BAB VIII. KE SIMPU LAN DAN SARAN BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan pernyataan singkat tentang hasil penelitian sedangkan saran berisikan hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian. 8.1. Kesimpulan Secara garis besar, berdasarkan tujuan penelitian dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1. Kebun Karet Rakyat di Desa Temiang awalnya merupakan pembukaan dari lahan hutan. Pembukaan lahan hutan untuk kebun lazim dilakukan ketika masih banyak lahan hutan tanpa pemilik yang bisa dimanfaatkan. Pembukaan lahan dilakukan secara sendiri-sendiri dan ada pula secara berkelompok. Kegiatan pembukaan lahan diawali dengan penebangan, kemudian pembakaran lahan. Kegiatan pembakaran lahan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat ilaran api dan menumpuk beberapa batang pohon yang telah kering. Teknik yang dipakai dalam kegiatan pembakaran efektif dalam mencegah api agar tidak merambat ke areal lainnya. Kegiatan menanam padi terlebih dahulu pada lahan karet yang akan ditanam merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh petani karet Desa Temiang. Kebun karet yang diusahakan sebagian besar merupakan kebun yang dimiliki dan diusahakan oleh petani karet itu sendiri dan sebagian kecil merupakan kebun yang 174
175 diusahakan dengan sistem bagi hasil. Pengelolaan kebun karet sebagian besar dilakukan dengan tenaga sendiri, mulai dari pembukaan lahan, pemeliharaan, hingga pemanenan. Karet yang dikelola oleh masyarakat Desa Temiang masih mengikuti cara turun temurun. Karet merupakan tanaman yang disukai oleh petani karet karena mudah dalam perawatannya. Pohon karet dapat dipanen pada umur 5 sampai dengan 10 tahun. Kegiatan penyadapan getah dilakukan pada pagi hari, pukul 05.30-12.00 wib. Kegiatan penyadapan karet hanya dilakukan ketika tidak turun hujan. Tidak terdapat lembaga koperasi desa yang menampung hasil karet. Sebagian besar petani karet masih memiliki keinginan untuk memiliki sebagian kawasan Area Inti Cagar Biosfer untuk dijadikan kebun karet. Pembakaran terkendali dalam kegiatan pembukan lahan baik dalam pencegahan kebakaran hutan. Berdasarkan selisih angka rata-rata luas kebun karet saat penelitian (1,9 ha/ keluarga) dengan rata-rata luas kebun karet yang diharapkan petani karet (3,37 ha/ keluarga) serta kemungkinan anak-anak dari petani karet juga akan membuka lahan karet pada saat mereka dewasa (rata-rata 2 anak per keluarga), maka potensi kerusakan Area Inti Cagar Biofer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebesar 1108,35 ha atau 2 kali luas Desa Temiang saat ini. 2. Karet sangat erat hubungannya dengan masyarakat Desa Temiang karena merupakan salah satu sumber penghidupan bagi masyarakat. Rata-rata penghasilan getah karet dari petani karet perbulannya adalah 137 kg dan ratarata per ha adalah 71 kg. Rata-rata penghasilan kotor petani karet adalah Rp. 1.370.889/ bulan. Rata-ratanya penghasilan bersih petani karet adalah Rp.
176 1.153.665. Rata-rata penghasilan lateks petani karet per ha adalah Rp. 573.523. Berdasarkan dari penghasilan bersih, 30% petani karet penghasilannya di atas Upah Minimum Propinsi (UMP) Riau tahun 2012, sedangkan 70% lainnya berada di bawah UMP. Bila penghasilan petani hanya dari karet saja, dibandingkan dengan standar kemiskinan Bank Dunia, maka 70% petani karet berada pada tingkat kemiskinan absolut, 20% petani karet berada pada tingkat kemiskinan menengah dan 10% petani karet berada di atas garis kemiskinan, sedangkan dibandingkan dengan Index kemiskinan Sajogyo maka 36,7% petani karet termasuk kategori melarat, 16,6% petani karet termasuk kategori sangat miskin, 10% petani karet termasuk kategori miskin dan 36,7% petani karet berada di atas garis kemiskinan. Keberadaan tingkat pendapatan sebagian besar petani karet yang berada dibawah garis kemiskinan berpotensi menimbulkan aktivitas mencari penghidupan yang dapat merusak Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Kebun Karet Rakyat di Desa Temiang berpotensi menjadi tanaman penyimpan karbon dalam program REDD yang dapat menambah penghasilan petani karet. Potensi karbon pada tanaman karet umur 25 tahun di Desa Temiang, berdasarkan data sekunder tentang berat karbon kebun karet/ ha, luas kebun karet serta asumsi harga penyerapan CO 2 adalah 17.398 t C yang setara dengan penyerapan 63.851 t CO 2 e dan nominal $280.946.. 3. Pengukuran index diversitas di lokasi kebun karet menunjukkan bahwa pada tingkat pertumbuhan pohon, tiang dan pancang berada pada index diversitas yang rendah, sedangkan pada tingkat semai terdapat 55,6% lokasi yang
177 memilki index diversitas sedang dan 44,4 % lokasi dengan index diversitas yang rendah, sementara itu pada tingkat tumbuhan bawah terdapat 22,2% lokasi dengan index diversitas sedang dan 77,8% lokasi memiliki index diversitas rendah. Hasil uji The Mann-Whitney U Test adalah : tidak terdapat perbedaan yang signifikan disetiap tingkat pertumbuhan tanaman antara kebun karet yang wilayahnya dekat dengan yang wilayahnya jauh dari Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit-Batu. Peningkatan biodiversity secara merata dapat dilakukan pada setiap lokasi kebun karet terutama untuk tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah. 8.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, dalam rangka penguatan kebun karet rakyat sebagai fungsi penyangga Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan program peningkatan pendapatan kebun karet rakyat dengan cara intensifikasi pengelolaan kebun karet dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga semua kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi agar nantinya tidak ada lagi keinginan masyarakat untuk merambah kawasan karena desakan ekonomi yang pada akhirnya bentuk pengelolaan lahan berupa kebun karet dapat terus dipertahankan dalam rangka menunjang ekonomi masyarakat dan juga ekologi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
178 2. Perlu dilakukan pencegahan terhadap keinginan masyarakat untuk pengembangan kebun karet di Area Inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu melalui pendekatan persuasif dan intensif dengan cara menggali lebih dalam penyebab utama keinginan tersebut sehingga ditemukan solusi yang baik dalam penyelesaiannya yang pada akhirnya dapat mendorong inisiatif yang partisipatif dari masyarakat untuk menjaga area inti Cagar Biosfer tersebut. 3. Perlu dilakukan usaha untuk mempertahankan sistem pembakaran terkendali yang sudah ada pada pengelolaan kebun karet rakyat di Desa Temiang dan juga perlu dilakukan usaha meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan kebakaran dan bentuk-bentuk pengelolaan lahan dengan pembakaran minimal ataupun tanpa pembakaran sama sekali yang di dukung pengadaan sarana prasarana penunjangnya. 4. Perlu dilakukan usaha untuk mengembangkan sistem agroforestri agar pemanfaatan lahan pada kebun karet menjadi maksimal yang pada akhirnya juga akan memberikan manfaat yang banyak bagi pekebun karet, di samping mendapatkan hasil berupa lateks, juga mendapatkan hasil dari tanaman campuran yang dipakai dalam kegiatan agroforestri tersebut.