BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

DAFTAR RUJUKAN. Ahmadi, Abu Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memahami peranan dalam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan. keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB V KESIMPULAN. penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. professional dalam meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Mudjiono, dan Dimyati Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keterampilan. Dewasa ini bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

DAFTAR RUJUKAN. Abror, Rachman, Abd Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

BAB I PENDAHULUAN. yang tengah berkembang pesat. Maka perlu adanya persiapan antara lain,

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperolehnya. Sehingga disinilah letak betapa beratnya peran seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan yang lengkap, media dan lain sebagainya). materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI BANDAR KLIPPA

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. 1 Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. 2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal I menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 3 1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal.15 2 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), cet.1, hal.5 3 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafida, 2009), hal. 3 1

2 Adapun tujuan dari setiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana yang telah diterapkan dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 4 Adapun menurut islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-nya. Sehingga ia dapat berbahagia lahir batin, dunia akhirat. 5 Berkaitan dengan pendidikan terdapat beberapa hal yang termasuk didalamnya. Salah satu komponen yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses utama pendidikan. Pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses belajar-mengajar berjalan efektif, efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 6 Dalam kegiatan pembelajaran terdapat proses kegiatan belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain bahkan saling keterkaitan. Menurut Sunaryo dalam Kokom komalasari mengatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya 4 UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafida, 2009), hal. 7 5 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu pendidkan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal.99 6 Zainal Aqib, Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif), (Bandung: PT Yrama Widya, 2013), hal. 66

3 pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 7 Belajar dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa maupun dalam bertindak. 8 Sedangkan mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. 9 Mengajar adalah memberikan pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengerti peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun proses daripada suatu ilmu pengetahuan. 10 Dalam keseluruhan pendidikan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan merupakan hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada setiap individu yang belajar. Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam situasi tertentu. 11 Proses belajar mengajar menitik beratkan upaya agar materi pelajaran atau pendidikan mudah diamati, dihayati, ditransfer, dan dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Dalam mencapai tujuan, proses belajar mengajar tidak 7 Kokom komalasari, Pembelajran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2010), hal. 2 8 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hal.4 9 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal.25 10 Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal.15 11 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hal. 84

4 pernah terlepas dari suatu seni atau kiat-kiat mendidik. Sebab konsep-konsep pendidikan itu tidak selalu tepat dilaksanakan dan dipraktekkan di lapangan. 12 Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar agar peserta didik mempunyai kemampuan yang baik yaitu selain memahami pelajaran atau materi yang diajarkan, mereka juga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif semua itu tidak lepas dari peran guru. Seseorang guru haruslah bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Sedangkan, tugas utama pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotorik. 13 Karena itu dalam Islam, seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademisnya saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. 14 Seorang guru sangat berperan dalam dunia pendidikan salah satu tugas guru yang harus dilakukan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. 15 Guru juga mempunyai tugas merumuskan tujuan pembelajaran atau indikatornya, menyusun materi pelajaran yang sesuai 12 Made Pidarta, Landasan Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal.8 13 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 252 14 Anita Lie,Cooperative Learning;Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hal. 2 15 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hal. 35

5 dengan minat, kebutuhan dan perkembangan peserta didik. 16 Selain itu guru mempunyai peranan sangat besar untuk ikut membina kepribadian peserta didiknya. Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk tidak hanya menekankan aspek kognitif semata, tetapi lebih dari itu, aspek afektif dan psikomotor peserta didik juga harus dikembangkan. 17 Dalam kegiatan belajar mengajar agar seorang guru dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran yang menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi, serta langkah-langkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas keguruan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan. 18 Guru harus memiliki kemampuan memahami peserta didik dengan berbagai minat, bakat, kemampuan, potensi-potensi dan keunikannya agar mampu membantu mereka dalam kesulitan belajar. 19 Untuk memberikan yang terbaik seorang guru harus menyiapkan materi, model, strategi dan metode dengan baik. 20 Dalam hal ini guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai model belajar, kondisi peserta didik dan cara melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Seorang guru dalam pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus berupaya 16 Muhamad Zaini, Pengembgan Kurikulum : Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 130 17 Lie, Cooperative Learning:Mempraktikkan, hal. 94 18 Annissatul Mufarokah, Strategi Belajar dan Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 13 19 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 69 20 Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 132

6 agar mata pelajaran yang di sampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi peserta didik. Dengan demikian model pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru agar siswa bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Pada kenyataanya yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang dilakukan masih bertumpu pada pendidik (teacher centered) sehingga peserta didik cenderung pasif. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional seperti metode ceramah dan tanya jawab. Alasannya karena metode ini dianggap metode yang tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan biaya. Tetapi dalam penerapan metode ini guru kurang mempertimbangkan apakah siswa memahami meteri yang disampaikan atau tidak. Padahal dewasa ini, guru diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran yang semakin berkembang. Masalah lain yang sering ditemui yaitu peserta didik merasa malu atau tidak berani bertanya kepada guru jika ada matei yang belum mereka pahami. Dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) ada beberapa mata pelajaran yang dipelajari, salah satunya adalah Aqidah Akhlak. Aqidah Akhlak merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada peserta didik agar memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 21 Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran 21 Moh. Rifa I, Aqidah Akhlak, (Semarang: CV.Wicaksana, 1994), hal.5

7 yang telah diajarkan sejak kelas 1. Jadi tidak jarang ada peserta didik yang tidak menyenangi mata pelajaran ini. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek khususnya kelas I, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak, yaitu pembelajaran masih cenderung monoton, pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak dikelas juga masih mengunakan metode ceramah, mencatat, siswa disuruh mengerjakan buku Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individual kemudian dikumpulkan kepada guru. Peserta didik kurang terlibat pada kegiatan pembelajaran, dan juga peserta didik kurang bisa bekerjasama dengan kelompok. Pada saat proses pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang asyik ramai sendiri, bicara dengan teman sebangku atau melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pembelajaran yang sedang diikuti. Bahkan ada yang tidak peduli dengan apa yang disampaikan pendidik. Hal itu dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional dan kurang menarik sehingga mengakibatkan minat peserta didik rendah, jenuh, dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran tersebut. 22 Hal ini didukung dari hasil wawancara awal peneliti lakukan dengan wali kelas I yang menegaskan: Selama proses pembelajaran Aqidah Akhlak, saya sering menggunakan metode klasik yaitu ceramah. Siswa mendengarkan penjelasan dari saya dan menulisnya, kemudian saya meminta mereka untuk mengerjakan LKS yang sudah tersedia. Karena untuk Februari 2017 22 Hasil Observasi awal peneliti di MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek, tanggal 21

8 menerapkan model atau metode yang lain untuk fasilitas atau sarana prasarananya masih belum terpenuhi. 23 Hasil belajar Aqidah Akhlak peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek yang berjumlah 19 anak, hanya beberapa anak yang nilainya memenuhi KKM (75). Dari 19 anak yang mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 10 anak. Ada 9 anak yang nilainya di bawah KKM dan tidak tuntas dalam belajarnya. 24 Adapun dokumen nilai selengkapnya sebagaimana terlampir. Agar pembelajaran Aqidah Akhlak menjadi menyenangkan dan mudah untuk dipahami oleh peserta didik, maka guru dapat menerapkan model pembelajaran. Jika penerapan model pembelajaran mampu mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam hal penyampaian materi, maka peserta didik yang akan merasakan dampak positifnya dan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 25 Dengan demikian, model pembelajaran yang menarik sangat dibutuhkan agar peserta didik dapat menerima pesan atau materi dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil peserta didik yang saling bekerja sama 23 Hasil wawancara pribadi dengan wali kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek, pada Februari 2017 24 Dokumen Nilai Mata Pelajaran Aqidah Akhlak peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek 25 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 51

9 dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Bern dan Erickson dalam Kokom mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 26 Adapun salah satu dari beberapa model pembelajaran kooperatif adalah Make a Match. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melibatkan peserta didik secara aktif guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan metode Make a Match (mencari pasangan). Make a Match adalah salah satu metode yang di dalamnya terdapat pencarian pasangan antara pertanyaan dengan jawaban. Peserta didik yang memegang kartu pertanyaan berusaha dan bekerjasama untuk menemukan kartu jawaban yang tepat. 27 Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dimana peserta didik di ajak belajar dan sambil bermain. Sehingga peserta didik akan semangat dalam mengikuti pelajaran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. 28 Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan model yang mudah untuk diterapkan dalam menyampaikan pelajaran Aqidah 26 Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, hal. 62 27 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal. 55 28 Aris shoimin, Model Pembejaran Inovatif dalam kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hal. 98

10 Akhlak di kelas I khususnya pada materi tentang asmaul husna. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam penelitian ini agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, efisien dan menyenangkan. Beberapa peneliti terdahulu sudah pernah melakukan penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe Make a Match ini. Siti nur Halima dalam skrpsinya yang berjudul penerapan metode make a match untuk meningkatkan hasil belajar al-qur an Hadist materi surat al-lahab kelas IV MIN Rejotangan Tulungagung. Pada penelitian tersebut, hasil belajar al-qur an Hadist mengalami peningkatan. Hasil belajar meningkat dari nilai rata-rata pada tes awal 55,90 meningkat menjadi 74,09 pada tes akhir siklus I, dan meningkat lagi menjadi 95,45 pada tes akhir siklus II. 29 Pada penelitian lain, Arin Fatmawati dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Make a Macth untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas II Di MIN Ngepoh Tanggunggunung.Pada penelitian tersebut, hasil belajar IPS mengalami peningkatan. Hasil belajar meningkat dari nilai rata-rata pada tes awal 16,67 meningkat menjadi 44,45 pada tes akhir siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 95,71 pada tes akhir siklus II. 30 Nina Sultonurohmah juga pernah menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match. Dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Model 29 Siti nur Halima, penerapan metode make a match untuk meningkatkan hasil belajar al- Qur an Hadist materi surat al-lahab kelas IV MIN Rejotangan Tulungagung tahun ajaran 2012/2013, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013). 30 Arin Fatmawati, Penerapan Model Make a Macth untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas II MIN Ngepoh Tanggunggunung Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2013)

11 Make a Match untuk Meningktakan pemahaman Kosa Kata Bahasa Arab Siswa kelas III MI Darussalam 02 Aryojeding Rejotangan Tulungagung. Pada penelitian tersebut, hasil belajar Bahasa Arab mengalami peningkatan. Hasil belajar meningkat dari nilai rata-rata pada tes awal 48,70 meningkat menjadi 69,03 pada tes akhir siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 91,61 pada tes akhir siklus II. 31 Ketiga peneliti tersebut telah berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model tersebut. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik dan termotivasi untuk meneliti model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Tujuan peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk memudahkan peserta didik dalam belajar memahami materi pelajaran, tidak hanya sekedar menerima teori akan tetapi juga mempunyai pengalaman belajar yang bermakna. Diharapkan juga peserta didik mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan proses pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menarik keaktifan peserta didik. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu diadakan penelitian supaya dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak peserta didik. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Peserta Didik Kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek sebagai upaya menggali secara mendalam tentang hasil belajar siswa. 31 Ani Purwani, Penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan kelas IV di MI kelurahan pesantren Tanggung kota Blitar, (Blitar: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014).

12 B. Rumusan Masalah Permasalahan peneliti sebagaimana berdasarkan latar belakang di atas, fokus penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan kerjasama pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek tahun ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana peningkatan keaktifan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek tahun ajaran 2016/2017? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek tahun ajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan peningkatan kerjasama pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek tahun ajaran 2016/2017 2. Untuk mendiskripsikan peningkatan keaktifan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model

13 pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek tahun ajaran 2016/2017. 3. Untuk mendiskripsikan peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek tahun ajaran 2016/2017. D. Manfaat penelitian 1. Secara Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai kontribusi dan sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmiah, khususnya tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak. 2. Secara Praktis Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Kepala MI Nurul Huda Dawuhan. 1) Sebagai bahan pemberdayaan dalam meningkatkan setrategi pembelajaran Aqidah Akhlak. 2) Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dalam upaya peningkatan pendidikan. b. Bagi Guru MI Nurul Huda Dawuhan. 1) Sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajara yang diharapkan. 2) Meningkatkan kualitas dan profesionalitas guru.

14 3) Sebagai evaluasi bagi guru yang bersangkutan. 4) Memacu guru untuk lebih semangat dalam memilih strategi pembelajaran. c. Bagi Siswa MI Nurul Huda Dawuhan. 1) Mendorong siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran. 2) Meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi Peneliti Lain 1) Menambah pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang menyenangkan. 2) Menambah wawasan dalam pengalaman mengajar. 3) Menambah pengetahuan tentang ketrampilan mengelola proses belajar mengajar di kelas. 4) Meningkatkan kemampuan dalam penelitian, terutama pada penelitian tindakan kelas. e. Bagi Pembaca. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang model pembelajaran, sehingga pembaca tertarik untuk meneliti lebih lanjut. f. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Sebagai bahan koleksi dan referensi supaya dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bacaan buat mahasiswa lainnya. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian ini adalah : Jika model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini diterapkan pada peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek pada mata

15 pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna maka hasil belajar peserta didik akan meningkat. F. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman atau terjadi salah penafsiran istilah terhadap judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Peserta Didik Kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang penting dalam judul ini sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam memecahkan berbagai permasalahan selama pembelajaran dengan cara bekerja sama dengan sesame anggota kelompok. 3. Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match Model Make a Match adalah pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu kartu pasangan. 4. Mata pelajaran Aqidah Akhlak Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran pendidikan agama islam yang berisikan tentang akhlak atau perilaku baik

16 yang harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari serta akhlak atau perilaku yang harus dijauhi. 5. Kerjasama Kemampuan kerjasama dalam penelitian ini adalah sikap mau bekerja sama dengan kelompok untuk memacu peserta didik supaya mau belajar lebih aktif, memotivasi peserta didik untuk mencapai prestasi 6. Keaktifan Keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar peserta didik. 7. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu perubahan pada diri individu atau peserta didik sebagai akibat dari praktik dan pengalaman dalam belajar. G. Penegasan Operasional Berdasarkan dari istilah di atas, maka yang dimaksud dengan judul Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak peserta didik kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam proses pembelajaran sebagai penunjang keberhasilan hasil belajar peserta didik kelas I di MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek. H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika yang dimaksud adalah keseluruhan isi dari pembahasan ini secara singkat, yang terdiri dari lima bab. Dari bab-bab itu terdapat sub-sub

17 yang merupakan rangkaian dari urutan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika pembahasan dalam kajian ini adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan, ini merupakan langkah awal untuk mengetahui gambaran secara umum dari keseluruhan isi skripsi ini yang akan dibahas dan merupakan dasar, serta merupakan titik sentral untuk pembahasan pada bab bab selanjutnya, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujauan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan, penegasan istilah, penegasan operasioal dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Pada bab ini merupakan kajian pustaka mengenai model Make a Match, pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, hasil belajar, penerapan model Make a Match dalam pelajaran Aqidah Akhlak, penelitian tedahulu, hipotesis tindakan, dan kerangka pikiran. Bab III Model Penelitian, meliputi: jenis dan desain penelitian, subyek dan lokasi penelitian, data dan sumber data, tehnik pengumpulan data, analisis data, indikator keberhasilan, pengecekan keabsahan data, dan tahap tahap penelitian. Bab IV Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian, yang berisi: deskripsi hasil penelitian (siklus), latar obyek penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran. Bagian akhir terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan biodata penulis.

2