BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota ASEAN maupun kunjungan wisatawan sesama negara non anggota ASEAN. Pada tahun 2013 kontribusi pertumbuhan 12% dan jumlah wisatawan asing mencapai 90,2 juta menjadikan ASEAN berkontribusi 7,3% dari total wisatawan asing, dengan prospek dan potensi pertumbuhan kunjungan wisatawan asing ke ASEAN diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 % dari total kunjungan wisatwan asing pada tahun 2030. Oleh karena itu, dalam rangka mendorong pertumbuhan pariwisata di kawasan ASEAN, dibentuk pertemuan mentri pariwisata atau yang berhubungan dengan dunia wisata se-asean) guna menekankan pentingnya kerjasama dan pembangunan pariwisata ASEAN guna mencapai integrasi kawasan atau regionalisme melalui sektor pariwisata ASEAN, dimana wisata ASEAN sebagai destinasi tunggal sejalan dengan visi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Jumlah kunjungan wisata ke negara negara ASEAN sejak tahun 1991 mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana 99,2 juta wisatawan baik wisatawan regional maupun internasional menjadikan ASEAN sebagai tujuan wisata yang sangat dimintai sebagi tujuan kunjungan wisatanya. Selain unsur fasilitas pendukung 1
serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pertumbuhan penting dalam pengembangan ASEAN ini adalah pengembangan kualitas standar pendukung kunjungan wisata seperti pengelolaan sanitasi, hotel yang ramah lingkungan, pelayanan hotel lainnya hingga proses sertifikasi hal tersebut sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, kualitas pelayanan dan kualitas fasilitas pendukung di tataran kawasan. Negara negara di ASEAN khususnya Thailand, Singapura, Malysia dan Indonesia khususnya menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Hal tersebut diperkuat dengan semangat regionalisme pariwisata ASEAN yang tergabung dalam ASEAN Tourism Ministers Meeting (M-ATM) yang menjadi pendorong dalam pertumbuhan ekonomi negara negara ASEAN guna mencapai tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 serta mendorong industri pariwisata salah satunya untuk meningkatkan Foreign Tourists Arrival (FTA) dan mengkoordinir masalah masalah perkembangan pariwisata ASEAN. Peningkatan atau progresfitas pariwisata ASEAN tersebut salah satunya didukung oleh beberapa program hasil dari kebijakan kebijakan yang telah dirumuskan dalam pertemuan M-ATM setia tahunnya sejak tahun 1996 hingga tahun 2015, sebagai bagian dari upaya merealisasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang setiap tahunnya terus diperbaharui sebagai bagian dari upaya pembahauan pariwisata ASEAN. Kebijakan kebijakan tersebut yaitu kebijakan kebijakan dalam kerjasama pariwisata ASEAN, adapun kebijakan kebijakan tersebut adalah kebijakan dalam kerjasama pariwisata ASEAN, liberalisasi pariwisata ASEAN, Pengembangan tenaga kerja, kerjasama Internasional, investasi dalam bidang 2
pariwisata, konektivitas kawasan melalui sektor pariwisata, kebijakan integrasi ASEAN, pertukaran pemuda ASEAN, peningkatan keamanan dalam mendokung pengembangan pariwisata ASEAN, pengembangan ASEAN Tourism Stretegic Plan (ATSP), dan yang terakhir adalah pengembangan ASEAN Tourism Agreement. Kemudian, kebijakan kebijakan M-ATM tersebut berkontribusi terhadap integrasi ASEAN yang didorong oleh negara negara anggota ASEAN dengan melibatkan pembuatan kebijakan kebijakan dalam mengurangi atau menghilangkan hambatan hambatan dalam pertukaran barang,jasa dan manusia yang kemudian berlangusng pada perluasan penghapusan hambatan non-tarif, perjalanan wisata berupa pembebasan visa yang berkunjung ke ASEAN. Kebijakan kebijakan M-ATM pun mendorong kohensi regional, dimana menurut hemat penulis proses tersebut mengarahkan pada terbentuknya ASEAN yang terintegrasi antara negara satu dengan negara lainnya melalui kerjasama antar pemerintahan atau intergovernmental cooperation secara bertahap dalam konteks semakin mendalamnya integrasi ekonomi dan meningkatkan interdependesnsi antar negara negara anggota ASEAN. Selain hal tersebut, dengan beberapa data signifikansi dan respon positif negara negara anggota ASEAN atas progresifitas kemajuan pariwisata ASEAN yang merupakan pengaruh dari kebijakan kebijakan yang telah dirumuskan M-ATM seperti peningkatan jumlah wisatwan yang berkunjung ke ASEAN pada tahun 2012 dimana ASEAN mampu menarik 74.8 juta wisatawan pada tahun 2012 kemudian kontribusi pertumbuhan 10.14 % hasil dari 3
kebijakan kebijakan seperti konektivitas penerbangan ASEAN, penurunan biaya angkut barang di kawasan ASEAN menjadi kontribusi meningkatnya perjalanan intra ASEAN sebagai penyumbang 46% dari total wisatawan dunia dan tambahan dari wisatwan Asia sebesar 28 %. Progresivitas tersebut tidak terlebas dari peran ATSP 2011 2015 guna mencapai MEA 2015 serta implementasi ATSP mendorong peran pariwisata sebagai program berkelanjuan bagi ekonomi ASEAN. Kemudian signifikansi lainya adalah progresifitas pariwisata ASEAN dimana pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah gelombang kunjungan wisatawan ke ASEAN tercatat 97.2 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke beberapa negaar ASEAN dengan peningkatan 3% dari tahun 2013 dimana peningkatan tersebut merupakan hasil dari kebijakan ASEAN Open Skies Agreements sebagai pendorong perjalanan wisata intra- ASEAN sebagai kunci utama pertumbuhan pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Selain hal tersebut, dunia pariwisata global mencatat sebesar sumbangan 53% kunjungan pariwisata global merupakan berasal dari wisatwan ke ASEAN. Selain progrefitas kebijakan Asean Open Skies, peningkatan pariwisata ASEAN para delegasi mencatat juga hal tersebut merupakan pengaruh dari kebijakan strategi yang dikeluarkan oleh M-ATM sebelumnya diantaranya kebijakan strategi ATSP 2011-2015 yang dimana kebijakan strategi tersebut merupakan langkah dalam merealisasikan MEA 2015. Oleh karena itu pengaruh spill over sektor pembanguanan dan kerjasama pariwiata ASEAN tersebut yang terakumulasi dalam kebijakan kebijakan M-ATM 4
terlibat dalam integrasi mendorong pula atau mempengaruhi pada sektor lainnya seperti sektor transportasi baik laut, udara maupun darat, faktor keamanan seperti terorisme, masalah penyakit penyakit yang merebak di kawasan Asia Tenggara, termasuk keamanan manusia seperti penanggulangan kekerasan pada anak. Pengaruh spill over pariwisata lainnya yaitu sektor pariwisata ini mempengaruhi terhadap aspek politik dimana sektor pariwisata mendorong para aktor aktor yang terlibat khususnya aktor aktor negara negara angggooa ASEAN dalam konteks ini para mentri paraiwistaa ASEAN yang tergabung dalam M-ATM dalam menyalurkan kepentingan dan perilaku melalui sharing baik comparative advantage sehingga mendorong interdependensi negara negara tersebut melalui kebijakan kebijakan yang telah dirumuskan oleh M-ATM. Selain itu kebijakan kebijakan M-ATM mendorong kerjasama dan pembangunan serta mencari penanggulangan permasalahan permasalahan baru seperti penanggulangan bencana alam di ASEAN, pembangunan lingkungan yang berkelanjutan serta kerjasama dalam bidang komunikasi, transportasi, lingkungan hidup yang dipengaruhi dari pembangunan dan kerjasama pariwisata ASEAN yang dapat dipecahkan melalui kerjasama pariwisata ASEAN sehingga meningkatnya kompleksitas interdependensi dan mendorong para elit negara yang tergabung dalam M-ATM untuk memperluas kerja sama ke sektor sketor yang lebih luas sehingga dapat mendorong terbentuknya integrasi yang lebih lanjut guna mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi yang lebih besar.oleh karena itu, penulis menutup 5
secara garis besar bahwa kerjasama dan pembangunan pariwisata ASEAN yang terakumulasi melalaui kebijakan kebijakan yang telah dirumuskan M-ATM secara tersurat spillover effect sektor pariwisata yang berpengaruh pada sektor lainnya sekerti sektor politik khususnya, sektor sosial, sektor budaya dan sektor keamanana memeiliki pengaruh dan berkontrbusi terhadap peningkatan liberalisasi, meningkatkan perdagangan dan investasi, meningkatkan kesadaran identitas ASEAN, meningatkan konektivitas dan integrasi sehigga mendorong interdependensi baik interkoneksi anatar negara negara anggota ASEAN maupun antar warga negara ASEAN dalam konteks ini interkoneksi pemuda, pelaku bisnis wisata maupun tenega kerja terampil dibawah kewenangan ASEAN Tourism Agreement. Selain itu dukungan kerjasama internasional yaitu kerjasama ASEAN+3, ASEAN+1, ASEAN- CER, ASEAN-Rusia, ASEAN-Amerika Serikat, ASEAN-Uni Eropa mendorong proses integrasi kawasan dalam suatu konsep regionalisme dan yang terpenting kebijakan kebijakan yang telah dirumuskan M-ATM tersebut memiliki hasil atau signifikansi dan respon positif negara negara anggota ASEAN dalam mendorong regionalisme ASEAN. Ada beberapa yang menjadi perhatian penting bagi penulis, yaitu pertama, Thailand adalah negara teratas dalam kontribusi tingginya jumlah wisatawan asing yang berwisata ke Thailand. Hal tersebut merupakan tidak hanya pengaruh dari kebijakan kebijakan M-ATM namun sebgaaimana penulis paparkan sebelumnya dalam BAB pendahuluan dalam hal pengelolaan pariwisata dalam negerinya Thailand 6
terhitung unggul dalam segi kebijakan dan pengelolaannya seperti kesiapan infrastruktur wisata yang terpadu sehingga menunjang konektivitas baik darat maupun udara, pelayanan jasa bagi wisatawan asal Tiongkok diamana Thailand menyediakan pelayanan berahasa Tionghoa bagi layanan maksimal wisatawan asal Tiongkok, kemudian Thailand menyediakan makanan khas negara asal wisatawan serta Thailand menggencarkan promosi secara profesiona sehingga menambah banyak minat wisatawan untuk berkunjung ke negara Thailand disbanding ke negara negara ASEAN lainnya. Kedua, meskipun banyak wisatawan yang berkunjung ke ASEAN berdasarkan data statistik pariwisata ASEAN yang dirilis Direktorat Jendral ASEAN tahun 2014 bahwa memang sebagian besar wisatawan banyak berkunjung ke Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia namun dari data tersebut dapat dipahami bahwa terjadi ketimpangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Vietnam, Myanmar, Laos yang lebih rendah jumlah kunjungannya dibanding jumlah kunjungannya ke Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Hal tersebut seharusnya menjadi pertimbangan ASEAN dalam lebih mendorong lagi perkembangan pariwisata di negara negara Indo-China ASEAN sehingga hal tersebut dapat mengakselerasi regionalisme ASEAN karena logikanya menurut konsep regionalisme semakin terkoneksinya negara negara di ASEAN, semakin tingginya interdependesi negara negara di ASEAN dan semakin tingginya liberalisasi perdagangan dan investasi pariwisata di ASEAN maka akan semakin cepat ASEAN menuju regionalisme di kawasan Asia Tenggara. 7
Kemudian yang ketiga, Jika melihat suksesnya regionalime Eropa dengan terbentuknya Uni Eropa dimana Uni Eropa mengawali proses regionalismenya melalui sektor industri baja dan tambang yang kemudian mepengaruhi ke beberapa sektor lainnya seperti sektor transportasi, politik,dan hukum hingga terciptanya Masyarakat Ekonomi Eropa atau bagi ilmuan ilmu Hubungan Internasional menyebut hal tersebut sebagai spillover effect, maka jika memepertimbangkan hasil penelitian penulis dimana sektor pariwista ASEAN memiliki potensi, peran dan signifikasi dalam integrasi ASEAN dan memiliki spillover effect terhadap sektor politik, transportasi, keamanann, dan sosial budaya. Oleh karena itu, ASEAN dapat mempertimbangkan sektor pariwista sebagai kunci dalam mendorong regionalisme ASEAN. Selain hal tersebut, melalui penelitian ini besar harapan penulis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi studi ilmu Hubungan Internasional khususnya dalam studi regionalisme khususnya dalam studi regionalisme di ASEAN. Dengan hasil penelitian ini ASEAN dapat mendorong regionalisme di kawasan Asia Tenggara guna mencapai MEA dengan meningkatkan kerjasama sektor pariwisata melalui peranan kerjasama M-ATM. 8