EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI Aliran Daeli SMP Negeri 4 Gunungsitoli, kota Gunungsitoli Abstract: Problems in this study is the low quality and student learning outcomes in science subjects Class VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli. The purpose of this research is to know and describe the improvement of the quality and the result of cognitive learning of the students on Integrated Science lesson semester II Class VIII-A SMPN 4 Gunungsitoli academic year 2016/2017 through applying cooperative learning model of talking chips. The method of this research is classroom action research with 2 cycles. Research instrument: learning result test, observation sheet, questionnaire and interview sheet. The test used is a multiple choice test given at each end of the cycle. The cognitive learning outcomes of grade VIII-A students of SMPN 4 Gunungsitoli on science subjects in first cycle are known to average 55.34 (not yet reached KKM) with the percentage of mastery of 62.06% (18 people). In second cycle it is known that the average of student learning outcomes increased to 61.37 (reached KKM) with the percentage of mastery increased to 79.3% (23 people). Learning chess teaching model is effective to improve the quality of learning and cognitive learning outcomes of students of Class VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli academic year 2016/2017. Keywords: talking chips, motion in plants Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kualitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kualitas dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu semester II Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli Tahun Pembelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif talking chips. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Instrumen penelitian: tes hasil belajar, lembar observasi, angket dan lembar wawancara. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang diberikan pada setiap akhir siklus. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli pada mata pelajaran IPA pada siklus I diketahui rata-rata sebesar 55,34 (belum mencapai KKM) dengan persentase ketuntasan sebesar 62.06% (18 orang). Pada siklus II diketahui rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 61,37 (mencapai KKM) dengan persentase ketuntasan meningkat menjadi 79.3% (23 orang). Model pembelajaran talking chips efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar kognitif siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli tahun pembelajaran 2016/2017. Kata kunci: talking chips, gerak pada tumbuhan 364
Rendahnya mutu pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa aspek terutama kemampuan guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang dapat meningkatkan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran itu. Majid (2011:123) mengemukakan bahwa guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk itu guru seharusnya dapat membantu memudahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan bukan saja sebagai pentransfer pengetahuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi erat hubungannya pada interaksi dengan lingkungan beserta segala makhluk hidupnya. Pembelajaran ini dirasa sangat penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi gejala-gejala alam yang ada disekitarnya. Untuk mempelajari materi ini diperlukan beberapa metode bervariasi karena pada umumnya pelajaran Biologi merupakan mata pelajaran yang membosankan karena berupa hafalan pada istilah-istilah latin yang digunakan dan mayoritas bacaan. Pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli, diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru menyampaikan ilmu secara searah sehingga siswa hanya sebagai penerima, pencatat dan pengingat saja. Guru juga tidak menggunakan metode yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman siswa saat belajar sehingga hasil belajar kognitif siswa rendah yang dapat dilihat pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 5.8. Hasil wawancara dengan beberapa orang siswa menyatakan bahwa pelajaran Biologi adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan, banyak juga bahasabahasa latin yang harus dihafal artinya, siswa tidak bergairah untuk mempelajarinya karena guru yang mengajar hanya menjelaskan dan menulis materi pelajaran saja, tidak ada variasi, siswa hanya duduk dan mendengarkan saat belajar. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi di Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli mengemukakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran peristiwa yang sering terjadi adalah siswa kurang aktif, kurang berpartisipasi, kurang kreatif, kurang bergairah, dan tidak punya inisiatif. Pertanyaan, gagasan maupun pendapat sering tidak muncul saat proses pembelajaran. Sebagai upaya dalam meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran maka perlu dikembangkan metode dan media yang tepat yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertukar pendapat, menanggapi pemikiran siswa yang lain dan menggunakan media yang ada akan membuat siswa mengingat lebih lama mengenai suatu fakta, defenisi, prosedur ataupun teori dalam Biologi. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu model pembelajaran talking chips. Talking chips merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) dimana 365
pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang dan masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja (Wahab 2013:16). Penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan kancing gemerincing (Lie 2002:63). Melalui penerapan model pembelajaran ini, diharapkan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam mengemukakan pendapat, belajar berdiskusi, memperjelas suatu gagasan dan konsep materi yang mereka pelajari serta dapat memecahkan masalah-masalah. Untuk itu disini peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif model talking chips dengan harapan siswa lebih aktif dalam belajar dan siswa mempunyai semangat belajar yang tinggi METODE Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif talking chips. Adapun lokasi penelitian yang ditetapkan oleh peneliti pada penelitian ini adalah Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli kecamatan Gunungsitoli kota Gunungsitoli. Subjek pelaksanaan penilitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli pada materi pokok gerak pada tumbuhan tahun pembelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi, wawancara, angket, dan tes hasil belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dijabarkan sebagai berikut: (1) Menelaah materi untuk kelas VIII- A standar kompetensi 2. memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan; (2) Menganalisis KD untuk membuat atau menentukan indikator-indikator yang menjadi pedoman dalam membuat pengalaman belajar dan instrument; (3) Membuat rancangan pembelajaran; (4) Membuat lembar kerja siswa atau pertanyaanpertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa dalam kelompok; (5) Menentukan 6 kelompok diskusi serta menyiapkan kancing-kancing. Tindakan Pelaksanaan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Berdasarkan RPP yang telah dibuat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar diawali dengan memberitahu tujuan pembelajaran 366
yang akan dicapai serta membuat apersepsi dengan bertanya pernahkah kamu melihat tumbuhan bergerak? Bagaimana tumbuhan bergerak? kemudianguru memotivasi siswa. Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi dengan pengajaran langsung atau ceramah selanjutnya guru meyuruh siswa untuk membentuk kelompok diskusi kemudian setiap kelompok diberi handout dan pertanyaan (LKS) untuk didiskusikan. Setelah diskusi selesai guru meminta siswa untuk mempersentasekan hasil diskusinya di depan kelas dan setiap siswa yang memberi tanggapan atau menjawab pertanyaan meletakkan satu kancing di depan kelas. Sedangkan pada kegiatan akhir guru menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan tugas rumah. Observasi Tabel 1. Hasil Siklus I Nilai Keterangan Nilai Minimum 35 Nilai Maksimum 70 Nilai Rata-Rata 55,34 Jumlah Siswa Tuntas 18 Persentase Ketuntasana 62,06% Wawancara dilakukan kepada 3 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, 1 orang berkemampuan tinggi, 1 orang berkemampuan sedang dan 1 orang berkemampuan rendah dengan membagikan lembar wawancara, berdasarkan hasil lembar wawancara peneliti menguraikan pendapat/ gagasan siswa mengenai proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Melalui hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang belajar dengan model pembelajaran talking chips. Refleksi Untuk mengetahui kelemahankelemahan dalam kegiatan pembelajaran maka peneliti melakukan refleksi. Adapun kelemahan-kelemahan yang ditemukan saat kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Aktifitas kelas dalam pembelajaran belum begitu aktif karena masih sebagian siswa yang membuat keributan (2) Keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat masih kurang, hanya beberapa saja yang mulai menyampaikan pendapatnya. (3) Perhatian siswa pada pelajaran sudah tergolong cukup karena siswa sudah tidak asing lagi dengan belajar kelompok. (4) Interaksi antar siswa sudah mulai terjalin dengan baik (5) Sikap siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan cukup responsif. Siklus II Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dijabarkan sebagai berikut: (1) Menelaah materi pada pertemuan ketiga untuk kelas VIII-A standar kompetensi 2. memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan (2) Menganalisis KD untuk membuat atau menentukan indikatorindikator yang menjadi pedoman dalam membuat pengalaman belajar dan instrumen. (3) Membuat rancangan pembelajaran. (4) Membuat lembar kerja siswa atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa dalam 367
kelompok. (5) Menentukan 6 kelompok diskusi serta menyiapkan kancingkancing. Tindakan Pelaksanaan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Berdasarkan RPP yang telah dibuat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar diawali dengan memberi tahu tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta membuat apersepsi dengan bertanya tahukah kamu perbedaan gerak taksis dengan gerak lainnya? kemudian guru memotivasi siswa. Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi dengan pengajaran langsung atau ceramah selanjutnya guru meyuruh siswa untuk membentuk kelompok diskusi kemudian setiap kelompok diberi handout dan pertanyaan (LKS) untuk didiskusikan. Setelah diskusi selesai guru meminta siswa untuk mempersentasekan hasil diskusinya di depan kelas dan setiap siswa yang memberi tanggapan atau menjawab pertanyaan meletakkan satu kancing di depan kelas. Sedangkan pada kegiatan akhir guru menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan tugas rumah. Observasi Tabel 2. Hasil Siklus II Nilai Keterangan Nilai Minimum 55 Nilai Maksimum 75 Nilai Rata-Rata 61,37 Jumlah Siswa Tuntas 23 Persentase Ketuntasana 79,3% Berdasarkan hasil pengolahan angket kualitas pembelajaran pada siklus II mencapai 78.29 % dan dikategorikan baik. Melalui hasil wawancara pada siklus II maka dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang belajar dengan model pembelajaran talking chips. Refleksi Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam kegiatan pembelajaran maka peneliti melakukan refleksi bersama dengan guru mata pelajaran. Adapun kelemahankelemahan yang ditemukan saat kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Aktifitas kelas dalam pembelajaran sudah menunjukkan gejala belajar aktif (2) Keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat sudah meningkat (3) Perhatian siswa pada pelajaran sudah lebih baik dari sebelumnya (4) Interaksi antar siswa sudah terjalin dengan baik (5) Sikap siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan sangat responsif. SIMPULAN 1. Kualitas pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Hal ini berdasarkan data dari hasil lembar observasi aktifitas siswa dan angket. Pada siklus I pertemuan pertama diketahui persentase pengamatan aktifitas siswa sebesar 54,6% (kurang), persentase siswa yang tidak terlibat aktif adalah 41,3% sedangkan persentase pengamatan aktifitas guru/peneliti diperoleh 368
persentase sebesar 55,5% (kurang). Pada siklus I pertemuan kedua diketahui persentase pengamatan aktifitas siswa sebesar 62,5% (cukup), persentase siswa yang tidak terlibat aktif adalah 27,5% sedangkan persentase pengamatan aktifitas guru/peneliti diperoleh persentase sebesar 63,8% (cukup). Pada siklus II pertemuan pertama diketahui persentase pengamatan aktifitas siswa sebesar 70,3% (baik), persentase siswa yang tidak terlibat aktif adalah 20,6% sedangkan persentase pengamatan aktifitas guru/peneliti diperoleh persentase sebesar 69,4% (baik). Pada pertemuan kedua diketahui persentase pengamatan aktifitas siswa sebesar 78,1% (baik), persentase siswa yang tidak terlibat aktif adalah 10,3% sedangkan persentase pengamatan aktifitas guru/peneliti diperoleh persentase sebesar 76,4% (baik). 2. Angket kualitas pembelajaran pada siklus I diperoleh rata-rata persentase sebesar 75,29% kategori baik dan pada siklus II diperoleh rata-rata persentase sebesar 78,29% kategori baik. Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Hasil belajar kognitif siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Gunungsitoli pada mata pelajaran IPA-Biologi mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Hal ini berdasarkan data dari instrumen tes yang diberikan pada siswa pada akhir siklus I (pertama) diketahui rata-rata hasil belajar siswa sebesar 55,34 (belum mencapai KKM) dengan persentase ketuntasan sebesar 62,06% (18 orang) dan persentase ketidaktuntasan sebesar 37,94% (11 orang). Pada siklus II (kedua) diketahui rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 61.37 (mencapai KKM) dengan persentase ketuntasan meningkat menjadi 79,3% (23 orang) dan persentase ketidaktuntasan sebesar 20.7% (6 orang). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. DAFTAR PUSTAKA Arends. 2008. Learning To Teach. Jakarta: Pustaka Belajar Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Aloysius. 2006. Eksplorasi Biologi Untuk SMP Kelas VIII-A. Bandung: PT. Ghalia Indonesia Printing Baharudin. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media Hasan. 2008. Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Bumi Aksara 369
ISSN 2407-0769 Vol. 4 No. 2, Maret 2017 e-issn 2549-4694 Jasmine. 2007. Mengajar Berbaris Multiple Intelligences. Bandung: Nuasa Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 370