1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat yang mampu menampungnya agar tidak menumpuk dan berserakan. Sampah bisa berasal dari berbagai aktivitas seperti rumah tangga, pasar, sekolah, maupun rumah sakit, yang kemudian bercampur menjadi satu dan disebut sebagai sampah perkotaan atau sampah domestik. Volume produksi sampah itu sendiri berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang menempati kota tersebut (Ermawati, 2014). Sampah dapat menimbulkan berbagai permasalahan apabila dibiarkan menumpuk dalam waktu yang lama. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan salah satu bentuk solusi yang diberikan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan sampah. Hampir semua TPA yang ada di negara kita hanya digunakan untuk menampung tumpukan sampah tanpa dilakukan pengolahan khusus. Pemerintah kemudian mengembangkan TPA yang ada menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Sampah yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah jenis organik akan mengalami penguraian yang menghasilkan bahan padat, gas dan asam organik. Asam ini dapat mempengaruhi proses mineralisasi atau penguraian logam-logam yang ada di dalam sampah dan terbawa oleh air hujan menjadi air lindian (leachate) yang sangat berpengaruh terhadap kualitas air permukaan (Nuryani, 2003). Lindi (leachate) adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air eksternal tersebut akan melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis (Damanhuri, dalam Darmayanti, 2011). Air lindi yang kemudian ikut
mengalir bersama air eksternal, misalnya air hujan, akan meresap ke dalam tanah. Hal ini menjadi berbahaya dikarenakan hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung (29,2%), sumur pompa (24,1%) dan air ledeng/pdam (19,7%). Begitu juga dengan masyarakat di sekitar TPST Bantar Gebang yang mayoritas masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. TPST Bantar Gebang yang terletak di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, merupakan tempat pembuangan akhir dan pengolahan sampah dengan luas sekitar 110 ha. TPST yang menampung sampah Kota Bekasi dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sejak 1989 ini dikelilingi oleh empat kelurahan, yaitu Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Sumur Batu dan Kelurahan Bantar Gebang. Denah lokasi TPST Bantar Gebang disajikan dalam Gambar 1.1. Gambar 1.1 Foto udara lokasi TPST Bantar Gebang (Dharmawan, 2011) TPST di Indonesia kebanyakan direncanakan dengan sistem sanitary landfill, namun berakhir dengan sistem open dumping. TPST Bantar Gebang pada akhirnya juga menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah dibiarkan menumpuk dalam lahan terbuka tanpa perlakuan apapun. Sistem ini dinilai dapat membahayakan lingkungan sekitar sehingga diberlakukanlah Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 44 yang menyatakan bahwa pemerintah akan menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang masih menerapkan open dumping. Selain longsor, yang tidak
kalah bahayanya adalah lindi yang keluar dari tempat pembuangan akhir sampah akan mencemari air tanah di sekitarnya (Darmayanti dkk, 2011). Kondisi sampah di TPST Bantar Gebang ditunjukkan dalam Gambar 1.2. Gambar 1.2 Kondisi TPST Bantar Gebang (Anonim, 2011) Penelitian-penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa air lindi dari TPST sudah mengkontaminasi air permukaan terdekat dan membahayakan warga sekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ompusunggu (2009) mengenai air sumur gali masyarakat di sekitar TPA sampah di Kecamatan Pacur Batu, Kabupaten Deli, Serdang, memberikan hasil adanya kandungan nitrat yang melebihi batas baku mutu berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Penelitian Fajarini (2013) menemukan adanya kandungan nitrat dan klorida yang cukup tinggi pada air tanah warga di sekitar TPST Bantar Gebang. Hal ini membuktikan bahwa TPA memberi dampak buruk bagi kesehatan masyarakat di sekitar tempat pembuangan sampah. Dampak tersebut dapat dirasakan dalam rentang jangka pendek maupun panjang karena air yang mengandung senyawa tersebut sangat berbahaya apabila dikonsumsi dan akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Syafalni dan Satrio menunjukkan bahwa TPST Bantar Gebang telah menimbulkan kontaminasi zat pencemar air tanah di sekitarnya dengan jangkauan 1 km (Almunawwar, 2012). Berdasarkan SNI No. 03-
3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, jarak minimal tempat pembuangan akhir sampah dengan pemukiman warga adalah 500 meter. Pada kenyataannya di sekitar TPST Bantar Gebang telah berdiri pemukiman permanen hingga gubuk-gubuk pada jarak 100 meter dari tempat pembuangan sampah. Warga sekitar TPST Bantar Gebang pada dasarnya sudah mengetahui bahwa air tanah yang mereka gunakan telah terkontaminasi lindi, dikarenakan air tanahnya berwarna kuning dan berbau (Saban, dalam Almunawwar, 2012). Namun demikian, masyarakat sekitar masih menggunakan air tersebut untuk dikonsumsi sebagai air minum. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi pencemaran air tanah warga oleh air lindi di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang? 2. Bagaimana kualitas air tanah di sekitar Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, ditinjau dari parameter fisis dan kimia? 3. Apakah air tanah warga Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, masih layak dikonsumsi sebagai air minum? 1.3 Batasan Masalah 1. Sampel yang digunakan merupakan air sumur warga Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, dengan jarak 100 m, 200 m dan 300 m dari tempat pembuangan sampah. 2. Parameter fisis yang diuji diantaranya kekeruhan, bau, suhu, konduktivitas, indeks bias, tegangan permukaan, TDS dan TSS. 3. Parameter kimia yang diuji diantaranya ph, kesadahan, BOD, COD, adanya kandungan timbal (Pb), klorida (Cl), besi (Fe) dan senyawa nitrat (NO3). 4. Pengujian parameter kimia dilakukan di Laboratorium Balai Teknologi Kesehatan dan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta.
1.4 Tujuan Penelitian 1. Menentukan potensi pencemaran air tanah warga oleh air lindi di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang. 2. Menguji dan menganalisis kualitas air tanah warga ditinjau dari parameter fisis dan kimianya. 3. Menganalisis kelayakan air tanah warga Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, untuk tetap dapat dikonsumsi sebagai air minum. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini dapat memberikan enam manfaat. 1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi. 2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mendalami pengetahuan mengenai pencemaran air tanah oleh air lindi yang berasal dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu. 3. Memberikan informasi kepada warga yang tinggal di sekitar TPST Bantar Gebang mengenai pencemaran air tanah yang sudah terjadi serta bahayanya terhadap kesehatan. 4. Memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pencemaran air tanah yang terjadi di sekitar TPST Bantar Gebang. 5. Penulis dapat menerapkan Ilmu Fisika yang telah dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari. 6. Diharapkan dapat memberikan masukan terhadap sistem pengelolaan sampah yang masih menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab untuk merinci pokok permasalahan. BAB I. PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat uraian mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki permasalahan sejenis maupun berkaitan. Penelitian yang sudah ada tersebut dapat mendasari dilaksanakannya penelitian ini dengan menganalisa hasil yang diperoleh dari peneliti sebelumnya. BAB III. DASAR TEORI Bab ini memuat teori dan konsep dasar yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian. Dasar teori berisikan penjelasan teoritis, uraian matematis dan persamaan-persamaan yang selanjutnya digunakan untuk menganalisa data penelitian sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan nilai yang seharusnya. BAB IV. METODE PENELITIAN Bab ini memuat uraian tentang alat dan bahan penelitian, tahapan penelitian, langkah-langkah pengujian, parameter yang akan diuji dan cara analisis data yang digunakan. Bagian ini juga menjelaskan bagaimana peneliti melakukan pengolahan data yang telah diperoleh sehingga hasilnya dapat dipercaya. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat uraian mengenai hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, disertai pembahasan mengenai kesesuaian hasil dengan teori yang dijadikan acuan. Bagian ini juga akan menjelaskan secara detail bagaimana perkembangan hasil yang diperoleh terhadap hasil dari penelitian sebelumnya. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat uraian singkat mengenai hasil akhir dari penelitian sekaligus menjawab tujuan pelaksanaan penelitian. Bagian ini juga berisikan saran dari peneliti terhadap penelitian selanjutnya dengan pembahasan masalah yang sama.