BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki keanekaragaman dalam hal adat istiadat, bahasa, kepercayaan, norma, dan nilai budaya lainnya. Tidak hanya dalam hal budaya, keanekaragaman di Indonesia juga terlihat pada perbedaan potensi yang dimiliki setiap wilayah, struktur sosial masyarakat, dan tingkat perekonomian serta kesejahteraan masyarakat antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut dapat menjadi suatu kekayaan bagi bangsa Indonesia, namun juga dapat menjadi hambatan bagi perkembangan bangsa jika tidak diatur dengan sebaik mungkin. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kerjasama yang baik dan saling mendukung serta menguntungkan antara seluruh stakeholder terkait seperti masyarakat, pemerintah dan swasta. Pihak swasta atau perusahaan memiliki peranan dalam mengembangkan potensi suatu wilayah atau masyarakat. Namun pada kenyataanya, tidak bisa dipungkiri bahwa masih terdapat perusahaan yang tidak bertanggung jawab, baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan perusahaan tersebut. Kerugian yang dapat dialami masyarakat tersebut diantaranya adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM), pemiskinan, marginalisasi kelompok-kelompok yang rentan, punahnya habitat dan berbagai spesies hingga menipisnya lapisan ozon (Sukada, 2006). Pada akhirnya kerugian ini akan berdampak pula pada perusahaan tersebut, dimana akan terjadi hambatan pada stabilitas dan keberlangsungan perusahaan. Perubahan zaman setiap waktunya memberikan pengaruh bagi kebijakan perusahaan terutama dalam hubungannya dengan masyarakat. Era keterbukaan ini menuntut perusahaan untuk lebih dapat mempertanggungjawabkan usahanya kepada publik. Sehingga beberapa perusahaan terutama perusahaan multinasional berlomba untuk menarik simpati masyarakat melalui tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Terdapat perusahaan yang telah sadar akan tanggung jawabnya, namun masih ada juga perusahaan yang
2 beranggapan bahwa ini adalah beban bagi mereka dan merupakan kewajiban pemerintah saja. Menurut Gaza Trevino (2001) dalam Responsbilidad Socialy Etica mengakui perlu adanya tanggung jawab sosial dan etis 1. Tanggung jawab sosial sebagai usaha optimal tiap perusahaan untuk menghasilkan kegunaan, bahkan keuntungan bagi dirinya. Sebaliknya, bila merugi, ia akan menjadi beban bagi masyarakat dan negara. Namun pada implementasinya tanggung jawab sosial ini masih belum sesuai dengan kaidah seharusnya. Masih terdapat perusahaan yang mengatasnamakan tanggung jawab sosial namun untuk kepentingan formalitas saja dimana tanggung jawab sosial merupakan sekedar fungsi kehumasan, citra perusahaan dan reputasi atau kepentingan perusahaan untuk meningkatkan nilai saham di bursa. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan ketidakefektifan pada pola pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan. Keefektifan ini hendaknya ditinjau dari motivasi perusahaan dalam melaksanaan tanggung jawab sosialnya. Motivasi perusahaan akan berdampak pada visi, misi perusahaan dan strategi yang akan dibuat dalam pola pelaksanaan tanggung jawab sosial ini (Corporate Social Responsibility). Beragam bentuk pola pelaksanaan tanggung jawab sosial antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya akan dapat dilihat dari sejauh mana terjadi peningkatan dalam masyarakat baik dalam kehidupan sosial, kondisi lingkungan, tingkat pendidikan serta aksi pemberdayaan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut mengenai analisis pola pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang dapat memberikan keuntungan bagi seluruh pihak terkait baik internal dan eksternal. PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen yang terbesar di Indonesia. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan publik Indonesia dengan mayoritas saham sebesar 77,3 persen dimiliki dan diawasi oleh Holderfin BV Ltd, anak perusahaan dari Grup Holcim. Grup Holcim sendiri merupakan produsen semen, agregat dan beton siap pakai terkemuka di dunia 1 Robert Bala.2007.Tanggung Jawab Sosial dan Etis.www.csrindonesia.com. CSR Indonesia Newsletter Vol. 1 Minggu 35 2007.Diakses 20 November 2009
3 yang berkantor pusat di Swiss. Komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan terbukti pada salah satu program CSR yang dilaksanakan pada bidang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yakni Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang berlokasi di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi merupakan lembaga keuangan mikro yang didirikan sejak 9 Juni 2006 melalui kerjasama dari pihak PT Holcim Indonesia Tbk, para tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan masyarakat di Kecamatan Klapanunggal. Hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan di atas yakni bagaimana implementasi CSR yang berbasis pada pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dan masyarakat di sekitarnya. 1.2 Perumusan Masalah Istilah Triple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business. Melalui buku tersebut, Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan 3P (People, Planet, dan Profit). Selain mengejar profit, perusahaan juga memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Namun, hingga saat ini masih terdapat perbedaan pandangan dan keraguan mengenai konsep serta pola pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR. Hal ini terkait dengan motivasi, kebijakan, dan implementasi dari kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Pada sebagian kalangan, CSR masih dianggap sebagai kegiatan charity atau kedermawanan sosial perusahaan tanpa adanya sifat keberlanjutan dan pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa: apakah kebijakan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk telah berbasis prinsip tripple bottom line dan bagaimana pola pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dalam implementasinya terkait pengembangan masyarakat? Pelaksanaan CSR tidak terlepas dari tingkat partisipasi masyarakat dalam proses
4 pelaksanaannya. Hal ini menjadi salah satu indikator untuk melihat upaya yang dilakukan perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya yang bersifat heterogen. Apakah ada perbedaan penerimaan antara masyarakat yang beragam ini terhadap kegiatan CSR yang dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, maka: bagaimana tingkata partisipasi masyarakat dalam kegiatan CSR menurut pelapisan sosial? Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR melibatkan beberapa stakeholder terkait. Dimana kegiatan ini tidak hanya berkaitan dengan pihak perusahaan, melainkan juga pemerintah, komunitas ataupun masyarakat secara umum. Dalam pola pelaksanaan CSR hendaknya didasarkan pada prinsip pengembangan masyarakat. Sehingga pelaksanaan ini tidak hanya sebagai kegiatan kedermawanan sosial demi pembangungan image perusahaan belaka, melainkan memberikan input dan output yang baik serta bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang berkelanjutan. Sehingga dapat dilihat bahwa: bagaimana dampak ekonomi dan sosial CSR terhadap masyarakat berdasarkan pelapisan sosial?. Peranan masyarakat sekitar bagi pelaksanaan operasional suatu perusahaan memberikan pengaruh yang cukup besar. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan perusahaan bagi kesejahteraan bersama. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi masyarakat yang heterogen akan memberikan input dan output yang berbeda dalam setiap program yang dilaksanakan. Oleh karena itu: bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi, dampak ekonomi dan sosial CSR menurut pelapisan sosial?
5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana implementasi CSR yang berbasis pada pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dan masyarakat di sekitarnya. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian yakni untuk mengetahui dan menjelaskan: 1. Kebijakan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang berbasis prinsip triple bottom line (3P) dan pola pelaksanaannya dalam implementasinya terkait pengembangan masyarakat. 2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan CSR menurut pelapisan sosial. 3. Dampak sosial dan ekonomi CSR terhadap masyarakat berdasarkan pelapisan sosial. 4. Tingkat partisipasi dan dampak ekonomi serta sosial CSR menurut pelapisan sosial. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam rangka pengembangan masyarakat. 2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam mengkaji CSR. 3. Kalangan non akademisi, pemerintah, dan swasta dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam penerapan CSR yang berbasiskan pengembangan masyarakat.