BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No.17 tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti Negara Indonesia ini. Ditambah dengan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyusunannya berupa pendekatan penganggaran terpadu (Unified Budget),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Garut, Juni 2014 KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN GARUT. TOTONG, SE., M.Si. NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah,

PERATURAN BUPATI SIJUNJUNG NOMOR : TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2014 BUPATI SIJUNJUNG,

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI SIJUNJUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Juknis Penyusunan RKA Dinas Kominfo Tahun Anggaran

RANCANGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I Pendahuluan. dan mampu mengelolah keuangannya sendiri maka di bentuklah instansi-instansi

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

- 2 - Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BENGKULU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 3>0 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2017

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah. yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. turunan undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,telah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dibidang perencanaan pembangunan di daerah serta penilaian dan. pembangunan, khususnya di Bidang Pemerintah.

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR SUMATERA UTARA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, tiap daerah-daerah yang ada di

PROFIL KEUANGAN DAERAH

TENTANG. berdasarkan

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN LITERATUR 10

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BAB I P E N D A H U L U A N

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI DHARMASRAYA PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Perubahan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

BAB I PENDAHULUAN. program yang dapat melahirkan mahasiswa mahasiswa yang terampil,

BAB I PENDAHULUAN. tahapan perencanaan pembangunan tetapi harus dilihat sebagai tahap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah akan lebih banyak berhasil apabila disusun dengan kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PRIORITAS PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2016

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal penelitian. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS STANDAR BELANJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

RENCANA KERJA (RENJA) DISNAKERTRANS KAB.MURA TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 31 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI. PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 57 TAHUN /21-Bappeda/V/2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2014

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 19 TAHUN 2007 SERI E.15 PERATURAN BUPATI CIREBON

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem manajemen pemerintahan semakin lama semakin berkembang dalam dua dekade terakhir yaitu dari berorientasi proses menjadi berorientasi hasil. Sistem manajemen tersebut juga diikuti perkembangan sistem pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang tersebut telah membawa banyak perubahan mendasar dalam pengelolaan keuangan negara. Perubahan mendasar tersebut diantaranya adalah diperkenalkannya pendekatan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah pemerintah. Sejalan dengan itu, dalam kerangka otonomi daerah, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membuka peluang bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing. Kedua Undang-Undang diatas membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggung jawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien. Pengalokasian dana yang efektif mengadung arti bahwa setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah mengarah pada pencapaian sasaran dan tujuan stratejik dengan menggunakan sumber daya yang paling minimal dengan tetap mempertahankan tingkat kualitas yang direncanakan. Pengalokasian pengeluaran yang efektif dan efisien tersebut dapaat diwujudkan dengan penerapan Performance based budgeting dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah.

Penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja di pemerintah daerah telah membawa perubahan yang radikal terkait dengan perubahan dalam perencanaan anggaran, pengisian anggaran, dan pelaporan anggaran. Perubahan struktur anggaran ini secara manajerial berpengaruh terhadap perubahan paradigma anggaran sedangkan secara teknis berpengaruh terhadap kode rekening anggaran dan tata cara pencatatannya. Klasifikasi belanja mengalami perubahan signifikan dari sistem lama dimana didalam anggaran berbasis kinerja dikenal dengan pos pembiayaan yang sebelumnya tidak dikenal pada anggaran tradisional. Pada anggaran tradisional, kinerja anggaran diukur dari sisi inputnya yaitu kemampuannya dalam menyerap anggaran. Maka, sebaliknya apabila anggaran tidak terserap seluruhnya akan menimbulkan sisa anggaran maka hal itu dinilai kurang berhasil. Anggaran yang tidak terserap (sisa anggaran) harus dikembalikan lagi ke rekening kas negara dan daerah sebagai konsekuensinya anggaran satuan kerja tersebut untuk tahun berikutnya terancam tidak akan ditambah bahkan bisa dikurangi. Akibatnya pemerintah daerah dan satuan kerja dibawahnya selalu berorientasi pada upaya menghabiskan anggaran agar anggaran mereka tidak dipotong. Namun dengan digunakannya Anggaran berbasis kinerja perilaku itu tidak perlu terulang lagi sebab anggaran berbasis kinerja tidak lagi berorientasi pada input yaitu habis tidaknya anggaran tetapi lebih berorientasi pada hasil kinerja yaitu output dan outcome anggaran. Setiap anggaran dikaitkan dengan target kinerja yang hendak dicapai, indikator kinerja yang jelas untuk mengukur keberhasilan anggaran, meliputi indikator input, output dan outcome anggaran. Apabila terjadi sisa anggaran pada akhir periode maka sisa anggaraan tersebut tidak lagi hangus tetapi dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk tahun berikutnya yang masuk dalam kategori Sisa Lebih Anggaran (SILPA).

Di Indonesia, berbagai peraturan dan pedoman telah diterbitkan terkait dengan penerapan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) pada pemerintah daerah. Termasuk yang diatur didalamnya adalah pencantuman indikator kinerja tersebut dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran serta penggunaan indikator kinerja tersebut dalam proses penyusunan anggaran pemerintah. Dokumendokumen tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) pada tingkat pemerintah daerah. Sedangkan, pada tingkat Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) meliputi Rencana Stratejik (Renstra) SKPD, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Keselarasan antar dokumen-dokumen perencanaan dapat dilihat dari keselarasan indikator kinerja yang terdapat dalam dokumen-dokumen tersebut. Pada SKPD, indikator kinerja yang dimuat dalam Renja SKPD haruslah mendukung pencapaian indikator kinerja yang termuat dalam Renstra SKPD. Dan selanjutnya, indikator kinerja Renja SKPD harus didukung oleh indikator kinerja yang dimuat dalam RKA SKPD. Adanya keselarasan indikator kinerja ini secara logis akan dapat mengaitkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dicantumkan dalam dokumen perencanaan strategis (Renstra SKPD) dengan kegiatan-kegiatan operasional yang dilaksanakan SKPD. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 yang menegaskan bahwa rencana kerja dan anggaran yang disusun menggunakan tiga pendekatan yaitu : Anggaran Terpadu (unified budget), kerangka pengeluaran jangka menengah atau KPJM (medium term expenditure framework) dan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting).

Dalam pelaksanaannya, pendekatan tersebut diatas fokus pada anggaran berbasis kinerja dan kedua pendekatan lainnya yaitu pendekatan KPJM dan anggaran terpadu, sebagai pendukung penerapan anggaran berbasis kinerja. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan sistem anggaran berbasis kinerja yang menjadi salah satu bentuk pendekatan anggaran dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah termasuk satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) seperti Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) yang juga menerapkan anggaran berbasis kinerja. DPPKA merupakan salah satu SKPD yang ada dalam pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan, pengelolaan asset daerah pengelolaan asset dan melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati berdasarkan otonmi daerah dan tugas pembantuan. DPPKA memiliki peran penting dalam pemerintah daerah dan juga memiliki tugas yang memerlukan tanggung jawab yang besar dan juga ketelitian dan kehati-hatian. DPPKA Kab. Solok merupakan salah satu DPPKA yang menarik untuk dibahas karena terletak di komplek perkantoran Kabupaten Solok yang sangat strategis karena berada diperlintasan antara Padang dengan Kabupaten dan Kota yang melalui Kab. Solok. Selain itu, Kab. Solok juga sebagai sentra produksi padi di Sumatera Barat dengan terus melakukan inovasi untuk meningkatkan produktifitas. Kab. Solok memiliki banyak objek pariwisata yang sangat menarik akibatnya penerimaan asli daerah Kab. Solok besar dibandingkan kabupaten lainnya di Sumatera Barat, oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis tentang sistem ABK DPPKA Kab. Solok. Penulis ingin mengetahui bagaimana anggaran DPPKA Kab. Solok sesuai dengan pendapatan dan belanja daerah yang ada di Kab. Solok dan bagaimana rencana strategi dan rencana kerja anggaran yang diterapkan oleh

Kabupaten Solok dalam Penyusunan Anggaran Pemerintah Daerahnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Solok tempat yang bagus untuk dibahas dengan potensi yang dimilikinya dengan penerapan sistem anggaran yang telah ditetapkan sesuai dengan judul Penerapan Sistem Anggaran Berbasis Kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok 1.2 Perumusan Masalah Adapun masalah masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Implementasi penyusunan anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok? 2. Bagaimana penerapan sistem anggaran berbasis kinerja di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok? 1.3 Tujuan Magang Tujuan magang ini terbagi dua yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus dengan penjelasan sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, penulis telah mampu dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Program Diploma III Universitas Andalas dengan tiga tujuan umum yaitu : 1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap dunia kerja agar tidak canggung menghadapi dunia kerja. 2. Memberikan kemampuan untuk menggunakan pemahaman yang diperoleh di tempat magang untuk mendapatkan pekerjaan atau menciptakan lapangan

usaha setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dan dapat membandingkan bagaimana penerapan ilmu dengan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan penerapan secara nyata dalam dunia kerja. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan magang yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok. 2. Untuk mengetahui implementasi penyusunan sistem anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok. 1.4 Manfaat Magang Penelitian ini dapat digunakan dan memberi manfaat untuk pihak pihak sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Adapun manfaat magang bagi penulis yaitu : a. Menambah pengetahuan penulis tentang sistem kerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok. b. Menambah pengetahuan penulis tentang penerapan anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok.

c. Menambah pengetahuan penulis tentang pentingnya penerapan sistem anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok. 2. Bagi Universitas Yaitu terjalinnya kerjasama/hubungan baik antara Universitas dengan dinas/perusahaan tempat magang. Universitas dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman kerja magang dan Universitas juga akan dikenal di dunia industri kerja. 3. Bagi Tempat Magang Yaitu adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri/perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademis. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan laporan magang ini dibagi atas lima bab yang mana disetiap bab terdiri dari sub-sub bab yang menjadi satu kesatuan kerangka karangan pemahaman masalah dengan rincian sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan magang, manfaat magang, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini menjelaskan secara teoritis landasan teori mengenai penerapan sistem anggaran berbasis kinerja yang diterapkan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok dan juga Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah.

BAB III Gambaran Umum Bab ini berisikan tentang gambaran umum Dinas Pendapatan Pengeloaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok, sejarah umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok, serta gambaran operasi dan struktur organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok. BAB IV Pembahasan Bab ini merupakan inti dari penulisan, memuat tentang tinjauan terhadap penerapan sistem anggaran berbasis kinerja dan juga pentingnya penerapan sistem anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok. BAB V Penutup Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat untuk dapat dipertimbangkan dalam rangka penerapan sistem anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kab. Solok.