BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perbandingan Time Serries Bank BRI, Mandiri, dan BNI Dengan Lima Bank. Berikut ini adalah data perbandingan rasio-rasio penilaian kesehatan bank

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. negeri mengalami stagnasi bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Sektor yang paling parah adalah sektor properti dan sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

AGUS KURNIAWAN( ) & SUSILOWATI DYAH KUSUMANINGTYAS SE. MM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

Nama : Uthary Maladhika NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Budiasih, SE., MMSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, sebagian besar. perbankan di Indonesia berekspansi usaha ke kredit korporasi dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup


BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

Inovatif. Analisis dan Pembahasan Manajemen. Bab

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu

9. Publikasi buku Data Perbankan Indonesia juga dilakukan melalui website Bank Indonesia (

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN POSISI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Manfaat Penulisan Kerangka Penulisan...

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi. menumbuhkan dan memompa perekonomian suatu negara.

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami masalah likuiditas yang serius. Pada awal mulainya krisis, pemerintah cukup kuat untuk menahan menurunnya nilai rupiah namun kenyataannya nilai rupiah terus terpuruk. Akibatnya semakin banyak bank yang gagal memenuhi ketentuan tingkat giro wajib minimum (GWM) yang ditetapkan Bank Indonesia. Dampaknya adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Dari sisi penghimpunan dana, terjadi penarikan dana secara besar-besaran dan dari sisi kredit banyak nasabah tidak mampu untuk mengembalikan pinjamannya. Hampir semua sektor ekonomi yang mendapat dukungan kredit perbankan tidak mampu bertahan bahkan beberapa sektor ekonomi mengalami keterpurukan yang sangat parah seperti sektor properti dan sektor industri. Pada tahun 1998 terdapat tiga sektor ekonomi yang mendominasi portofolio kredit perbankan yaitu sektor industri dengan jumlah kucuran kredit sebanyak Rp.182,55 Triliun atau sebesar 35,4% dari total kredit yang diberikan perbankan selama tahun 1998 sebanyak Rp.515,06 Triliun dan kemudian diikuti oleh sektor Jasa sebesar Rp.143,05 Triliun atau sebesar 27,6 % dan sektor perdagangan sebesar Rp.109,53 Triliun atau 21,3% dari total kredit perbankan selama tahun 1998 sementara itu sektor lain seperti sektor pertanian dan pertambangan rata-rata hanya memiliki kontribusi dibawah 10%. Bila dilihat dari besarnya kucuran 1

kredit perbankan maka setelah krisis yaitu periode tahun 1999 2003 tercatat pertumbuhan kredit mengalami penurunan tajam pada semua sektor ekonomi dan baru pada tahun 2002 mulai meningkat secara perlahan dan di tahun 2003 terjadi peningkatan yang cukup besar pada sektor industri, perdagangan dan jasa namun masih belum mencapai puncak pertumbuhan yang terbesar pada tahun 1998 seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Penyaluran Kredit Bank Menurut Sektor Ekonomi, tahun 1998 2003. (Rp.Miliar) Sektor Ekonomi 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian 36.155 27.098 22.702 21.368 22.171 23.950 7,0 8,9 9,3 7,2 6,8 5,5 Pertambangan 7.513 4.389 5.710 6.037 5.537 5.012 1,5 1,4 2,3 2,0 1,7 1,2 Industri 182.547 112.827 92.718 117.732 110.771 125.349 35,4 36,9 38,1 39,8 34,2 29,0 Perdagangan 109.526 61.787 43.973 46.337 55.861 81.941 21,3 20,2 18,1 15,7 17,2 19,0 Jasa-Jasa 143.045 71.220 43.317 48.687 54.239 91.191 27,6 23,3 17,8 16,5 16,7 21,1 Lainnya 37.269 28.777 34.632 55.706 75.658 104.787 7,2 9,4 14,2 18,8 23,3 24,2 TOTAL 515.055 100,0 306.097 1000 243.051 100,0 295.867 100,0 Sumber : Bank Indonesia dalam Buletin BPS Bulan Januari 2004. 324.235 100,0 432.230 100,0 Kondisi perbankan secara nasional setelah masa krisis tahun 1997-2000 sudah mulai membaik yaitu sejak tahun 2001 baik dilihat dana pihak ketiga maupun kredit yang diberikan termasuk kualitas kredit yang tercermin dari 2

indikator perbankan nasional selama tahun 1998 2002 sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Indikator Perbankan Nasional Tahun 1998 2002 (Rp.Triliun) Indikator Perbankan 1998 1999 2000 2001 2002 Dana Pihak Ketiga 625,30 617.60 699.10 797.40 835.80 Kredit yang diberikan 487,43 277.30 320.40 358.60 410.30 Obligasi Pemerintah 64,00 432.00 430.00 421.40 395.49 Total aset 895,50 1.006,70 1.030,50 1.099,70 1.112,20 Rasio Kredit/Aset 54,43% 27,55% 31,09% 32,61% 36,89% Rasio OR / Aset 7,15% 42,91% 41,73% 38,32% 35,56% Permodalan (98,50) (21,60) 53,50 62,30 93.00 Non Performing Loan 227,14 90.95 60.24 43.39 33.20 Rasio NPL /Kredit 46,60% 32,80% 18,80% 12,10% 8,09% LDR (%) 77,95% 44,90% 45,83% 44,97% 49,09% Sumber : Bank Indonesia, dalam Majalah Pengembangan Perbankan edisi No.100 Mei-Juni 2003. Jika melihat kondisi keuangan perbankan secara nasional maka jumlah dana pihak ketiga mengalami peningkatan yang cukup besar. Posisi dana pihak ketiga pada akhir tahun 2002 sebesar Rp.835,80 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan mulai pulih namun disisi lain dilihat dari jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan simpanan (deposito) masyarakat pada perbankan yang ditunjukkan dari rasio Loan to Deposit (LDR) yang masih dibawah 50% maka fungsi intermediaris yang dilaksanakan perbankan belum maksimal karena bank masih belum berani meningkatkan penyaluran kreditnya kepada sektor riil. Belum beraninya perbankan menyalurkan kredit disebabkan karena masih tingginya rasio non 3

performing loan (NPL). Meskipun rasio NPL menunjukkan perbaikan selama tahun 1998 2002 namun besarnya rasio NPL masih cukup tinggi terutama jika dibandingkan dengan perbankan internasional yang memiliki rasio rata-rata dibawah 5%. Disamping itu bank-bank berupaya keras untuk terus meningkatkan nilai capital adequacy ratio (CAR) untuk mendukung ekspansi kreditnya. Bagi bank dengan kondisi CAR yang terbatas maka ekspansi kredit akan menjadi kendala karena bank kekurangan modal (Retnadi, 2003). Besarnya rasio NPL juga dialami oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jika pada tahun 2001 rasio NPL sebesar 9,75% dan menurun pada tahun 2002 menjadi sebesar 7,28% yang berarti terjadi perbaikan kualitas kredit di tahun 2002 namun rasio NPL kembali meningkat di tahun 2003 menjadi sebesar 8,61% yang berarti terjadi penurunan kualitas kredit yang diberikan selama tahun 2003 dibandingkan tahun 2002 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Perkembangan kualitas kredit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tahun 2001 2003 (Dalam Rp.Miliar). Kualitas Kredit 2001 2002 2003 Lancar 30.972 44.452 58.185 Dalam Perhatia Khusus 12.655 16.201 11.216 Kurang Lancar 2.561 1.522.676 Diragukan 966 1.040 1.437 Macet 1.185 2.202 3.429 Total 48.339 65.417 75.943 Rasio NPL (%) 9,75% 7,28% 8,61% Sumber : Prospektus PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Juni 2003, diolah. 4

Meningkatnya kualitas kredit non performing loan akan menurunkan kinerja bank secara keseluruhan sehingga persaingan dengan bank-bank pesaing menjadi semakin sulit. Dalam peta persaingan perbankan nasional dengan menggunakan data indikator 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan data tahun 2003 sebagaimana terlihat pada tabel 4 menunjukkan bahwa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk masih kalah bersaing dengan beberapa bank besar di Indonesia. Tabel 4. Perkembangan Kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk terhadap 10 Bank besar di Indonesia (dalam Rp.Miliar) Bank Asset Total Loan NPL NIM CAR ROA (Rp.Miliar) (Rp.Miliar) (%) (%) (%) (%) Mandiri 248.515,2 70.481,5 7,4% 3,3% 27,9% 2,7% BNI 132.737,7 42.892,1 6,5% 4,2% 15,7% 1,3% BCA 122.340,5 24.527,8 3,2% 4,9% 35,4% 2,5% BRI 92.866,6 45.616,6 6,7% 9,2% 17,6% 4,0% Danamon 45.007,5 22.951,3 6,3% 5,3% 25,3% 3,1% BII 34.689,8 8.689,6 7,6% 2,5% 24,5% 0,8% Permata 27.392,2 9.117,5 16,1% 4,0% 10,1% 1,0% BTN 26.246,8 11.131,6 3,8% 3,0% 12,9% 0,8% Citibank 21.731,5 9.613,4 10,1% 7,0% 14,6% 5,6% Niaga 21.646,3 13.049,2 4,3% 4,8% 12,1% 2,3% Sumber : Laporan Economic Research Bank Mandiri posisi 30 September 2003. Kinerja keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang masih kalah bersaing dengan bank lain sementara disisi lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk adalah bank yang terbesar dilihat dari jumlah asset yang dimiliki dan juga merupakan bank yang terbesar dalam penyaluran kreditnya akan tetapi kualitas kredit yang disalurkan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk masih kalah 5

dibandingkan bank pesaing lainnya yang ditunjukkan oleh besarnya rasio NPL sehingga mempengaruhi kondisi kinerja keuangan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset (ROA) yang dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk masih kalah dibandingkan bank pesaingnya. Indikator kinerja keuangan yang dihasilkan ternyata mengindikasikan bahwa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk belum berada pada tingkat yang efisien sehingga perlu melakukan berbagai langkah-langkah strategis untuk memperbaiki kinerjanya. Analisis kinerja keuangan yang dilihat dari sisi penyaluran kredit maka komposisi kredit yang disalurkan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk masih sangat didominasi oleh segmen korporasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 5. Portofolio Kredit Bank Mandiri tahun 2001 2003 (Rp.Miliar) Kredit yang diberikan : 31 Desember 2001 2002 2003 Korporasi 38.359 50.730 32.790 Komersial 5.157 8.973 31.389 Konsumtif 3.836 4.238 3.742 Total 47.352 63.941 67.921 Anak perusahaan 987 1.476 8.022 Total 48.339 65.417 75.943 Sumber Data : Prospektus PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Juni 2003 dan Laporan keuangan audited 2003, diolah. Pada tahun 2003 terjadi penurunan yang cukup besar pada porsi kredit segmen korporasi, hal ini disebabkan bukan oleh pelunasan kredit pada nasabah korporasi tetapi merupakan kebijakan internal bank dengan menyesuaikan kriteria nasabah korporsi dengan menerapkan batasan gross annual sales (GAS) baik 6

untuk nasabah korporasi dan komersial sehingga terjadi migrasi nasabah dari segmen korporasi ke segmen komersial. Berdasarkan sektor ekonomi yang dilayani, kredit yang disalurkan Bank Mandiri pada tahun 2003 sebagaimana tercermin pada tabel 6. Tabel 6. Penyaluran Kredit Bank Mandiri menurut sektor ekonomi selama tahun 2001 2003 (Rp.Miliar) Sektor ekonomi 31 Desember 2001 2002 2003 Industri 23.272 32.881 32.407 Pertanian 5.586 7.572 9.146 Perdagangan 5.466 8.027 10.405 Konstruksi 2.860 3.176 4.053 Jasa lainnya 3.061 3.993 4.697 Pengangkutan 2.167 4.181 4.622 Listrik, Gas dan Air 152 173 1.743 Jasa Pelayanan Sosial 551 480 482 Pertambangan 1.412 1.934 2.519 Lain-lain 3.812 3.020 5.868 Total Kredit 48.339 65.417 75.943 Sumber Data : Prospektus PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Juni 2003 dan Laporan keuangan audited 2003, diolah. Penyaluran kredit terbesar diberikan pada sektor industri sebesar Rp.32.407 miliar atau 42,67% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar Rp.10.405 miliar atau 13,70% dan sektor pertanian sebesar Rp. 9.146 miliar atau 12,04% sedangkan sektor lainnya relatif kecil. Dengan melihat kepada trend kredit yang diberikan terus meningkat disisi lain terdapat peningkatan rasio non performing loan khususnya pada kredit yang dberikan pada tahun 2003 maka kondisi demikian menunjukkan bahwa resiko kegagalan kredit semakin meningkat. Semakin besar tunggakan hutang pokok dan bunga pinjaman maka semakin besar pula resiko kredit tersebut. Disamping itu resiko kredit dapat dilihat dari besarnya cadangan penghapusan kredit yang 7

dibentuk. Semakin besar cadangan penghapusbukuan kredit berarti semakin buruk kualitas kredit yang diberikan. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan kredit, salah satu penyebabnya adalah perencanaan kredit yang tidak tepat karena tidak memperhitungkan dengan cermat segala aspek yang saling terkait. dapat berdampak pada kualitas kredit yang diberikan pada sektor tersebut. Oleh karena itu hal yang menjadi menarik perhatian untuk diteliti lebih jauh adalah melakukan analisis terhadap portofolio kredit bank khususnya kredit korporasi yang disalurkan menurut sektor ekonomi. Dari analisis ini dapat diketahui sektor ekonomi mana yang memberikan kontribusi paling besar pada pendapatan bank yang diukur dari besarnya penerimaan bunga pinjaman yang dinyatakan dalam return dan mengetahui sektor ekonomi mana yang memberikan resiko paling tinggi atau paling rendah yang diukur dengan standar deviasi. Dengan mengetahui hal tersebut manajemen bank dapat melakukan perencanaan yang lebih baik dalam merencanakan ekspansi kreditnya dimasa mendatang sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan yang optimal dengan besarnya resiko yang dapat diantisipasi. Dengan mengetahui gambaran konsentrasi penyaluran kredit menurut sektor ekonomi serta mengetahui kualitas kredit yang diberikan maka dalam melakukan perencanaan ekspansi kredit korporasi Bank Mandiri harus berusaha memperbaiki kolekibilitas kreditnya dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam manajemen perkreditan dan ekspansi kredit dapat ditujukan pada sektor ekonomi yang memberikan prospek keuntungan yang paling baik atau optimal. 8

1.2. Identifikasi Masalah Dengan memperhatikan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang akan dikaji meliputi sebagai berikut : a. Terdapat penyebaran portofolio kredit yang tidak merata menurut sektor ekonomi perkreditan. b. Peningkatan rasio non performing loan menunjukan adanya peningkatan resiko kredit dan penurunan tingkat keuntungan (return) yang terjadi pada masing-masing sektor ekonomi tidak sama atau berbeda satu sama lain. c. Bank dalam merencanakan alokasi anggaran kredit tidak memfokuskan besarnya komposisi kredit menurut sektor ekonomi sebagai salah satu dasar pertimbangan pengambilan keputusan ekspansi kredit 1.3. Rumusan Masalah Setelah dilakukan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana kinerja kredit masing-masing sektor ekonomi yang dibiayai dilihat dari resiko kredit dan return portofolio dari masing-masing sektor ekonomi?. b. Bagaimana komposisi kredit yang diberikan menurut sektor ekonomi sehingga dapat memberikan hasil maksimal dengan tingkat resiko tertentu atau hasil tertentu dengan resiko minimal?. 9

1.4. Tujuan penelitian. Tujuan Penelitian ini untuk : a. Menganalisis kinerja kredit masing-masing sektor ekonomi dengan melihat resiko kredit dan return portofolio masing-masing sektor ekonomi. b. Menganalisis tingkat return dan resiko sehingga membentuk suatu portofolio kredit yang optimal/efisien. c. Memberikan alternatif komposisi portofolio yang optimal bagi manajemen dalam membuat perencanaan ekspansi kredit korporasi dalam rangka meningkatkan return dengan tingkat resiko minimal. 10

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB 11