BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelengarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar No 20 tentang sistem Pendidikan Nasional (Permendiknsa dalam Trianto 2012 : 3). Menurut Djamarah (2010 : 22) mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan bertujuan, maka dalam pelaksanaannya berbeda dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Fungsi pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancsila Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan berdasarkan tujuan pendidikan maka proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan paling utama dalam pendidikan di sekolah yang bertujuan mengembangkan kualitas manusia melalui kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang paling pokok. Selain itu, Sanoto, H dan Pulungan (2014: 59) mengatakan jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang 1
2 diselengarakan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran secara berjenjang berkesinambungan. Salah satu faktor penunjang dalam belajar di sekolah ialah strategi pembelajaran yang tepat sehingga akan tercapai tujuan belajar mengajar, baik tercapainya tujuan pendidikan secara umum maupun tujuan khusus, seperti perubahan tingkah laku siswa menuju ke arah yang lebih baik dan selain itu, Yaumi (2014 :233) mengatakan bahwa strategi pembelajaran menggambarkan dan komponen umum materi pembelajaran dan prosedur yang digunakan dalam mencapai kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien sehingga mencapai hasil belajar baik pula. Dalam proses belajar mengajar di sekolah persoalannya ialah bagaimana menghadirkan belajar yang menarik untuk pokok bahasan materi ajar IPA, sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Dengan motivasi belajar maka prestasi peserta didik dapat meningkat. dengan demikian akan tercapai tujuan belajar mengajar di sekolah. Untuk mencapai tujuan belajar mengajar IPA di sekolah, berarti guru menempati kedudukkan sebagai figur sentral serta ditangan para guru terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya tujuan belajar di sekolah tersebut. Selanjutnya Sanoto, H dan Pulungan (2014 : 20-21) menegasakan selain materi IPA yang harus dimodifikasi, ketrampilan-ketrampilan proses IPA yang akan dilihatkan juga harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Setiap guru mengetahui akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan di sekolah. Demikian halnya dengan guru IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di Sekolah Dasar. Ia harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat diperoleh dari ajaran IPA tersebut. Data pengamatan yang telah dilakukan di SD Negeri Sidorejo Kidul 03 KecematanTingkir Kota Salatiga dalam pembelajaran terutama penyampaian materi pada mata pelajaran IPA masih menggunakan metode
3 ceramah yang tidak di dukung dengan menggunakan media. Mengaktibatkan hasil belajar menjadi rendah. Dikarenakan dalam pembelajaran IPA terlalu dibawa dominasi guru, sehingga IPA di anggap sebagai pelajaran yang menjenuhkan. Kecenderungan pembelajaran IPA di SD Negeri Sidorejo Kidul 03 adalah hanya sebagai produk, menghafalkan konsep, dan teori. Akbibatnya IPA sebagai proses, sikap dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Dari data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa siswa kelas III sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. masih ada siswa yang belum tuntas dalam mata pelajaran IPA (belum mencapai KKM 65). Hal ini dapat dilihat dari olehan data nilai ulangan kelas III SD Negeri Sidorejo Kidul 03, yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Tahun 2015 Ketuntasan Frekuensi Persentase (%) Tuntas 8 40% Belum Tuntas 12 60% Jumlah 20 100% Rata-Rata 65 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 40 Sumber : Hasil nilai ulangan akhir semester siswa kelas III Tabel 1.1 di atas dapat terlihat bahwa siswa yang nilai 80 sebanyak 8 siswa dengan persentase 40% memiliki kriteria baik, sedangkan siswa yang nilainya 40 sebanyak 12 orang siswa dengan persentase 60% memiliki kriteria yang termasuk kurang karena belum mencapai criteria ketuntasan minimum (KKM). Sedangkan KKM di SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecematan Tingkir pada mata pelajaran IPA adalah 65. Jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 8 siswa, dan yang belum mencapai KKM adalah 12 siswa dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata nilai 65.
4 Data observasi menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan siswa kelas III masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM. Dalam hal ini dibutuhkan tindakan yang tepat untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III. Usaha yang dilakukan guru ialah berupaya menyampaikan materi ajar yang disajikan dengan menggunakan model belajar kontekstual berbantuan media benda konkret sehingga dapat memaksimalkan siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Dengan ini upaya untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang masih relative rendah, di karenakan kebanyakan siswa masih kurang memperhatikan guru pada saat guru menjelasakan materi, dan siswa masih merasa jenuh dengan pembelajaran yang di terapakan dikelas karena pembelajaran hanya berpusat kepada guru bukan kepada siswa. Untuk itu upaya dilakukan guru adalah mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbantuan media benda konkret sehingga dengan upaya ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas III di SD Negeri Sidorejo Kidul 03. 1.2. Identifikasi Masalah Untuk latarbelakang permasalahan tersebut maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA diantaranya, siswa kurang antusisas dalam mengikuti pelajaran IPA. Siswa juga merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran kurang menarik, siswa hanya mendengarkan guru ceramah, serta rendahnya hasil belajar siswa relative rendah karena masih banyak yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Pembalajaran hanya terpusat pada guru, sehingga siswa kurang mengalami pemahaman sendiri dalam belajar dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi maslahmasalah tersebut, maka peneliti merencanakan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kontekstual berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
5 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalahnya yaitu: 1. Penelitian hanya dilakukan untuk siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Kidul 03 yang terletak di jalan Acanan Sidorejo kidul yang di salatiga jawa tengah semester I tahun ajaran 2016/2017. 2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPA kelas III pada pokok bahasan Bumi dan Alam Semesta. 3. penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media benda konkret dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar 1.4. Rumusan Masalah Uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: apakah model pembelajaran kooperatif tipe kontekstual berbantuan media benda konkret apakah dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecematan Tingkir Kota Salatiga Semester I Tahun ajaran 2016/2017? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media benda konkret pada siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecematan Tingkir Kota Salatiga semester I Tahun ajaran 2016/2017. 1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Diperoleh pengetahuan baru tentang pemanfaat menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media benda konkret sehingga dapat menigkatkan hasil belajar IPA. b. Untuk menambah referensi dan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
6 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Diharapkan siswa lebih semangat dan mampu memotivasi diri dalam melakukan pembelajaran, baik melalui pengalaman langsung maupun melalui kegiatan pratik sehingga prestasi belajar siswa semakin meningkat. b. Bagi guru sebagai pengajar sekaligus pendidik, guru mampu merancang pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan batasan-batasan pada siswa. Dengan dilakukannya penelitian ini, maka guru semakin diperkaya dengan pentingnya model belajar yang dapat membantu siswa dalam melakukan proses belajar mengajar yang secara nyata. c. Bagi sekolah Semakin trampil dalam mengelola pembelajaran, serta semakin aktif dan kreatif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif dan terintergrasi.