16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut (WHO 2005), penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler, setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara. Pengetahuan tentang penyakit kanker khususnya kanker payudara sangat berkembang pesat akhir-akhir ini disebabkan karena kanker ini menempati urutan nomor satu. Saryono (2008). Menurut badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) dari 2008 sampai 2012 menurut data kasus penderita kanker meningkat dari 1,4 juta menjadi 12,7 juta," WHO juga menyatakan selalu ada kasus baru terkait kanker, sampai saat ini sudah 28 jenis kanker ada di 184 negara di seluruh dunia. Selama empat tahun itu jumlah kematian yang disebabkan kanker melonjak dari 7.600.000 menjadi 8.200.000 dan lebih dari setengahnya berasal dari negara berkembang. Data tersebut juga menunjukkan terjadi peningkatan pada kasus kanker payudara. Sebanyak 1,7 juta wanita didiagnosis menderita penyakit kanker payudara pada tahun 2012.
17 Kanker payudara ini menjadi penyebab paling umum kematian di kalangan wanita. Kanker payudara juga menjadi penyebab utama kematian kanker di negaranegara yang kurang berkembang. Perubahan gaya hidup dan kurangnya perawatan medis yang canggih menjadi faktor penyebab jumlah kasus kematian menjadi tinggi. Perawatan, pengobatan dan kesadaran sejak dini mungkin dapat membantu mengurangi beban kematian akibat kanker. Farman (2013). Satu- satunya cara yang efektif sampai saat ini hanya dengan melakukan deteksi sendini mungkin pada kemungkinan timbulnya penyakit ini, yaitu dengan melakukan SADARI ( pemeriksaan payudara sendiri ). Mendeteksi payudara sendiri, sebaiknya dilakukan sebulan sekali seacara teratur. Waktu yang paling tepat adalah setelah menstruasi, karena payudara saat itu sedang lunak. Sebaiknya setiap perempuan melakukan pemeriksaan sendiri terhadap payudara, untuk mengetahui adanya benjolan atau perubahan di payudara. Tidak perlu menunggu hingga timbul gejala untuk mulai melakukan deteksi dini. Deteksi dini dilakukan terutama pada usia remaja walaupun faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Namun dengan dilakukannya pemeriksaan sedini mungkin maka peningkatan kewaspadaan disertai pengobatan yang sesuai dipercaya dapat menurunkan jumlah kematian karena kanker payudara. Banyak mitos yang mengatakan bahwa kanker payudara lebih sering menyerang wanita yang sudah berusia di atas 30 tahun, tetapi kini banyak wanita pada usia remaja sudah menderita kanker payudara. Yohana dkk (2011).
18 Tahapan SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri) terdiri dari dua bagian pemeriksaan, yaitu inspeksi (pemeriksaan dengan seksama) yang dilakukan dengan cara memperhatikan perubahan yang terjadi pada bentuk dan ukuran payudara di depan cermin, dengan mengangkat kedua tangan dan menaruhnya di belakang kepala sambil membusungkan dada dan melihat apakah ada perubahan yang tidak biasa pada payudara, kemudian meletakan kedua tangandipinggang sambil menekan bahu. Semua pengamatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menemukan ada atau tidaknya tumor yang terletak dekat dengan kulit. Pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) selanjutnya yaitu dengan palpasi (pemeriksaan dengan meraba) yaitu dengan cara meraba atau menyusuri seluruh permukaan payudara dengan menggunakan jari-jari tangan dengan gerakan memutar dan secara vertikal ka atas dan ke bawah, mulai dari tepi payudara hingga ke puting susu yang kemudian dilanjutkan dengan menekan puting susu dengan perlahan guna mengetahui ada atau tidaknya cairan yang abnormal yang keluar dari puting susu. Proses akhir dari palpasi yaitu dengan posisi berbaring dan meletakan bantal dibawah bahu lalu meraba kembali seluruh permukaan payudara. Periksa payudara sendiri (SADARI) dilakukan sejak usia 20 tahun karena dapat menghindari wanita dari kanker payudara. Kelainan-kelainan pada payudara dapat dideteksi sedini mungkin dengan mengenal payudara sendiri serta melakukan pemeriksaan sendiri. Pemeriksaan payudara sendiri sangat bermanfaat bagi wanita usia dewasa awal. SADARI dapat mengetahui deteksi kanker payudara sedini mungkin, lebih cepat mendeteksi kanker payudara stadium dini sehingga mampu
19 menyelamatkan jiwa para wanita dan lebih sering wanita melakukan pemeriksaan peyudara sendiri maka akan semakin mengenal dan memahami area serta kondisi payudara sehingga akan meningkatkan status kesehatan khususnya kesehatan payudara. Astana (2009). SADARI sangat penting sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah menderita kanker payudara atau tidak. Adanya informasi tentang SADARI serta kanker payudara menjadi motivasi para wanita untuk menambah pengetahuaan tentang area payudara. Hal ini menjadi dasar utama untuk menambah pengetahuan tentang pemeriksaan payudara. Semakin meningkatnya tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri maka akan mempengaruhi sikap dan prilaku para wanita untuk menyadari pentingnya pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah resiko kanker payudara. Hal tersebut meningkatkan kesadaran para wanita khususnya usia dewasa awal untuk memotivasi diri sendiri mempraktekkan secara langsung pemeriksaan payudara sendiri sehingga dapat mengetahui kondisi payudaranya. Pamungkas (2011). Pada usia 20 tahun seorang wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pada payudaranya sendiri setiap bulan atau selama tiga bulan sekali untuk mendapat mendeteksi secara dini jika terdapat kelainan dan segera mendapatkan penanganan yang tepat. Lee (2009). Perilaku seseorang untuk melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) pada dasarnya berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang SADARI. Menurut Becker (1979) ada tiga klasifikasi
20 perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) yaitu : perilaku hidup sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior), dan perilaku peran sakit (the sickrole behavior). Menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran) mengetahui stimulus/objek, Interst (merasa tertarik) terhadap stimulus, Evaluation (menimbang-nimbang) baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial dimana objek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, Adoption dimana objek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Sementara menurut teori Lawrence Green terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu perilaku, yaitu: faktor predisposisi/predisposing factor (yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, tingkat sosial, ekonomi, dan sebagainya). Faktor pemungkin/enabling factor (mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan). Faktor penguat/reinforcing factor (meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, patugas kesehatan). Dari teori-teori yang tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan dan sikap memiliki peranan penting dalam terbentuknya perilaku pada seseorang. Karena seseorang baru akan beperilaku (berperilaku baru) setelah dia mendapatkan pemahaman tentang apa yang akan dilakukannya. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), pada tahun 2011 jumlah wanita khususnya remaja penderita
21 kanker payudara mencapai 1.150.000 orang, 700.000 diantaranya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Husada (2012). Di Amerika, kanker merupakan penyebab kematian nomor satu. Pada tahun 2013 diperkirakan ada 1.334.100 kasus dengan angka kematian sebanyak 556.500 orang. Sedangkan di Eropa terdapat juga khasus kanker baru tiap tahun dengan angka kematian sebesar dua juta. Angka harapan hidup penderita kanker hanya 60% dibandingkan dengan bukan penderita. Pamungkas (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2008 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa penyakit kanker payudara memiliki urutan pertama dari 10 penyakit kanker pada pasien rawat inap di RS tahun 2004-2007. Saat ini ada kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia (15-20an), ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan pendidikan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan. Dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya wanita yang melakukan SADARI masih rendah (25%-30%). Di Indonesia problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih dari 70% penderita datang kedokter pada stadium yang sudah lanjut, maka dari itu permasalahan mengenai kanker payudara memang membutuhkan perhatian khusus Saryono (2008). Walaupun ada peningkatan kewaspadaan terhadap kanker payudara, hanya sebagian kecil saja yang melakukan SADARI secara teratur.faktor yang mempengaruhi persepsi adalah pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga. Wanita
22 yang ingin melakukan SADARI merasa bahwa menemukan yang berlebihan, sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan SADARI. Hambatan-hambatan dalam perilaku SADARI adalah rendahnya kewaspadaan wanita terhadap kanker payudara dan sedikitnya akses informasi yang mereka dapatkan (Chee, 2003). Menurut data Dinas Kesehatan kota Medan (2014) insiden kanker payudara di kota Medan masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Karo ( 2014 ) bahaya kanker payudara harus diwaspadai sejak dini. Saat ini, banyak masyarakat yang mengidap penyakit tersebut, termasuk para remaja. Tetapi data belum dapat diketahui dan terprinci secara pasti. Namun hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didaerah Kecamatan Merdeka kepada ibu-ibu yang tinggal didaerah tersebut termasuk ibu yang terkena kanker payudara. Hal tersebut terjadi kepada mereka disebabkan karena terlambatnya untuk melakukan pemeriksaan dini kanker payudara, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap deteksi dini kanker payudara, kebersamaan keluarga yang kurang dalam memberi informasi tentang pemeriksaan dini kanker payudara, dukungan keluarga yang belum ada, dan sikap yang dipengaruhi oleh keluarga dalam mengambil keputusan. Berdasarkan permasalahan kanker payudara tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Perilaku Wanita Usia Diatas 20 Tahun terhadap SADARI di Lingkungan Kp. Baru Desa Cintarakyat Kec. Merdeka Kab. Karo
23 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah terdapat wanita yang terkena kanker payudara didaerah tersebut dan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap wanita tersebut mereka mengatakan mengetahui menderita setelah stadium lanjut. Hal ini terjadi karena mereka tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya. Disimpulkan bahwa masih rendahnya pengetahuan dan praktek SADARI di Lingkunga Kp. Baru Desa Cintarakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menganalisis Perilaku Wanita usia diatas 20 Tahun Terhadap SADARI di Lingkungan Kp. Baru Desa Cintarakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui pengetahuan, sikap wanita usia diatas 20 tahun, dan dukungan keluarga serta hubungannya dengan SADARI di lingkungan Kp. Baru Desa Cintarakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Tahun 2014.
24 1.4. Hipotesis Ada hubungan faktor predisposing (pengetahuan dan sikap) dan reinforcing (dukungan keluarga) terhadap Perilaku Wanita Terhadap SADARI di Lingkungan Kp. Baru Desa Cintarakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Tahun 2014. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai refrensi untuk meningkatkan pendidikan kesehatan tentang sadari b. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan sekaligus menambah wawasan mengenai sadari agar mampu mengaplikasikannyadalam kehidupan sehari-hari pada wanita 1.5.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi bagi wanita usia diatas 20 tahun khususnya dan bagi masyarakat agar dapat merangsang keingintahuan mengenai sadari sehingga dapat melakukan sadari rutin dan dengan cara yang benar.