BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan,

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2009

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


karena merupakan modal awal yang harus dimiliki sehingga seyogyanya 1 Herlina, 2013

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mana diantara keduanya terjalin suatu interaksi. Aspek administrasi dan ilmu

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMK NEGERI 1 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetensi manajerial, dimensi kompetensi kewirausahaan, dimensi kompetensi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penilaian potensi kepemimpinan. kepala sekolah. Suryanto Kepala Lembaga Pengembangan pembelajaran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

ALIKOTA YO GYAKARTYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2017


WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB II LANDASAN TEORI (TINJAUAN PUSTAKA) Dalam membahas berbagai masalah atau persoalan yang terdapat pada

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 116 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs),

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum

PEDOMAN PENILAIAN PRESTASI KERJA GURU, KEPALA SEKOLAH, DAN GURU YANG DIBERI TUGAS TAMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang memiliki berbagai potensi, minimal memiliki pendengaran, penglihatan dan hati. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, maka harus ada yang mengarahkan dan membimbingnya supaya berjalan dan terarah sesuai yang diharapkan. Karena itu, manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah manusia dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia itu sendiri di atas permukaan bumi. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan, baik berupa pengajaran atau pelatihan yang tidak bisa dilakukan secara cepat tanpa perencanaan, karena manusia memiliki berbagai potensi, karakter, dan kepribadian yang sangat berbeda-beda dan kompleks. Dengan pendidikan manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan merupakan salah satu modal dasar manusia dalam menempuh kehidupan ini. Menurut Murip Yahya (2010:15) pendidikan adalah usaha atau aktivitas yang disengaja dan bertujuan yang didalamnya terlibat berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga membentuk suatu sistem yang saling mempengaruhi. Adapun Uus Ruswandi (2008:6), mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam rangka untuk membantu perkembangan potensi peserta didik guna memiliki 1

kompetensi-kompetensi atau kemampuan yang diharapkan oleh keluarga, masyarakat, bangsa, dan agamanya. Wahjosumidjo (2013:81) berpendapat bahwa: Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi, terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki dalam organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar-mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Keberhasilan kepala sekolah menunjukkannya sebagai seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Dalam Peraturan Menteri Agama No. 29 Tahun 2014 tentang Kepala Madrasah menerangkan bahwa kepala madrasah wajib memiliki kompetensi: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Menurut Daryanto (2006:80), kepala sekolah merupakan personel yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Sedangkan Wahjosumidjo (2013:83), mendefinisikan kepala sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah 2

dimana diselenggarakan proses belajar-mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kata memimpin dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu kepemimpinan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Adapun E. Mulyasa (2011:107-108) mengutip pendapat Soepardi yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai: Kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut; serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan sekolah. Unsur keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah adalah pemahamannya terhadap teori tentang kepemimpinan, memahami tugas dan fungsinya, serta gaya atau model kepemimpinan yang digunakannya. Pola kepemimpinan mencerminkan model kepemimpinan yang diterapkan dalam mengelola bawahan. Secara teoritis telah banyak dikenal pola kepemimpinan, namun pola mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Untuk memahami pola kepemimpinan tersebut, penulis memfokuskan penelitian ini kepada empat 3

4 macam pola/model kepemimpinan, yaitu kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan transformasional, kepemimpinan kultural, dan kepemimpinan partisipatif. Madrasah aliyah adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah atas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah aliyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien maka membutuhkan kepemimpinan yang baik. Salah satu Madrasah Aliyah Negeri adalah MAN 1 Bandung yang awal mulanya bernama MAN Ciparay. Pergantian nama dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 212 tahun 2015 tentang perubahan nama madrasah negeri di provinsi Jawa Barat. MAN 1 Bandung telah berdiri pada tahun 1990 dengan tempat yang pertama kali digunakan adalah menumpang di MTsN Ciparay Kabupaten Bandung. MAN 1 Bandung sekarang bertempat di jl. Komplek bumikarya Ciheulang Ciparay. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 15 November 2016, diperoleh informasi dari bapak Manan selaku wakamad bagian Humas, bahwa MAN 1 Bandung memiliki sarana prasarana yang menunjang proses belajar-mengajar. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kepala sekolah sebagai manajer dan mengawasi dalam pengelolaan sarana prasarana. Kemudian, penulis melakukan observasi lanjutan pada tanggal 5 Desember 2016 dengan agenda wawancara terhadap bapak Manan.

5 Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh bahwasanya kepala madrasah saat ini merupakan kepala madrasah yang baru saja dipromosikan dari MAN Cibinong Kabupaten Bogor, dan di lantik sebagai kepala madrasah MAN 1 Bandung pada tanggal 15 Januari 2016. Dari wawancara tersebut juga diperoleh kenyataan bahwa MAN 1 Bandung selama 2 tahun tidak memiliki pimpinan yang berdampak pada sistem pengelolaan madrasah terbengkalai, termasuk kinerja tenaga pendidik yang menurun dan tingkat disiplin peserta didik yang kurang teratur. Program yang dicanangkan oleh kepala madrasah untuk mengubah hal negatif tersebut ialah membangun karakter semua aspek yang ada pada lembaga MAN 1 Bandung tersebut. Selanjutnya menurut bapak Manan pada saat ini tingkat kedisiplinan terutama kinerja tenaga pendidik dan kependidikan mulai meningkat dibandingkan dengan sebelumnya, dikarenakan adanya dampak dan pengaruh yang signifikan dari kepala madrasah yang menyebabkan adanya perubahan dan semakin meningkatnya tingkat kesadaran dan disiplin tenaga pendidik, kependidikan, dan peserta didik. Sistem pengelolaan madrasahnya pun tertata dengan baik. Berdasarkan fenomena di atas, menarik untuk dipertanyakan, mengapa tingkat kedisiplinan tenaga pendidik, kependidikan, dan peserta didik meningkat? Pengaruh apa yang diberikan oleh kepala madrasah terhadap hal tersebut? Bagaimana pola kepemimpinan yang digunakan oleh kepala madrasah?

6 Masalah-masalah tersebut menarik untuk diteliti dalam bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan judul: Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah (Penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandung Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung-Jawa Barat). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana visi kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung? 2. Bagaimana pendekatan kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung? 3. Bagaimana pola kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung? 4. Bagaimana keberhasilan kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung? 5. Apa faktor penunjang dan penghambat pola kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui visi kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung. b. Untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung. c. Untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung. d. Untuk mengetahui keberhasilan kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung. e. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat pola kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung.

7 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoritis: hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan informasi untuk menambah khazanah pengetahuan tentang pola kepemimpinan kepala madrasah. b. Kegunaan praktis: diharapkan dapat mengembangkan konsep dalam mengelola dan meningkatkan kualitas pendidikan di MAN 1 Bandung. D. Kerangka Pemikiran Salah satu indikator utama dalam penelitian kualitatif adalah memahami latar alamiah sebagai objek secara menyeluruh dan memahami latar budaya dengan keadaan sebenarnya. Serta latar alamiah menghendaki adanya kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteknya.pola didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Pola kepemimpinan berarti cara pemimpin dalam membawa dirinya sebagai pemimpin, cara berlagak dalam menggunakan kekuasaannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi para pengikutnya agar merealisasikan apa yang menjadi visinya, selanjutnya kata kepemimpinan dengan mendapat awalan ke dan akhiran an berarti perbuatan atau aktivitas pemimpin, mengetahui, mengepalai, membimbing, dan mengarahkan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Menurut Sudarwan Darwin (2010:6) kepemimpinan adalah setiap

tindakan yang dilakukan untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepala Madrasah menurut Wahjosumidjo (2008:83) adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Menurut PP nomor 28 tahun 2010 pasal 1 ayat 1 antara lain: Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTS), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional (SBI atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Kepala madrasah sebagai seorang pemimpin pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah, meningkatnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan, dan perkembangan mutu yang profesional diantara guru-guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala madrasah. Di lingkungan dunia pendidikan banyak ditemui usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama, salah satunya adalah lembaga pendidikan formal terdapat seorang pemimpin yang 8

biasanya diangkat oleh badan yang lebih tinggi dengan kedudukan sebagai kepala. Menurut Nawawi yang dikuti dari Purwanto (2002:75), kepemimpinan dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi: 1. Kepemimpinan formal/resmi, yakni yang diangkat atau ditunjuk suatu kekuasaan atau badan tertentu yang lebih tinggi untuk menjalankan tugas-tugas kepemimpinan di lingkungan kekuasaan/badan yang lebih rendah. 2. Pemimpin informal, yakni yang muncul dari dalam kelompok dan diterima diantara anggota kelompok sebagai orang yang mampu menggerakkan dan mempengaruhi sehingga disegani, dihormati, dan dipatuhi keputusan-keputusannya. Jika merujuk pada jenis kepemimpinan di atas, maka kepala sekolah merupakan pimpinan formal. Kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh pola atau bentuk kepemimpinan yang dijalankan. Dalam hal ini pendekatan kepemimpinan yang dilakukan akan menciptakan pola kepemimpinan yang digunakan. Menurut Wahjosumidjo (2013:20-33), secara garis besar ada empat macam pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kepemimpinan, sebagai berikut: 1. Pendekatan pengaruh kewibawaan, pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerja sama antara para pemimpin dengan bawahan. 2. Pendekatan sifat, pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. 3. Pendekatan perilaku, pendekatan ini menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. 4. Pendekatan kontingensi, pendekatan ini menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang 9

didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional. Berdasarkan keempat pendekatan kepemimpinan tersebut, akan memunculkan suatu pola/model kepemimpinan yang digunakan oleh kepala madrasah. Pola/model kepemimpinan seperti apa yang digunakan oleh kepala madrasah, bergantung pada pendekatan seperti apa yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam implementasi kepemimpinannya. Pola/model kepemimpinan yang dimaksud, menurut Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith (2013: 21-30), adalah: 1. Kepemimpinan kharismatik, secara nalar merupakan kepemimpinan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain tanpa logika yang biasa, sebab kharisma merupakan fakta tanpa nalar, bersifat intuitif, dan misterius. 2. Kepemimpinan transformasional, merupakan sebuah proses dimana pimpinan dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. 3. Kepemimpinan kultural, merupakan sebuah model kepemimpinan yang mencoba untuk membandingkan perubahan budaya dan kepemimpinan yang mempertahankan budaya. 4. Kepemimpinan partisipatif, berkaitan erat dengan penggunaan berbagai macam prosedur pengambilan keputusan yang memberikan kepada orang lain suatu pengaruh tertentu apalagi terhadap keputusan-keputusan pemimpin tersebut. Dalam upaya mencapai keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak terlepas dari faktor penunjang dan penghambat. Faktor penunjang adalah segala hal yang membantu dan mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam mencapai tujuan. Sedangkan faktor penghambat adalah segala hal yang dapat mempengaruhi, memperlambat terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam meraih tujuan. 10

11 Berdasarkan teori di atas, maka dalam penelitian ini diuraikan secara rinci mengenai latar alamiah MAN 1 Bandung, visi kepemimpinan, pendekatan kepemimpinan, model kepemimpinan, faktor penunjang dan penghambat, serta keberhasilan model kepemimpinan kepala madrasah. Untuk mempermudah pemahaman pembaca, penulis membuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1.1 SKEMA POLA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH (Penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandung) Visi kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung Pendekatan Kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung Faktor Penunjang Pola kepemimpinan kepala MAN 1 Bandung Faktor Penghambat Keberhasilan yang telah dicapai