BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini tidak hanya sebatas proses pembelajaran dan pengajaran saja, tetapi juga sebagai jembatan penghubung kemajuan teknologi terkait dengan permasalahan-permasalahan baru yang ada didunia ini. Proses pembelajaran yang mengaitkan pada fenomena kehidupan mampu mengembangkan terciptanya individu yang kritis terhadap permasalahanpermasalahan terkait kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi dasar perlunya model pembelajaran yang dapat membentuk individu kritis pada permasalahan terkait kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran IPA di SMP N 9 Yogyakarta, ditemukan bahwa siswa kurang mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Hal tersebut terlihat saat kegiatan percobaan maupun diskusi kelas, kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menganalisis, dan mengevaluasi masih rendah. Siswa hanya terfokus pada apa yang disampaikan oleh guru dikarenakan penggunaan metode ceramah yang berpusat pada guru sehingga kurang mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa. Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru saat ini adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan 1
tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstuktur dengan baik (Abdul Majid, 2013:72-73). Menurut Agus Suprijono (2009:46) Model pembelajaran sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan tujuan, tahap-tahap kegiatan, lingkungan, dan pengelolaan kelas dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Kilbane & Milman (2014:284) menyatakan bahwa pemilihan model pembelajaran yang dapat memacu semangat siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan membangun pemikiran kritis, kooperatif, serta memiliki kemampuan sosial adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Hal tersebut sependapat dengan Arends (2008:43) yang menyatakan bahwa Problem Based Learning digunakan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan sosial dalam pembelajaran yang berorientasi masalah di dunia nyata. Tan dalam Rusman (2010:229) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi pembelajaran karena dapat mengoptimalisasikan kemampuan berfikir siswa melalui proses kerja kelompok atau tim secara sistematis, sehingga siswa dapat, mengasah, memberdayakan, mengembangkan kemampuan berfikir secara berkesinambungan. Solusi dalam pemecahan masalah dapat dilakukan dengan pemikiran yang terarah dan jelas, mengambil keputusan, dan menganalisis 2
asumsi sesuai kualitas suatu alasan secara sistematis disebut dengan berfikir kritis (Johnson Elaine, 2009:183). Berfikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi, kesimpulan, menciptakan suatu pemikiran baru, dan sebagai alternatif solusi tindakan yang akan diambil. Model Problem Based Learning akan berjalan secara efektif jika pengkondisian suasana kelas dapat diatur untuk bertukar pikiran secara terbuka dan adanya proses komunikasi antar anggota kelompok untuk memperoleh solusi dari suatu permasalahan terkait kehidupan sehari-hari. Pemilihan metode yang tepat sangat penting dalam membantu jalannya proses pembelajaran Problem Based Learning sehingga dapat mengembangkan pemikiran kritis dan terbuka. Menurut Roestiyah (2008:73) metode Brainstorming adalah proses pembelajaran dengan cara guru memberikan suatu masalah di kelas kemudian siswa menyampaikan pendapatnya sehingga mendapatkan berbagai gagasan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan ide-ide dari sekelompok orang dalam waktu singkat. Hal ini juga dinyatakan Nurul Ramadhani (2009:148) yakni penggunaan metode brainstorming dalam pembelajaran dapat merangsang partisipasi belajar siswa, meningkatkan kepercayaan diri siswa, menguasai permasalahan materi, dan meningkatkan terjadinya komunikasi antar anggota kelompok dalam mengembangkan ide-ide dan gagasan yang muncul. Dengan demikian, model pembelajaran Problem Based Learning dalam penggunaan metode brainstorming dapat memancing siswa untuk berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi. 3
Dari hasil observasi di SMP N 9 Yogyakarta yang dilakukan oleh peneliti menunjukkkan bahwa pembelajaran IPA didominasi dengan metode ceramah dan sesekali menggunakan metode diskusi serta tanya jawab sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran masih belum optimal. Kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran ditunjukkan dengan masih sedikitnya peserta didik yang mengajukan pendapat dalam kegiatan pembelajaran dan proses tanya-jawab antara guru dengan siswa. Guru harus memancing siswa untuk berpendapat dengan memanggil nama siswa. Pembelajaran lebih sering dilakukan dengan memberikan latihan soalsoal dari buku, sehingga siswa kesulitan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya keaktifan siswa. Hal tersebut menyebabkan keterampilan berfikir kritis dan berkomunikasi siswa belum dapat berkembang. Hasil belajar IPA Kelas VII Tahun Pelajaran 2015/2016 di SMP N 9 Yogyakarta menunjukkan bahwa nilai rata-rata Ujian Akhir Semester Kelas VII C dan kelas VII D berturut-turut adalah 68 dan 69. Nilai ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA adalah 75. Berdasarkan nilai ratarata tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai ketuntasan minimal sekolah. Rendahnya hasil belajar IPA di SMP N 9 Yogyakarta ini dikarenakan proses pembelajaran yang cenderung menggunakan metode ceramah dan latihan soal sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar dan mudah lupa dengan materi yang disampaikan oleh guru. 4
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan pembelajaran langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA. Materi yang cocok untuk penelitian ini adalah pencemaran lingkungan. Pada materi ini terdapat berbagai permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat melatih siswa untuk berfikir kritis dan berkomunikasi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibuat dapat diidentifikasi beberapa permasalah sebagai berikut: 1. Pendidikan dituntut untuk dapat peka terhadap permasalahanpermasalahan baru yang ada didunia ini namun masih banyak pembelajaran yang belum mengaitkan pada permasalahan di kehidupan nyata dan masih menggunakana model maupun metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini menggunakan model pembelajaran langsung yang cenderung berpusat pada guru, sehingga siswa mengalami kejenuhan dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan penggunaan metode brainstrorming 5
memicu siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga meningkatkan terjadinya komunikasi antar siswa, tetapi faktanya guru lebih memilih menggunakan model pembelajaran langsung dan didominasi metode ceramah sehingga kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Siswa harus memiliki keterampilan berfikir kritis untuk menganalisis dan mengevaluasi permasalahan yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyataannya siswa belum mampu mengembangkan keterampilan berfikir kritis karena pembelajaran yang hanya berpusat pada guru sehingga kemampuan mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menganalisis, dan mengevaluasi masih rendah. 5. Rendahnya nilai rata-rata UAS IPA kelas VII di SMP N 9 Yogyakarta yang kurang dari nilai KKM yaitu 75 dikarenakan pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa mudah lupa dengan materi yang telah diajarkan. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada nomor 3, 4, dan 5 yang diuraikan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan penggunaan metode brainstrorming memicu siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga meningkatkan terjadinya komunikasi antar siswa, tetapi faktanya guru lebih memilih 6
menggunakan model pembelajaran langsung dan didominasi metode ceramah sehingga kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Siswa harus memiliki keterampilan berfikir kritis untuk menganalisis dan mengevaluasi permasalahan yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyataannya siswa belum mampu mengembangkan keterampilan berfikir kritis karena pembelajaran yang hanya berpusat pada guru sehingga kemampuan mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menganalisis, dan mengevaluasi masih rendah. 3. Rendahnya nilai rata-rata UAS IPA kelas VII di SMP N 9 Yogyakarta yang kurang dari nilai KKM yaitu 75 dikarenakan pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa mudah lupa dengan materi yang telah diajarkan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan Pembatasan Masalah, maka Rumusan Masalah pada penelitian ini antara lain : 1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berfikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA? 2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode 7
Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA? 3. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pada penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui perbedaan keterampilan berfikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA? 2. Mengetahui perbedaan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA? 3. Mengetahui perbedaan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA? 8
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: a. Bagi siswa 1) Menumbuhkan sikap siswa berfikir kritis dalam memecahkan masalah terkait kehidupan sehari-hari. 2) Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri (self confidence) untuk berkomunikasi pada penggunaan model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming. b. Bagi guru 1) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model dan metode yang sesuai dengan materi pada pembelajaran IPA. 2) Meningkatkan proses dan kualitas pembelajaran IPA di kelas. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan kemampuan siswa SMP pada pembelajaran IPA. 2) Sebagai referensi dalam mengukur keterampilan berfikir kritis dan berkomunikasi siswa. d. Bagi peneliti 1) Menambah pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming. 2) Memperbaiki kualitas dalam praktik mengajar pada pembelajaran IPA. 9