BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

Firdaus, Faktor Risiko Kejadian HIV pada Komunitas LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) Mitra Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

MAKALAH. Hak Asasi Manusia & Kelompok Rentan. Oleh: Mahrus Ali, S.H., M.H.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 LATAR BELAKANG. mengenai keberadaan AIDS dan virus HIV belum terlalu berkembang. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya.

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan oleh pikiran serta lingkungan sosialnya. Manusia memandang manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam termasuk dalam keinginan biologis. (1) Keinginan mendasar dari individu untuk memenuhi kebutuhan akan cinta, berhubungan dengan kedekatan atau rasa intim disebut dengan orientasi seksual manusia. Normalnya orientasi seksual manusia adalah orientasi seksual yang ditujukan kepada lawan jenisnya. Namun pada kondisi tertentu terjadi penyimpangan orientasi seksual atau disebut dengan Sam- Sex Attraction (SSA) yaitu istilah yang digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang mempunyai rasa ketertarikan seksual dengan sesama jenis, baik secara total, betul-betul hanya tertarik kepada sesama jenis (homosexual orientation) atau sebagian, masih ada ketertarikan seks dengan lain jenis (bisexual orientation). (2) Homoseks atau homoseksual sebenarnya adalah istilah yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tentang identitas seksual secara luas, selain heteroseksual dan biseksual. Akan tetapi homoseksual juga mempunyai arti orientasi seks sesama jenis atau tindakan seksual sesama jenis. Jika menyinggung mengenai homoseksual tentu berkaitan dengan istilah lesby, gay, bisexual, dan transgender, yang mana dewasa ini istilah tersebut dikenal dengan LGBT. (2) Perkiraan frekuensi aktivitas homoseksual juga bervariasi dari satu negara ke negara lain. Menurut survei tahun 2003, 12% dari warga Norwegia telah melakukan hubungan seks homoseksual. Selanjutnya penelitian tahun 2006 di Selandia Baru, menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual, beberapa dari mereka mengaku sebagai homoseksual. Kemudian hasil dari polling pada tahun 2008, menunjukkan dimana hanya 6% penduduk Britania Raya menetapkan orientasi seksualnya sebagai homoseksual dan biseksual. (3) Kelompok LGBT termasuk dalam kelompok yang rentan memiliki risiko tinggi tertular virushuman Immunodeficiency Virus(HIV) yang menyebabkanaids. World Health Organization (WHO) menyebutkan estimasi global penyakit menular seksual, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, menunjukkan bahwa diperkirakan 357 juta infeksi baru terjadi setiap tahunnya. Lebih dari 1 juta penyakit infeksi menular seksual terjadi setiap harinya. Penularan PMS terutama melalui kontak seksual, termasuk vaginal, anal, dan oral seksual. (4) Dilansir dari Routers, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan ada 1,1 juta orang Amerika Serikat yang mengidap HIV. CDC mengungkapkan

hanya dengan 4% pria homoseksual yang berhubungan seks dengan sesama jenis, akan menyebabkan mereka mewakili 66% dari infeksi baru di negara tersebut. Tidak hanya kesehatan secara fisik, kelompok LGBT juga dikhawatirkan mengalami masalah pada kesehatan mentalnya. (5) Peneliti menyebutnya dengan syndemic, yaitu dua kondisi kesehatan yang terjadi bersamaan dalam suatu populasi. Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes dalam laporannya melihat hubungan kesehatan mental pada kecendrungan penularan HIV pada LGBT. Penelitian tersebut dilakukan dengan sampel 4.295 pria, yang melaporkan berhubungan seks sesama jenis rata-rata memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi, penyalahgunaan alkohol, penggunaan stimulan, penyalahgunaan obat-obatan, dan paparan kekerasan seksual mempengaruhi risiko penularan HIV pada golongan lesby, gay, dan biseksual. (5) World Health Organization melaporkan bahwa orang-orang LGBT sering mengalami hasil kesehatan yang lebih buruk dibandingkan dengan populasi umum dan menghadapi hambatan seperti diskriminasi, stigma negatif, dan perlakuan yang kurang menyenangkan untuk perawatan kesehatan yang sangat mempengaruhi kesehatan mereka secara keseluruhan. (6) Secara statistik sulit untuk menentukan berapa jumlah dari kelompok LGBT di Indonesia, karena belum banyak dari mereka yang membuka diri ke khalayak ramai. Namun, beberapa tahun belakangan ini kelompok ini sudah mulai memberanikan diri untuk muncul dan menyuarakan kebebasannya kepada masyarakat luas. Dari sebuah survey yang dilakukan oleh lembaga yang menaungi kelompok LGBT menunjukkan 573 responden merupakan mereka yang mengalami orientasi seksual menyimpang, dengan 334 responden (58,3%) adalah gay, 32 responden (5,6%) adalah lesby, 188 responden (32,8%) adalah bisexual, 4 responden (0,7%) adalah transgender dan 15 responden (2,6%) menjawab lainnya. Dari data tersebut menunjukkan mayoritas dari responden adalah gay dan biseksual. (7) Menurut laporan dari Yayasan Lantera Minangkabau, penyandang HIVuntuk Kota Padang adalah sebanyak 687 orang. Dari jumlah tersebut yang disebabkan oleh hubungan lelaki seks lelaki sebanyak 129 orang dan dari waria sebanyak 13 orang, dengan rentang umur yang paling banyak adalah 29-49 tahun. Artinya 21% dari kasus HIV yang terjadi di Kota Padang berasal dari kelompok LGBT. (8) Kota Padang merupakan salah satu Kota di Sumatera Barat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Pada tahun 2015 tercatat jumlah penduduk di Kota Padang adalah sebanyak 872.617 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 276.449 jiwa. (9) Dari jumlah penduduk sebanyak itu, data dari Dinas Kesehatan Sumatera Barat tahun 2015 menyatakan penderita HIV untuk Kota Padang adalah sebanyak 1435 kasus, dengan kasus AIDS baru adalah sebanyak 1346 kasus, sedangkan kasus HIV yang disebabkan oleh pelaku LGBT adalah sebanyak 173 kasus. (10) Menurut Jack E. Burkhalter, dkk (2010) dalam Journal Perceived Risk For Cancer In An Urban Sexual Minority, dari 247 sampel yang terdiri dari lesbian, gay, dan biseksual, didapatkan

hasil bahwa, sebanyak 29,5% responden mengalami kanker kulit, 10,2% mengalami kanker serviks, 14,7% mengalami kanker usus besar, dan sebanyak 30,1% mengalami kanker prostat. (11) Sumber lain mengatakan, dampak dari masalah kesehatan pada kelompok LGBT ini adalah dimana kelompok LGBT dapat menimbulkan berbagai penyakit kelamin diantaranya kencing nanah dan sifilis, selanjutnya dapat menyebabkan rusaknya organ-organ reproduksi dan kemandulan. Tidak hanya masalah kesehatan secara fisik, kelompok LGBT juga rentan terhadap dampak psikologis yang tidak baik terhadap dirinya, seperti para pelaku homoseksual sering merasa bimbang terhadap identitas dirinya sendiri. (12) Keadaan status kesehatan kelompok LGBT ini menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan (felt need) yang membuat kelompok LGBT memutuskan untuk mencari pertolongan atau tidak. Penggunaan akan pelayanan kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh keinginan (want), permintaan (demand), dan kebutuhan (need). Kebutuhan dalam pelayanan kesehatan dibedakan pada kebutuhan yang dirasakan yaitu penjumlahan dari kebutuhan individu terhadap suatu pelayanan kesehatan dan kebutuhan normatif, yaitu kebutuhan yang seharusnya diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan kepada penderita berdasarkan standar ilmu kesehatan. (13) Dalam ekonomi kesehatan jika dilihat dari sudut pandang demand, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, sehingga mereka memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Artinya, jika kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tinggi maka akan berpengaruh terhadap membaiknya status kesehatan masyarakat tersebut. (14) Pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat. (15) Inti dari pelayanan kesehatan adalah upaya komprehensif yang diberikan oleh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan maupun menjaga status kesehatan termasuk kesehatan untuk pelaku LGBT. Menurut Undang-Undang tentang kesehatan jiwa, kelompok transeksualisme ini berhak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan, mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan dan mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai dengan kebutuhannya. (16) Berdasarkan Laporan Nasional Indonesia, pelayanan kesehatan untuk LGBT hanya difokuskan pada penderitahiv dan penyakit menular seksual. Layanan kesehatan seksual dan reproduksi hanya ditujukan kepada orang-orang heteroseksual. Padahal layanan konseling dan perhatian terhadap masalah psikoseksual serta kesejahteraan seksual pada transgender juga sangat dibutuhkan. (17) Hasil dari penelitian Laetitia C. Rispel, (2011), dalam Journal Health Service Utilization by Men Who Have Sex with Men in South African Cities, mengatakan bahwa masih langkanya pelayanan kesehatan yang disediakan untuk pelaku LGBT, ini dikarenakan pelayanan kesehatan

hanya berfokus pada pelaku LGBT yang sudah tertular virus HIV. Salah satu informan dari penelitian ini mengatakan, bahwa dia tidak mengetahui tempat kemana dia harus pergi untuk memeriksakan kesehatan, karena Rumah Sakit Pemrintah tidak menyediakan program khusus buat mereka dan rumah sakit tersebut hanya menerima kelompok LGBT yang masih ada hubungan keluarga dengan mereka. (18) Selanjutnya, dari penelitian yang dilakukan oleh Mattocks dkk (2015) mengenai Perceived Stigma, Discrimination, And Disclosure Of Sexual Orientation Among A Sample Of Lesbian Veterans Reseiving Care In The Department Of Veterans Affairs, menyebutkan banyak wanita lesbian mengalami stigma dan diskriminasi dari penyedia layanan kesehatan akibat orientasi seksualnya. Mereka merasa memerlukan perawatan kesehatan tertentu, namun mengalami hambatan untuk mengungkapkannya akibat stigma dan diskriminasi yang didaptkan dari pelayanan kesehatan. (19) Menurut Judith Bradford, dkk (2006), dalam Journal Experience of Transgender Related Discrimination and Implications for Health : Results From the Virginia Transgender Health Initiative Study, didapatkan hasil bahwa kelompok transgender di Virginia mengalami diskriminasi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti ditolak untuk melakukan perawatan medis, dan mereka juga mengalami kesulitan untuk mengakses 1 atau lebih pelayanan kesehatan dalam satu tahun terakhir, diantaranya pelayanan terapi hormonal, operasi yang berhubungan dengan transgender, pelayanan konseling atau psikoterapi, dan pelayanan dalam perawatan ginekologi. (20) Berdasarkan wawancara dengan pelaku LGBT sendiri, mereka menyatakan telah ada kemauan untuk memeriksakan kondisi kesehatan mereka, tetapi mereka tidak terlalu mengetahui pelayanan kesehatan seperti apa yang akan diberikan untuk mereka, selain itu mereka juga takut akan didiskriminasi setelah sampai di tempat pelayanan kesehatan karena perilaku seks yang mereka jalani. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis supply pelayanan kesehatan pada LGBT di Kota Padang Tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana supply pelayanan kesehatan pada LGBT di Kota Padang tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui informasi mendalam terkait supply pelayanan kesehatan pada Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kota Padang tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui informasi mendalam terkait pelayanan kesehatan (bentuk, jenis, jumlah, dan waktu) yang perlu disediakan pada kelompok LGBT di Kota Padang tahun 2016. 2. Mengetahui informasi mendalam terkait pemeriksaan kesehatan (fisik, laboratorium) yang dibutuhkan pada kelompok LGBT di Kota Padang tahun 2016. 3. Mengetahui informasi mendalam terkait tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan pada kelompok LGBT di Kota Padang tahun 2016. 4. Mengetahui informasi mendalam terkait peralatan kesehatan yang dibutuhkan pada kelompok LGBT di Kota Padang tahun 2016. 5. Mengetahui informasi mendalam terkait sarana prasarana yang perlu disediakan pada kelompok LGBT di Kota Padang tahun 2016. 6. Mengetahui informasi mendalam terkait program kesehatan yang disediakan pada kelompok LGBT di Kota Padang tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan, sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan dalam pelayanan kesehatan untuk pelaku LGBT di Kota Padang. 2. Bagi Tenaga Kesehatan, sebagai bahan masukan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sama pada pelaku LGBT sesuai dengan kebutuhannya. 3. Bagi Institusi Pendidikan, sebagai bahan masukan dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnay. 4. Bagi Peneliti, sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman serta keterampilan bagi peneliti.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul tentang Analisis Supply Pelayanan Kesehatan pada LGBT di Kota Padang tahun 2016. Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui supply pelayanan kesehatan pada kelompok LGBT di Kota Padang.