PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA ABDULHAKIM MADIYOH

dokumen-dokumen yang mirip
VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor Sumatera Selatan Agustus 2017

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA. Iwan Hermawan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

Kata Kunci: Nilai Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2016

Transkripsi:

PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA ABDULHAKIM MADIYOH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Abdulhakim Madiyoh NIM H353118031

RINGKASAN ABDULHAKIM MADIYOH. Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China. Dibimbing oleh RATNA WINANDI ASMARANTAKA dan BONAR MARULITUA SINAGA. Thailand dan China berperanan penting dalam perdagangan karet alam oleh karena kedua negara tersebut adalah sebagai negara eksportir dan importir karet alam terbesar di dunia. Namun, ada berbagai masalah yang terjadi seperti kekurangan penawaran karet alam untuk memenuhi permintaan karet alam dan masalah ketidakstabilan harganya. Oleh karena itu, perlu untuk mengkaji perilakunya bagaimana kedua negara tersebut mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga dalam perdagangan karet alam dunia khususnya karet spesifikasi teknis dimana jenis karet tersebut memiliki jumlah terbesar yang diperdagangkan antar dua negara ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) menganalisis perilaku penawaran, permintaan dan harga karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China, dan (2) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrika two stage least square (2SLS) dengan membangunkan model persamaan simultan dan menggunakan data sekunder derat waktu antara tahun 1990-2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penawaran ekspor karet TSR Thailand ke China dipengaruhi oleh jumlah ekspor karet TSR Thailand ke China tahun sebelumnya dan jumlah produksi karet TSR Thailand, sedangkan penawaran ekspor karet spesifikasi teknis Thailand ke non-china dipengaruhi oleh jumlah produksi karet spesifikasi teknis Thailand dan jumlah ekspor karet spesifikasi teknis Thailand ke China, (2) permintaan impor karet TSR China dari Thailand dipengaruhi oleh gabungan China menjadi anggota WTO, jumlah produksi otomotif di China dan harga impor riil karet TSR China. Sementara permintaan impor karet TSR China dari non-thailand dipengaruhi oleh jumlah impor karet TSR China dari non- Thailand tahun sebelumnya, jumlah produksi otomotif China dan pajak impor karet TSR di China, dan (3) harga riil karet TSR dunia dipengaruhi oleh harga riil karet TSR dunia tahun sebelumnya, jumlah ekspor karet TSR dunia tahun sebelumnya dan jumlah impor karet TSR total dunia, sementara harga ekspor riil karet TSR Thailand dipengaruhi oleh harga riil karet TSR dunia, jumlah ekspor total karet TSR Thailand dan harga riil minyak mentah di Amerika Serikat, kemudian harga impor riil karet TSR China dipengaruhi oleh rasio harga riil karet TSR dunia dan harga impor riil karet TSR China tahun sebelumnya. Hasil simulasi historis dan simulasi peramalan menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi karet TSR di Thailand dan penghapusan pajak impor karet TSR di China baik dijalankan dalam perdagangan karet TSR antara Thailand dan China karena faktor tersebut mampu meningkatkan hasil devisa ekspor karet spesifikasi teknis Thailand. Kata Kunci: kekurangan, ketidakstabilan harga, 2SLS, karet spesifikasi teknis, WTO

SUMMARY ABDULHAKIM MADIYOH. Technical Specified Rubber Trade between Thailand and China. Supervised by RATNA WINANDI ASMARANTAKA and BONAR MARULITUA SINAGA. Thailand and China play important roles in the trade of natural rubber because both countries are respectively the biggest exporter and importer of natural rubber in the world. However, there are many problems such as supply shortage of natural rubber to meet the demand for natural rubber and unstable prices. Therefore, it is necessary to examine how the behaviors of both countries affect the supply, demand and price of natural rubber in international trade in particular technical specified rubber (TSR) where this type of rubber have the greatest amount traded between the two countries. This study has two main objectives that include the following: (1) to analyze the factors that influence the export supply, import demand and price for technical specified rubber in Thailand and China, and (2) to analyze the impact of internal factors and external factors alteration to the export supply, import demand and price for technical specified rubber in Thailand and China. This study used econometric analysis and implemented two stage least squares (2SLS) method and simultaneous equation model and used time series secondary data from 1990 to 2010. The results showed that: (1) Thailand s supply for TSR exports to China was influenced by amount of TSR Thailand export to China in previous year and amount of TSR Thailand production, while Thailand s supply for TSR exports to non-china was influenced by amount of TSR Thailand production and amount of TSR Thailand exports to China, (2) China s demand for TSR imports of Thailand influenced by China s participation in WTO, amount of automotive production in China and China s real price import of TSR, while China s demand for TSR imports of non-thailand influenced by amount of China s TSR imports from non-thailand in previous year, amount of automotive production in China and import tariff in China, and (3) world TSR real prices was influenced by world TSR real price in previous year, amount of exports supply of the world in previous year and amount of imports demand of the world, while real price TSR exports of Thailand was influenced by world TSR real price, amount total of TSR Thailand exports and USA fuel real price, while real price TSR import of China was influenced by world TSR real price ratio and real price TSR import of China in previous year. Historical simulation and forecasting simulation results show that increased production quantities of TSR policy in Thailand and abolition of import tax of TSR policy in China performed within TSR rubber trade between Thailand and China because it enabled to increase foreign exchange for Thailand's technical specified rubber exports. Keywords: shortage, unstable prices, 2SLS, technical specified rubber, WTO

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA ABDULHAKIM MADIYOH Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Penguji Wakil Komisi Program Studi pada Ujian Tesis : Dr. Meti Ekayani, MSc.

Judul Tesis : Perdagangan Karet Sprsifikasi Teknis antara Thailand dan China ~ ama : Abdulhakim Madiyoh NIM : H353118031 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Ratna Winando Asmarantaka, MS Ketua Prof Dr Ir Bonar Marulitua Sinaga, MA Anggota Ketua Program Studi llmu Ekonomi Pertanian Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Tanggal Ujian: 16 Juli 2013 Tanggal Lulus: 1 7 0 C T 2013

Judul Tesis : Perdagangan Karet Sprsifikasi Teknis antara Thailand dan China Nama : Abdulhakim Madiyoh NIM : H353118031 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS Ketua Prof Dr Ir Bonar Marulitua Sinaga, MA Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc. Agr Tanggal Ujian: 16 Juli 2013 Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Mengangkat tesis dengan judul Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS dan Bapak Prof Dr Ir Bonar Marulitua Sinaga, MA, selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pusat Statitik IPB yang telah membantu selama penganalisis data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2013 Abdulhakim Madiyoh

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAETAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6 2 TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Perkaretan Dunia 7 Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Dunia 7 Impor Karet Spesifikasi Teknis Dunia 8 Harga Karet Spesifikasi Teknis di Pasar Domestik dan Internasional 9 Perdagangan Karet Alam antara Thailand dan China 10 Tinjauan Penelitian Terdahulu 13 Kerangka Teoritis 15 Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor Karet Alam di Pasar Internasional 15 Dampak Kebijakan Pajak Impor terhadap Perdagangan Karet Alam 16 Penawaran Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Thailand ke China 18 Permintaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China dari Thailand 19 Harga Karet Spesifikasi Teknis di Dunia, Thailand dan China 20 Kerangka Model Perdagangan Karet Alam 21 3 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Model Perdangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dengan China 24 Penawaran Ekspor Karet Spesifikasi Teknis 24 Permintaan Impor Karet Spesifikasi Teknis 26 Harga Karet Spesifikasi Teknis 28 Sumber dan Jenis Data 29 Identifikasi dan Metode Pendugaan Model 30 Identifikasi Model 30 Metode Pendugaan Model 31 Prosedur Penerapan Model 33 Validasi Model 33 Simulasi Model 34 v vi vii

4 HASIL DAN PEMBAHASAN PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA Keragaan Umum Hasil Estimasi Model 36 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet Spesifikasi Teknis 36 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Karet Spesifikasi Teknis 41 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Riil Karet Spesifikasi Teknis 46 5 EVALUASI DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Evaluasi Daya Prediksi Model 49 Simulasi Historis Skenario Perubahan Faktor Internal dan Eksternal 49 Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Devisa Negara Tahun 2006-2010 54 Simulasi Peramalan Skenario Perubahan Faktor Internal dan Eksternal 55 Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Devisa Negara Tahun 2015-2020 60 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 63 Saran Kebijakan 65 Saran Penelitian Lanjutan 65 DAFTAR PUSTAKA 66 LAMPIRAN 69 RIWAYAT HIDUP 140

DAFTAR TABEL 1 Jumlah Produksi Otomotif dari Negara Produsen Utama Tahun 1980-2011 1 2 Jumlah Produksi Karet Alam dari Negara Produsen Utama Tahun 2006-2010 2 3 Penggunaan Karet Alam dan Harga Karet Alam Tahun 2003-2009 3 4 Produksi, Konsumsi dan Stok Karet Alam Dunia Tahun 2002-2010 4 5 Keadaan Perdagangan Perkaretan Dunia Tahun 2006-2011. 7 6 Kemunculan Asia pada Konsumsi Karet Alam 9 7 Produksi dan Konsumsi Karet Alam di China Tahun 2003-2009 11 8 Volume Imspor Karet Alam di China dari Berbagai Negara Tahun 2007-2011 12 9 Penggunaan Karet Alam Thailand Tahun 2000-2010 12 10 Volume Ekspor Karet Alam Thailand ke China Tahun 2006-2011 13 11 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Thailand ke China 37 12 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis non- Thailand ke China 38 13 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Thailand ke non-china 39 14 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis non- Thailand ke non-china 40 15 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China dari Thailand 41 16 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China dari non-thailand 42 17 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis non- China dari Thailand 43 18 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis non- China dari non-thailand 45 19 Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Karet Spesifikasi Teknis Dunia 46 20 Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Thailand 47 21 Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Impor Karet Spesifikasi Teknis China 48 22 Dampak Peningkatan Jumlah Produksi Karet TSR Thailand sebesar 10 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR Tahun 2006-2010 50 23 Dampak Penurunan Pajak Impor Karet TSR di China sebesar 20 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR Tahun 2006-2010 51

24 Dampak Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Baht terhadap Yuan sebesar 10 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR Tahun 2006-2010 53 25 Evaluasi Dampak Berbagai Perubahan Fakotr Internal dan Eksternal Tahun 2006-2010 54 26 Dampak Peningkatan Jumlah Produksi Karet TSR di Thailand sebesar 5 persen terhadap Penawara, Permintaan dan Harga Karet TSR Tahun 2015-2020 56 27 Dampak Penghapusan Pajak Impor Karet TSR di China menjadi 0 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR Tahun 2015-2020 58 28 Dampak Penghapusan Pajak Impor Karet TSR di China menjadi 0 persen dan Peningkatan Jumlah Produksi Karet TSR Thailand sebesar 5 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR Tahun 2015-2020 59 29 Evaluasi Dampak Berbagai Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Tahun 2015-2020 61 DAFTAR GAMBAR 1 Keadaan Fluktuasi Harga Karet Spesifikasi Teknis di Thailand 4 2 Pertumbuhan Industri Otomotif di China Tahun 1997-2010 11 3 Proses Terjadinya Perdagangan antara Dua Negara Besar 16 4 Dampak Pengenaan Pajak Impor 17 5 Kerangka Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China 22

DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 1990-2010 70 2 Daftar Nama Variabel Eksogen dan Endogen Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China 73 3 Program Estimasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 74 4 Hasil Estimasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 77 5 Program Validasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 88 6 Hasil Validasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 91 7 Program Simulasi Historis Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 95 8 Hasil Simulasi Historis Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 98 9 Program Simulasi Historis Penurunan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis China Sebesar 20 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 101 10 Hasil Simulasi Historis Penurunan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Sebesar 20 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 104 11 Program Simulasi Historis Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Baht terhadap Dollar Amerika Serikat Sebesar 10 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 107

12 Hasil Simulasi Historis Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Baht terhadap Dollar Amerika Serikat Sebesar 10 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 110 13 Program Peramalan Variabel Eksogen Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode STEPAR dan Prosedur FORECAST dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 113 14 Hasil Peramalan Variabel Eksogen Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode STEPAR dan Prosedur FORECAST dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 115 15 Program Simulasi Peramalan Nilai Dasar Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 116 16 Hasil Simulasi Peramalan Nilai Dasar Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 119 17 Program Simulasi Peramalan Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 122 18 Hasil Simulasi Peramalan Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 125 19 Program Simulasi Peramalan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 128 20 Hasil Simulasi Peramalan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 131

21 Program Simulasi Peramalan Kombinasi antara Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen dan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 134 22 Hasil Simulasi Peramalan Kombinasi antara Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen dan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 137

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan karet alam saat ini cenderung terus berkembang dan meningkat. Sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya, diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan karet alam akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi negara eksportir karet alam dan hasil olahan industri karet yang ada ke negara-negara lainnya. Memperhatikan adanya peningkatan permintaan bahan karet alam di negaranegara industri terhadap komoditas karet alam di masa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan persedian karet alam dan industri produksi karet merupakan langkah yang perlu untuk dilaksanakan. Perkembangan ekspor dan impor karet alam dunia saat ini berdasarkan RRIT (Rubber Research Institute of Thailand) dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir ini memperoleh peningkatan yang cukup tinggi. Ini semua disebabkan meningkatnya kebutuhan industri terhadap karet alam terutama industri otomotif di China sebagai negara produsen otomotif terbesar sejak tahun 2009, maskipun terkena akibat dari krisis ekonomi di Amerika Serikat dan di Eropa sejak tahun 2008 namun jumlah produksi otomotif di China terus meningkat. Tabel 1 Jumlah Produksi Otomotif Negara Produsen Utama Tahun 1980-2011 (Unit) Negara 1980 1990 2000 2008 2009 2010 2011 World 38 564 516 48 553 969 58 374 162 70 520 493 61 791 868 77 629 127 80 092 840 China 222 288 509 242 2 069 069 9 299 180 13 790 994 18 264 667 18 418 876 United State 8 009 841 9 782 997 12 799 857 8 693 541 5 731 397 7 761 443 8 653 560 Japan 11 042 884 13 486 796 10 140 796 11 575 644 7 934 057 9 625 940 8 398 654 Germany 3 878 553 4 976 552 5 526 615 6 045 730 5 209 857 5 905 985 6 311 318 South Korea 123 135 1 321 630 3 114 998 3 826 682 3 512 926 4 271 941 4 657 094 India 113 917 362 655 801 360 2 332 328 2 641 550 3 536 783 3 936 448 Brazil 1 165 174 914 466 1 681 517 3 215 976 3 182 923 3 381 728 3 406 150 Sumber: Wikipedia (2012) Berdasarkan Tebel 1 di atas, menunjukkan bahwa sejak tahun 1980 hingga 2011 jumlah produk otomotif dunia meningkat kecuali tahun 2009. Namun jika melihat jumlah produksi di masing-masing negara pada tahun 2009-2011 setelah kena krisis ekonomi di Amerikat Serikat dan di Eropa masih meningkat kecuali di Amerika Serikat dan Jepang. China telah menempati produsen otomotif terbesar pada tahun 2009 dengan jumlah 13.79 juta kendaraan. Sementara jumlah produksi otomotif di Amerika Serikat yang sebelumnya sebagai produsen otomotif terbesar mengalami

2 penurunan, dimana tahun 2008 memproduksi sebesar 8.69 juta kendaraan kemudian tahun 2009 menurun menjadi 5.73 juta kendaraan. Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, hambatan-hambatan perdagangan mulai dihapuskan. Hal ini mengakibatkan perekonomian di China memperoleh peningkatan yang cukup tinggi rata-rata per tahun 10 persen. Selain itu, tekanan dari pertumbuhan ekonomi di China menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan baku untuk berbagai industri yang tidak mencukupi kebutuhannya terutama bahan baku di sektor pertanian yaitu karet alam sebagai produk turunan untuk produksi ban kenderaan dan sebagainya. Karet alam adalah salah satu produk pertanian yang sebagian besar diproduksi di wilayah ASEAN. Negara produsen utama karet alam terdiri dari Thailand, Indonesia, Malaysia, China dan VietNam. Table 2 Jumlah Produksi Karet Alam dari Negara Produsen Utama Tahun 2006-2010 (ribu ton) Tahun Persentase 2006 2007 2008 2009 2010 Negara Th 2010 (%) Thailand 3 137.00 3 056.00 3 089.80 3 164.40 3 252.10 31.27 Indonesia 2 637.00 2 755.20 2 751.00 2 440.00 2 736.00 26.31 Malaysia 1 283.60 1 199.60 1 072.40 856.20 939.00 9.03 China 533.00 590.00 560.00 644.00 665.00 6.39 VietNam 555.40 605.80 660.00 711.30 754.50 7.25 India 853.30 811.10 881.30 820.30 850.80 8.18 Lain-lain 827.70 872.30 1 113.50 1 053.80 1 203.60 11.57 Dunia 9 827.00 9 890.00 10 128.00 9 690.00 10 401.00 100.00 Sumber: RRIT (2012) (diolah) Pada Tabel 2 di atas, menunjukkan jumlah produksi karet alam dari negara produsen utama, dimana pada tahun 2010, jumlah produksi karet alam dari Thailand adalah sebesar 3.25 juta ton (31.27%), kemudian dari Indonesia sebesar 2.73 juta ton (26.31%) dan Malaysia sebesar 0.93 juta ton (9.03%). Pertumbuhan industri kenderaan sejak beberapa tahun yang lalu adalah faktor penting yang membuat harga karet alam dunia meningkat. Hal ini dibuktikan dari porsi penggunaan karet alam dimana sebagian besar lebih dari 50 persen bahan karet alam diproduksi menjadi ban kendaraan (Tabel 3).

3 Tabel 3 Penggunaan Karet Alam dan Harga Karet Alam Dunia Tahun 2003-2009 Konsumsi Karet Alam (ribu ton) Porsi Penggunaan TSR20 Tahun Produk Ban Total Ban (%) (baht/kg) Lainnya 2003 10 744.00 8 660.00 18 320.00 58.60 41.97 2004 11 449.00 9 105.00 19 404.00 59.90 49.26 2005 12 079.00 8 898.00 20 553.00 58.80 56.51 2006 12 395.00 9 329.00 21 724.00 57.10 75.63 2007 13 121.00 9 884.00 23 006.00 57.00 75.12 2008 12 926.00 9 226.00 22 151.00 58.40 85.08 2009 12 296.00 8 429.00 20 725.00 59.30 63.67 Sumber: RRIT (2012) (diolah) Thailand, sebagian besar karet alam diekspor ke pasar dunia dan China adalah pasar tujuan ekspor karet alam terbesar, hasil devisa dari ekspor karet alam ke China relatif besar, dimana volume ekspor karet alam Thailand ke China memperoleh peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2011, jenis karet spesifikasi teknis (Technical Spesified Rubber) memberi sumbangan terbesar yaitu mencapai 2 842.94 juta US dollar, kemudian karet sit asap (Ribber Smoke Sheet) sebesar 1 227.21 juta US dollar dan karet lateks (Rubber Latex) sebesar 712.83 juta US dollar (Tabel 2). Hal demikian dikarenakan pertumbuhan industri kenderaan di China yang menggunakan karet spesifikasi teknis sebagai bahan baku dalam produksi ban kenderaan, maka beberapa tahun terakhir ini Thailand berupaya menyesuaikan permintaan di pasar China sehingga saat ini karet spesifikasi teknis menjadi jenis karet yang paling banyak diekpor ke pasar tersebut. Perumusan Masalah Perkembangan produksi-konsumsi karet alam dunia untuk kurun waktu 2002-2010 menunjukkan bahwa pasok karet alam tidak mencapai kebutuhan sehingga kondisi produksi-konsumsi tetap dalam keadaan kekurangan penawaran. Hal ini terjadi karena pertumbuhan industri otomotif dunia terutama di pasar Asia seperti China dan India. Dari sisi produksi dan konsumsi, terlihat bahwa tahun 2007-2008 jumlah konsumsi telah melebihi jumlah produksi karet alam kemudian tahun 2009 jumlah konsumsinya menurun akibat dari krisis ekonomi di Amerika Serikat dan di Eropa. Tetapi pada tahun 2010 jumlah konsumsi melebihi produksi karena pertumbuhan industri otomotif di China yang menempati sebagai produsen otomotif terbesar sejak tahun 2009 (Tabel 4).

WE 3 Jan. 09 WE 07 Mar. 09 WE 09 May 09 WE 11 July 09 WE 12 Sep. 09 WE 14 Nov. 09 WE16 Jan. 10 WE 20 Mac.10 WE 22 May 10 WE 24 July 10 WE 25 Sept. 10 WE 27 Nov 10 WE 29 Jan 11 WE 2 Apr 11 WE 11 June 11 WE 13 Aug 11 WE 15 Oct 11 WE 17 Dec 11 WE 18 Feb 12 WE 21 Apr 12 4 Tabel 4 Produksi, Konsumsi dan Stok Karet Alam Dunia Tahun 2002-2010 (ribu ton) Tahun Produksi Konsumsi Stok 2002 7 326.00 7 556.00 1 981.00 2003 8 006.00 7 937.00 1 982.00 2004 8 744.00 8 716.00 2 016.00 2005 8 907.00 9 206.00 1 717.00 2006 9 827.00 9 690.00 1 854.00 2007 9 890.00 10 178.00 1 566.00 2008 10 128.00 10 175.00 1 519.00 2009 9 690.00 9 329.00 1 880.00 2010 10 399.00 10 778.00 1 501.00 rata-rata 8 819.00 8 934.00 1 837.00 Sumber: RRIT (2012) (diolah) Hal tersebut juga didukung oleh adanya ramalan dari International Rubber Study Group-IRSG bahwa jumlah konsumsi karet alam akan naik menjadi sekitar 13.8 juta ton pada tahun 2020, sementara produksi karet alam dunia hanya sekitar 12.4 juta ton, berarti akan mengalami kekurangan pasokan sekitar 1.4 juta ton (AFET 2011). Ekspor karet alam Thailand didominasi oleh jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber), kemudian diikuti oleh jenis karet sit asap (Ribber Smoked Sheet) dan karet lateks. Sejak tahun 2003, volume ekspor karet sit asap mulai menurun dan lebih sedikit volumenya dibandingkan karet spesifikasi teknis. Hal ini dikarenakan bahwa China sebagai pengimpor karet TSR terbesar bagi Thailand lebih menyukai jenis karet spesifikasi teknis untuk industri otomotif. Selain itu, keadaan fluktuasi harga karet alam akibat dari keadaan ketidakpastian perekonomian dunia dan juga karena karet alam adalah komoditas pertanian yang bersifat musiman sedangkan penggunaannya adalah sepanjang tahun. 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 0.00 US cent/kg TSR Kuala Lumpur SMR20 TSR Bangkok STR20 RSS Bangkok RSS3 Latex Malaysia Latex 60% Sumber: RRIT (2012) (diolah) Gambar 1 Keadaan Fluktuasi Harga Karet Alam Dunia

5 Keadaan perkaretan dunia beberapa tahun terakhir ini mengalami berbagai perubahan struktural terutama dalam industri otomotif yang beralih dari Amerika serikat ke Asia. Perkembangan industri otomotif, memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam penggunaan bahan baku. Perkembangan teknologi radialisasi dan optimalisasi dalam industri ban akan meningkatkan konsumsi serta menghendaki kualitas bahan baku karet alam yang lebih baik dan konsisten. Semua keadaan di atas akan membawa perubahan struktural permintaan terhadap karet alam, yang juga diduga akan mempengaruhi harga karet alam di pasar internasional. Oleh karena itu, Thailand dan China selaku negara yang diduga berperanan penting dalam perdagangan karet alam dunia khususnya jenis karet spesifikasi teknis karena kedua negara ini memiliki skala pasar yang paling besar, dimana pangsa ekspor karet alam dunia oleh Thailand adalah sebesar 31.27 persen, sementara pangsa impor karet alam dunia oleh China adalah sebesar 34.86 persen (RRIT 2012). Adapun, jika dilihat dari jenis karet spesifikasi teknis pada tahun 2008 Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis ke dunia sebesar 25.01 persen dan China mengimpor karet spesifikasi teknis dari dunia sebesar 29.40 persen. Hal demikian, maka kedua negara tersebut perlu diamati bagaimana perilakunya dalam perdagangan karet alam khususnya jenis karet spesifikasi teknis, perilaku kedua negara ini diduga akan mempengaruhi penawaran dan permintaan serta harga karet spesifikasi teknis di pasar dunia. Semua keadaan di atas, timbulnya pertanyaan sehingga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia. 2. Bagaimana dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia. Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk mengkaji perdagangan karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China. Namun secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia. 2. Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dalam penyusunan kebijaksanaan perkaretan nasional khususnya yang menyangkut strategi pengembangan kegiatan ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan kondisi permintaan impor karet spesifikasi teknis di pasar China.

6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian menganalisis perdagangan karet alam dengan fokus terhadap jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber) atau karet TSR antara Thailand dan China. Oleh karena perdagangan karet TSR antara Thailand dan China tidak dapat melepaskan dari kondisi perdagangan perkaretan dunia maka penelitian ini terlibat dari empat pihak yaitu: Thailand, non-thailand (Indonesia, Malaysia, Vietnam dan lainnya), China dan non-china (Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Korea Selatan, Eropa dan lainnya) yang menyangkut tiga sisi. Pertama, sisi penawaran, yaitu penawaran ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan non-thailand ke China dan penawaran ekspor karet spsifikasi teknis Thailand dan non-thailand ke non-china. Kedua, sisi permintaan, yaitu permintaan impor karet spesifikasi teknis China dari Thailand dan non-thailand dan permintaan impor karet spesifikasi teknis non-china dari Thailand dan non-thailand. Ketiga, sisi harga, yaitu harga karet spesifikasi teknis baik harga karet TSR dunia, harga ekspor karet TSR Thailand dan harga karet TSR China, dengan membangunkan model persamaan simultan. Pada penelitian ini, jenis karet alam yang akan dipelajari adalah jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber) karena jenis karet tersebut merupakan komoditas ekspor Thailand ke China yang memberi sumbangan cukup besar.

7 2 TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Perkaretan Dunia Karet alam adalah komoditas pertanian non migas yang mempunyai posisi yang unik dalam menunjang pembangunan dunia industri dimana sumber utama karet alam berasal dari negara-negara berkembang. Perdagangan karet alam dunia dewasa ini, pempunyai peningkatan yang cepat setelah pertumbuhan industri otomotif dunia sejak tahun 2002, karet alam sebagian besar digunakan dalam industri ban, sisanya digunakan dalam industri produk lainnya (General Rubber Goods) (Tabel 3). Sampai saat ini perdagangan karet alam masih didominasi oleh Thailand, Indonesia dan Malaysia sebagai eksportir utama, sedangkan China, Amerika Serikat, Jepang, Korea selatan dan Jerman merupakan negara importir utama. Gambaran secara umum keadaan perkaretan dunia dapat dilihat pada Tabel 5 dimana pada tahun 2009 jumlah konsumsi karet alam dunia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 9.16 persen akibat dari krisis ekonomi dunia di negara konsumen karet alam utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa yang berdampak terhadap penuruan konsumsi karet alam dunia. Pada tahun 2006-2011, pertumbuhan produksi karet alam meningkat sebesar 1.78 persen sedangkan pertumbuhan konsumsi meningkat sebesar 2.13 persen sehingga pertumbuhan stok karet alam dunia menurun sebesar 4.40 persen, hal ini menjukkan bahwa konsumsi karet alam dunia lebih besar dari produksinya. Tabel 5 Keadaan Perdagangan Perkaretan Dunia Tahun 2006-2011 (juta ton) Tahun Produksi Konsumsi Ekspor Impor Stok 2006 9.83 9.69 6.93 6.84 1.85 2007 9.89 10.18 6.86 7.23 1.57 2008 10.13 10.18 6.76 7.08 1.52 2009 9.69 9.33 6.28 6.31 1.88 2010 10.40 10.78 7.15 7.40 1.50 2011 10.70 10.61 7.19 7.37 1.40 Pertumbuhan 1.78 2.13 0.97 1.92-4.40 Sumber: RRIT (2012) Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Dunia Negara pengekspor karet alam terbesar adalah ketiga negara pertama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Tahun 2002-2010, pangsa ekspor karet alam dari ketiga negara tersebut menunjukkan bahwa Malaysia memiliki kecenderungan ekspor paling besar kira-kira 9.94 persen per tahun, sementara Indonesia 4.30 persen per tahun dan Thailand 3.63 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet alam 2.68 juta ton atau kira-kira 34.05 persen dari total ekspor karet alam dunia, kemudian Indonesia ekspor sebesar 2.38 juta ton atau kira-kira 30.20 persen dan Malaysia dengan jumlah ekspor sebesar 1.25 juta ton atau kira-kira 15.86 persen dari

8 total ekspor karet alam dunia. Kuantitas karet alam yang diekspor oleh ketiga negara tersebut kira-kira sebesar 80 persen dari total ekspor karet alam dunia. Adapun jenis karet alam yang diekspor ke pasar dunia pada tahun 1996-2010 menggambarkan bahwa ekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) dari Malaysia dan Thailand cenderung menurun rata-rata 17.63 dan 3.23 persen per tahun, sementara ekspor karet sit asap oleh Indonesia cenderung naik rata-rata 9.08 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) terbesar dengan sebesar 657.8 ribu ton, diikuti Indonesia sebesar 60.8 ribu ton dan Malaysia hanya sebesar 11.1 ribu ton. Sementara ekspor karet spesifikasi teknis, menunjukkan bahwa ekspor dari ketiga negara tadi cenderung meningkat terutama Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis dengan nilai rata-rata sebesar 7.91 persen per tahun. Pada tahun 2010, Indonesia mengekspor karet spesifikasi teknis terbesar dengan sebesar 2 305.2 ribu ton, berikutnya adalah Thailand sebesar 1 033.7 ribu ton sementara Malaysia mengeskpor sebesar 838.5 ribu ton (RRIT 2012). Dari data ekspor menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan Negara tujuan ekspor komoditas karet alam terbesar bagi Indonesia dan Indonesia merupakan mitra dagang utama yang menduduki ranking ke lima Negara pengimpor di Amerika Serikat (Widayanti 2008) Impor Karet Spesifikasi Teknis Dunia Negara pengimpor karet alam terbesar di dunia adalah China. Sejak tahun 2003, China cenderung impor karet alam terbesar dengan nilai rata-rata 12.85 persen per tahun, German dan Korea masing-masing cenderung meningkat impor karet alam dengan nilai rata-rata sebesar 1.74 persen dan 0.62 persen per tahun, sementara negara lainnya cenderung menurun impor karet alam seperti Inggris impor karet alam menurun dengan nilai rata-rata sebesar 6.63 per tahun, Prancis impor menurun 6 persen per tahun, Amerika Serikat impor menurun sebesar 4.75 persen per tahun, dan Jepang impor menurun 2.27 persen per tahun. Tahun 2010, China mengimpor karet alam terbesar dengan jumlahnya sebesar 2.58 juta ton, kemudian Amerika Serikat dan Jepang mengimpor karet alam sebesar 0.93 dan 0.74 juta ton. Sementara jenis karet spesifikasi teknis diimpor terbesar yaitu di China dengan jumlah impor pada tahun 2008 adalah sebesar 1 224 375 juta ton atau 29.40 persen dari total impor karet spesifikasi teknis dunia (RRIT 2012). Konsumsi Karet Alam bergeser dari Barat ke Timur (Amerika Utara dan Eropa ke Asia), Tahun 2008, produksi karet dunia sebesar 22.86 juta ton yang terdiri dari karet alam dunia sebesar 10.12 juta ton (44.28%) dan karet sintesis sebesar 12.74 juta (55.72%), Dari produksi tersebut, di konsumsi sebesar 22.19 juta ton yang terdiri dari karet alam sebesar 9.55 juta ton (43.0%) dan karet sintetis sebesar 12.64 juta (57.0%). Asia telah menggeser pangsa konsumsi karet dunia baik karet alam maupun karet sintetis, yaitu naik dari 18.7% pada tahun 1960 menjadi 65.5% pada tahun 2008 (Tabel 6).

9 Table 6 Kemunculan Asia pada Konsumsi Karet Alam Wilayah Presentase (%) Presentase (%) Negara Asia 1960 2008 1960 2008 Amerika Utara 25.1 12.3 China 5.3 25.5 Amerika Latin 5.3 5.9 Jepang 8.1 9.0 Eropa 47.9 15 India 2.2 9.2 Asia 18.7 65.5 Malaysia 0.3 4.9 Australia 1.8 0.2 Korea 0.4 3.8 Afrika 1.2 1.1 Thailand 0.4 4.2 Dunia 100 100 Indonesia 0.9 4.3 Kuantitas (ribu ton) 2080 9550 Asia Lainnya 1.5 4.6 Total Asia 18.7 65.5 Sumber: Damardjati dan Jacob (2009) Harga Karet Spesifikasi Teknis di Pasar Domestik dan Internasional Karet alam merupakan hasil pertanian sehingga perkiraan harganya lebih sulit dibandingkan karet sintetis. Untuk penentuan harga karet alam, pada dasarnya ada keterkaitan baik dari sisi permintaan karet alam negara importir utama maupun dari sisi penewaran karet alam negara produsen utama. Selanjutnya, jika kita melihat dari sisi penawaran dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dia tidak lepas dari negara produsen utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena perubahan permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam domestik sehingga harga domestik dari negara eksportir utama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia akan berdampak terhadap harga karet alam dunia. Adapun, negara eksportir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan menjadi insentif oleh negara tersebut untuk meningkatkan produksinya dan akan mengurangi konsumsi dalam negeri tetapi menambahkan ekspornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara eksportir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia. Jika melihat dari sisi permintaan dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dari negara importir utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam dalam negerinya sehingga harga domestik dari negara importir utama yaitu China, Amerika Serikat maupun Jepang akan berdampak kepada harga karet alam dunia. Adapun, negara importir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan berdampak kepada negara tersebut mengurangi konsumsi karet dan juga mengurangi impornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara importir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia (Romprasert 2009).

10 Hal yang sama bagi karet spesifikasi teknis adalah salah satu jenis karet alam dimana negara yang berpengaruh penting terhadap harga karet spesifikasi teknis adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia sebagai eksportir utama, sementara China, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan sebagai importir utama. Selain penjelasan di atas dimana harga karet alam dipengaruhi oleh faktor dari permintaan maupun penawaran dengan mengasumsikan perdangan karet alam dengan mata uang yang sama. Tetapi fakta sebenarnya perdagangan karet alam di pasar nyata adalah perdagangan internasional dimana masing-masing negara mempunyai mata uangnya sendiri, maka dalam pertimbangan harga karet alam sangat perlu dalam pengambilan faktor nilai tukar valuta asing masuk ke dalam model oleh karena nilai tukar mata uang bisa berubah mengikut faktor-faktor yang akan dibahas selanjutnya. Perdagangan karet alam dunia, biasanya menggunakan mata uang utama yaitu US dollar, maka perubahan nilai tukar valuta asing di negara eksportir atau importir dibandingkan US dollar akan berdampak terhadap harga karet alam dunia sebagai penjelasan berikut ini (AFTC 2007): (a) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai tukar mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terapresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 Baht per 1 US dollar menjadi 30 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menurun. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menurun menjadi 60 baht/kg (2 US $/kg x 30 = 60 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg). (b) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terdepresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 baht per 1 US dollar menjadi 40 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menaik. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menaik menjadi 80 baht/kg (2 US $/kg x 40 = 80 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg). Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi di China memperoleh peningkatan yang cukup besar terutama pertumbuhan industri otomotif. Pada Gambar 2. menunjukkan pertumbuhan produksi otomotif di China, dimana pada tahun 2002 jumlah produksi otomotif adalah sebesar 4.44 juta unit kenderaan, kemudian pada tahun 2010 mencapai sebesar 18.41 juta unit kenderaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12.57 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar China mempunyai potensi besar sebagai konsumen karet alam untuk penggunaan dalam industri ban kenderaan dan sebagainya, dimana China sendiri belum bisa memproduksi karet alam sesuai permintaan dalam negerinya sehingga harus impor karet alam dari luar negeri.

11 Sumber: OICA 2012 Gambar 2 Pertumbuhan Industri Otomotif di China Tahun 1997-2010 Sumber produksi karet alam di China, sebagian besar diperoleh dari Hainan dengan jumlah produksi sebesar 60 persen dari kebun produksi karet seluruh nageri, kemudian Yunnan, Guangxi Zhuang dan sebagian kecilnya diperoleh dari Guangdong dan Fujian. Dalam kurun tahun 2003 sampai 2009, China mampu memproduksi karet alam hanya sebesar 23.33 persen dari total kebutuhan dalam negeri (Tabel 7). Pada Tebel 7 menunjukkan bahwa kemampuan produksi terhadap konsumsi karet alam di China pada tahun 2003 adalah sebesar 34.28 persen, kemudian pada tahun 2009 menurun menjadi 19.03 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi karet alam di China lebih besar dibandingkan produksinya. Akhirnya China harus mengimpor karet alam dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tabel 7 Produksi dan Konsumsi Karet Alam di China tahun 2003-2009 Tahun Produksi (ton) Konsumsi (ton) Kemampuan produksi terhadap konsumsi karet alam China (%) Nilai impor karet alam China (US $) 2003 565.00 1 537.80 34.28 1 155 101 867.00 2004 573.00 2 000.00 28.65 1 524 504 882.00 2005 510.00 2 277.50 22.39 1 854 895 011.00 2006 533.00 2 769.20 19.24 3 029 599 956.00 2007 590.00 2 842.70 20.75 3 258 525 506.00 2008 560.00 2 946.80 19.01 4 302 033 669.00 2009 644.00 3 383.60 19.03 2 814 183 907.00 Rerata 567.85 2 536.80 23.33 2 562 692 114.00 Sumber: RRIT (2012) (diolah) China melakukan impor karet dari berbagai negara. Sumber impor karet yang penting yaitu dari Thailand, Malaysia, Indonesia dan negara di wilayah Asia Tanggara. Pada Tabel 8 menunjukkan jumlah impor karet alam di China, dimana pada tahun 2011 total volume impor karet alam China adalah sebesar 23 064.67 juta

12 US dollar, sebagian besar karet alam yang diimpor adalah dari Thailand dengan volume sebesar 6 753.77 juta US dollar, kemudian dari Malaysia dengan volume sebesar 3 805.69 juta US dollar dan dari Indonesia dengan volume sebesar 2 282.46 juta US dollar. Tabel 8 Volume Impor Karet Alam China dari Berbagai Negara Tahun 2007-2011 (juta US $) % Urutan Negara 2007 2008 2009 2010 2011 2011 0 World 9 589.32 11 905.35 10 374.20 16 910.26 23 064.67-1 Thailand 1 975.42 2 780.40 2 434.42 4 366.53 6 753.77 29.28 2 Malaysia 1 427.05 1 748.47 1 352.14 2 596.58 3 805.69 16.50 3 Indonesia 804.58 1 085.21 882.31 1 514.27 2 282.46 9.89 4 Japan 1 189.25 1 343.46 1 310.18 1 826.48 2 093.10 9.07 5 Korea, South 853.19 858.62 870.29 1 213.87 1 565.45 6.78 6 United States 687.29 881.87 784.26 1 089.63 1 338.62 5.80 7 Germany 314.50 380.60 383.52 601.42 765.30 3.32 8 Russia 383.05 554.22 350.29 556.95 602.63 2.61 9 Vietnam 272.53 190.95 207.40 526.63 547.36 2.37 10 Taiwan 481.37 472.46 369.30 454.29 511.26 2.21 Sumber: RRIT (2012) (diolah) Ada pun, penggunaan karet alam domestik Thailand masih sedikit, oleh karena itu sebagian besar karet alam Thailand diekspor ke pasar dunia. Pada Tabel 9 di bawah, menunjukkan penggunaan karet alam di Thailand dimana sebagian besar diekspor ke pasar dunia. Contohnya pada tahun 2010 penggunaan karet alam domestik adalah sebesar 0.45 juta ton atau 7.24 persen, sedangkan sisanya diekspor ke pasar dunia sebesar 2.86 juta ton atau 92.72 persen. Tabel 9 Penggunaan Karet Alam Thailand Tahun 2000-2010 Tahun Penggunaan Karet Alam Domestik (ribu ton) Ekspor ke Luar Negeri (ribu ton) Proporsi Penggunaan Domestik (%) 2000 245.50 2 166.20 9.82 2001 253.10 2 042.10 9.06 2002 278.40 2 354.40 9.45 2003 298.70 2 573.50 9.61 2004 318.60 2 637.10 9.27 2005 334.60 2 632.40 8.86 2006 320.80 2 771.60 9.64 2007 373.70 2 703.80 8.23 2008 397.60 2 675.30 7.72 2009 399.40 2 726.20 7.82 2010 458.70 2 866.40 7.24 Rata-rata Penggunaan Karet Alam Domestik 8.79 Sumber: RRIT (2012) (diolah)

13 Lebih lanjut, pasar tujuan ekspor karet alam Thailand sebagian besar diekspor ke pasar China. Berdasarkan Tabel 9 menunjukan volume ekspor karet alam Thailand ke China memperoleh peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2011 jenis karet spesifikasi teknis (Technical Spesified Rubber) memberi kontribusi terbesar yaitu mencapai 2 842.94 juta US dollar, kemudian karet sit asap (Ribber Smoke Sheet) sebesar 1 227.21 juta US dollar dan karet lateks (Rubber Latex) sebesar 712.83 juta US dollar. Hal demikian dikarenakan pertumbuhan industri kenderaan di China yang cenderung menggunakan karet spesifikasi teknis sebagai bahan baku produksi ban kenderaan, maka beberapa tahun terakhir ini Thailand berupaya menyesuaikan permintaan di pasar China sehinggga saat ini karet spesifikasi teknis menjadi jenis karet yang paling banyak diekpor ke pasar tersebut. Tabel 10 Volume Ekspor Karet Alam Thailand ke China Tahun 2006-2011 (Juta US $) Jenis Karet Alam 2006 2007 2008 2009 2010 2011 TSR 19.73 785.04 941.59 667.58 1 303.70 2 842.94 RSS 461.88 403.18 475.97 405.92 486.74 1 227.21 Lateks 262.97 294.63 300.16 328.00 409.33 712.83 Sumber: RRIDA (2011) Adapun, peraturan impor karet China dari Thailand, walaupun China tidak membatasi jumlahnya namun perusahaan Thailand harus minta lesensi dari pemerintah China sebelum mengimpor karet dan hanya dengan perusahaan tertentu yang diperbolehkan oleh pemerintahnya. China menentukan pajak untuk impor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet-RSS) maupun karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber-TSR) sebesar 20 persen dan karet Lateks 7.5 persen. Selain itu, semua karet yang diimpor dikenakan Pajak Pertambahan Nilai-PPN sebesar 17 persen. Dengan ini, berdasarkan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), China mengklasifikasikan semua jenis karet tersebut adalah jenis produk sensitif tinggi (Highly Sensitive Products) sehingga pajak impor ditetapkan hingga tahun 2015. Dengan itu, ekspor karet alam Thailand masih belum dapat manfaat dari perjanjian tersebut (Anwar 2004). Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian dari Elwanmendri (2000) dengan judul Perdagangan Karet Alam antara Negara Produsen Utama dengan Amerika Serikat, menggunakan data sekunder periode 1970-1997. Analisis dilakukan dengan motode 3SLS, membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari tiga kelompok persamaan yaitu persamaan penawaran ekspor karet alam spesifikasi teknis, permintaan impor karet alam spesifikasi teknis Amerika Serikat dan harga ekspor karet spesifikasi teknis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurva penawaran ekspor ketiga negara produsen utama ke Amerika Serikat mempunyai kemiringan positif dengan elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis. Kurva permintaan impor

14 karet spesifikasi teknis Amerika Serikat bersifat inelastis. Sedangkan harga ekspor karet alam spesifikasi teknis di negara produsen utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak responsif terhadap perubahan harga di pasar Amerika Serikat. Dari angka-angka elastisitas dapat diketahui bahwa harga ekspor karet alam spesifikasi teknis Indonesia lebih responsif terhadap perubahan harga di Amerika Serikat dibandingkan dengan dua negara produsen lainnya. Penelitian dari Tety (2002) dengan judul Penawaran dan Permintaan Karet Alam Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional, dengan menggunakan data sekunder periode 1969-2000. Analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan dan diduga dengan metode 2SLS. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peubah-peubah yang berpengaruh terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor (AS, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan) adalah harga ekspor karet alam Indonesia, produksi, nilai tukar Rupiah terhadap US dollar, pajak ekspor, dan jumlah ekspor karet alam bedakala ke masing-masing negara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran karet alam negara-negara pesaing Indonesia yaitu Thailand dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, produksi, dan nilai tukar mata uang negara pengekspor. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku impor dari keempat negara utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan adalah harga impor karet alam, harga impor karet sintetis, nilai tukar, pendapatan perkapita masing-masing negara, dan jumlah impor bedakala masing-masing negara. Untuk harga karet alam internasional dipengaruhi oleh rasio total permintaan impor dan total penawaran ekspor serta harga karet internasional bedakala. Prabowo (2006) dengan judul Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-Negara Importir Utama. Secara umum pernelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perdagangan karet alam Indonesia ke negara-negara importir utama. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data derat waktu (time series) triwulanan dari tahun 1995-2004. Metode estimasi model yang diterapkan adalah metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan model bentuk persamaan tunggal yang terdiri dari model dasar yaitu permintaan impor, permintaan ekspor, penawaran impor, dan penawaran ekspor karet alam. Hasil penelitian menujukkan ekspor karet alam dunia secara umum untuk sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan yang didominasi oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia, sedangkan konsumsi karet alam dunia secara umum juga cenderung mengalami peningkatan, yang semula didominasi oleh Amerika Serikat telah mengalami pergeseran, dimana sejak tahun 2001 China menjadi negara konsumen karet alam terbesar di dunia. Sementara perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan tren yang terus meningkat dimana terjadi pergeseran jenis karet alam yang diperdagangkan dari dominasi karet RSS menjadi karet TSR. Selain itu, faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat adalah GDP dengan respon yang elastis, sementara permintaan impor karet alam Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga impor karet alam dan GDP-nya. Penelitian yang dilakukan oleh Ella Hapsari Hendratno (2008) dengan judul Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di Negara China. bertujuan untuk