatan pembukaan lahan diawali dengan penebangan, kemudian pembakaran lahan. Kegiatan pembakaran lahan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat ilaran api dan menumpuk beberapa batang pohon yang telah kering. Teknik yang dipakai dalam kegiatan pembakaran efektif dalam mencegah api agar tidak merambat ke areal lainnya. Kegiatan menanam padi terlebih dahulu pada lahan karet yang akan ditanam merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh petani karet Desa Temiang. Kebun karet yang diusahakan sebagian besar merupakan kebun yang dimiliki dan diusahakan oleh petani karet itu sendiri dan sebagian kecil merupakan kebun yang 174

175 diusahakan dengan sistem bagi hasil. Pengelolaan kebun karet sebagian besar dilakukan dengan tenaga sendiri, mulai dari pembukaan lahan, pemeliharaan, hingga pemanenan. Karet yang dikelola oleh masyarakat Desa Temiang masih mengikuti cara turun temurun. Karet merupakan tanaman yang disukai oleh petani karet karena mudah dalam perawatannya. Pohon karet dapat dipanen pada umur 5 sampai dengan 10 tahun. Kegiatan penyadapan getah dilakukan pada pagi hari, pukul 05.30-12.00 wib. Kegiatan penyadapan karet hanya dilakukan ketika tidak turun hujan. Tidak terdapat lembaga koperasi desa yang menampung hasil karet. Sebagian besar petani karet masih memiliki keinginan untuk memiliki sebagian kawasan Area Inti Cagar Biosfer untuk dijadikan kebun karet. Pembakaran terkendali dalam kegiatan pembukan lahan baik dalam pencegahan kebakaran hutan. Berdasarkan selisih angka rata-rata luas kebun karet saat penelitian (1,9 ha/ keluarga) dengan rata-rata luas kebun karet yang diharapkan petani karet (3,37 ha/ keluarga) serta kemungkinan anak-anak dari petani karet juga akan membuka lahan karet pada saat mereka dewasa (rata-rata 2 anak per keluarga), maka potensi kerusakan Area Inti Cagar Biofer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebesar 1108,35 ha atau 2 kali luas Desa Temiang saat ini. 2. Karet sangat erat hubungannya dengan masyarakat Desa Temiang karena merupakan salah satu sumber penghidupan bagi masyarakat. Rata-rata penghasilan getah karet dari petani karet perbulannya adalah 137 kg dan ratarata per ha adalah 71 kg. Rata-rata penghasilan kotor petani karet adalah Rp. 1.370.889/ bulan. Rata-ratanya penghasilan bersih petani karet adalah Rp.

176 1.153.665. Rata-rata penghasilan lateks petani karet per ha adalah Rp. 573.523. Berdasarkan dari penghasilan bersih, 30% petani karet penghasilannya di atas Upah Minimum Propinsi (UMP) Riau tahun 2012, sedangkan 70% lainnya berada di bawah UMP. Bila penghasilan petani hanya dari karet saja, dibandingkan dengan standar kemiskinan Bank Dunia, maka 70% petani karet berada pada tingkat kemiskinan absolut, 20% petani karet berada pada tingkat kemiskinan menengah dan 10% petani karet berada di atas garis kemiskinan, sedangkan dibandingkan dengan Index kemiskinan Sajogyo maka 36,7% petani karet termasuk kategori melarat, 16,6% petani karet termasuk kategori sangat miskin, 10% petani karet termasuk kategori miskin dan 36,7% petani karet berada di atas garis kemiskinan. Keberadaan tingkat pendapatan sebagian besar petani karet yang berada dibawah garis kemiskinan berpotensi menimbulkan aktivitas mencari penghidupan yang dapat merusak Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Kebun Karet Rakyat di Desa Temiang berpotensi menjadi tanaman penyimpan karbon dalam program REDD yang dapat menambah penghasilan petani karet. Potensi karbon pada tanaman karet umur 25 tahun di Desa Temiang, berdasarkan data sekunder tentang berat karbon kebun karet/ ha, luas kebun karet serta asumsi harga penyerapan CO 2 adalah 17.398 t C yang setara dengan penyerapan 63.851 t CO 2 e dan nominal $280.946.. 3. Pengukuran index diversitas di lokasi kebun karet menunjukkan bahwa pada tingkat pertumbuhan pohon, tiang dan pancang berada pada index diversitas yang rendah, sedangkan pada tingkat semai terdapat 55,6% lokasi yang

177 memilki index diversitas sedang dan 44,4 % lokasi dengan index diversitas yang rendah, sementara itu pada tingkat tumbuhan bawah terdapat 22,2% lokasi dengan index diversitas sedang dan 77,8% lokasi memiliki index diversitas rendah. Hasil uji The Mann-Whitney U Test adalah : tidak terdapat perbedaan yang signifikan disetiap tingkat pertumbuhan tanaman antara kebun karet yang wilayahnya dekat dengan yang wilayahnya jauh dari Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit-Batu. Peningkatan biodiversity secara merata dapat dilakukan pada setiap lokasi kebun karet terutama untuk tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah. 8.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, dalam rangka penguatan kebun karet rakyat sebagai fungsi penyangga Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan program peningkatan pendapatan kebun karet rakyat dengan cara intensifikasi pengelolaan kebun karet dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga semua kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi agar nantinya tidak ada lagi keinginan masyarakat untuk merambah kawasan karena desakan ekonomi yang pada akhirnya bentuk pengelolaan lahan berupa kebun karet dapat terus dipertahankan dalam rangka menunjang ekonomi masyarakat dan juga ekologi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.

178 2. Perlu dilakukan pencegahan terhadap keinginan masyarakat untuk pengembangan kebun karet di Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu melalui pendekatan persuasif dan intensif dengan cara menggali lebih dalam penyebab utama keinginan tersebut sehingga ditemukan solusi yang baik dalam penyelesaiannya yang pada akhirnya dapat mendorong inisiatif yang partisipatif dari masyarakat untuk menjaga area inti Cagar Biosfer tersebut. 3. Perlu dilakukan usaha untuk mempertahankan sistem pembakaran terkendali yang sudah ada pada pengelolaan kebun karet rakyat di Desa Temiang dan juga perlu dilakukan usaha meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan kebakaran dan bentuk-bentuk pengelolaan lahan dengan pembakaran minimal ataupun tanpa pembakaran sama sekali yang di dukung pengadaan sarana prasarana penunjangnya. 4. Perlu dilakukan usaha untuk mengembangkan sistem agroforestri agar pemanfaatan lahan pada kebun karet menjadi maksimal yang pada akhirnya juga akan memberikan manfaat yang banyak bagi pekebun karet, di samping mendapatkan hasil berupa lateks, juga mendapatkan hasil dari tanaman campuran yang dipakai dalam kegiatan agroforestri tersebut.