ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA

dokumen-dokumen yang mirip
ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

*

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

Buletin Vol.6 No.03 - Maret 2016 ISSN :

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

STUDI POLA KEGEMPAAN PADA ZONA SUBDUKSI SELATAN JAWA BARAT DENGAN METODE SEGMEN IRISAN VERTIKAL

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

Analisis Perubahan Anomali Gayaberat Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi Padang 2016 Mw 7,8 Menggunakan Citra Satelit GRACE

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

PROBABILITAS KEJADIAN GEMPABUMI PADA MASA MENDATANG DI ZONA SESAR SUMATRA

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

Keywords: circle method, intensity scale, P wave velocity

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR

ANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI FLORES DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DENGAN MAGNITUDO 5,0 DI WILAYAH SUMATERA UTARA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

HAZARD POTENTIAL DISTRIBUTION OF AFFECTED BY THE TSUNAMI IN THE ALONG SOUTH COAST REGION OF MALANG, EAST JAVA

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Edy Santoso, Sri Widiyantoro, I Nyoman Sukanta Bidang Seismologi Teknik BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat 10720

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

PETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA

ANALISIS REKAHAN GEMPA BUMI DAN GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OMORI

RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Peningkatan aktivitas gempa bumi di Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

RIWAYAT WAKTU PERCEPATAN SINTETIK SUMBER GEMPA SUBDUKSI UNTUK KOTA PADANG DENGAN PERIODE ULANG DESAIN GEMPA 500 TAHUN.

PENENTUAN POSISI HIPOSENTER GEMPABUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODA GUIDED GRID SEARCH DAN MODEL STRUKTUR KECEPATAN TIGA DIMENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November 2017

13 Tahun Tsunami Aceh Untuk Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Masyarakat Sumatera Barat akan Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami

ANALISIS COULOMB STRESS GEMPA BUMI DELI SERDANG 16 JANUARI 2017

Model Linked Stress Release pada Data Gempa Bumi di Pulau Sumatra

KORELASI ANTARA MAGNITUDO GEMPABUMI LOKAL DENGAN PERIODE DOMINAN GELOMBANG P DI WILAYAH SUMATRA BARAT

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

Transkripsi:

DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.16 ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA Indah Fajerianti 1,a), Sigit Eko Kurniawan 1,b) 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jl. Perhubungan 1 No. 5, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Kode Pos 15221 Email: a) indahfajerianti@gmail.com, a) sigitekokurniawan@yahoo.com Abstrak Gempa bumi merupakan bagian dari proses dinamika tektonik. Proses tersebut terus terjadi sejalan dengan perubahan besar dan arah medan magnet bumi akibat variasi sekuler. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau ada tidaknya perubahan pola deklinasi magnet bumi sebelum dan sesudah terjadinya gempa bumi signifikan (M 7.0) wilayah Sumatera selama periode 1900 hingga 2015. Lokasi penelitian berada pada 6 LU 10 LS dan 85 110 BT. Data deklinasi yang digunakan berdasarkan model International Geomagnet Reference Field 12 (IGRF 12) pada rentang 10 tahun sebelum dan sesudah terjadinya gempa bumi signifikan. Data parameter gempa bumi diperoleh dari katalog United States Geological Survey (USGS). Dari 41 kejadian gempa bumi signifikan yang tercatat, dipilih 8 kejadian gempa bumi untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan membandingkan perubahan pola deklinasi di lokasi dekat episenter gempa bumi dengan suatu titik yang dianggap tidak terpengaruh aktivitas kegempaan wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis, teramati adanya perubahan pola deklinasi sebelum dan sesudah terjadinya gempa bumi signifikan yang diteliti. Kata-kata kunci: magnet bumi, deklinasi, gempa bumi, Sumatera Abstract Earthquakes are part of the tectonic dynamic process. The process continues in line with changes in the magnitude and direction of the geomagnetic field due to the secular variety. This study aims to review whether there is any change in the pattern of the Geomagnetic declination before and after the occurrence of significant earthquakes (M 7. 0) in the Sumatra region during the period 1900 to 2015. The research location is at 6N-10S and 85-110E. The declination data used in the study is based on the International geomagnetic 12 Reference Field (IGRF 12) model within 10 year time span before and after the occurrence of a significant earthquake. Earthquake parameter data are obtained from the catalog of United States Geological Survey (USGS). Forty-one significant earthquakes were recorded and 8 earthquakes are selected as the object of the study. This study uses qualitative analysis by comparing the change in the pattern of declination at a location near the epicenter of an earthquake with a point considered as the region affected by seismic activity. Based on the analysis, the change in declination patterns before and after the occurrence of a significant earthquake is found. Keywords: geomagnetic, declination, earthquakes, Sumatra. SNF2017-EPA-107

PENDAHULUAN Pulau Sumatera merupakan produk geodinamika Busur Sunda. Perkembangan Busur Sunda dipengaruhi tatanan tektonik regional maupun lokal. Secara umum, sistem tektonik Pulau Sumatera dicirikan oleh tiga sistem tektonik, yaitu zona subduksi di sebelah barat Pulau Sumatera, Sesar Sumatera, dan Sesar Mentawai. Zona subduksi di sebelah barat Pulau Sumatera merupakan pertemuan antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo Australia. Penunjaman ini berawal dari Sumba, Bali, Jawa, dan Sumatera sepanjang 3.700 km, serta berlanjut ke Andaman Nicobar dan Burma. Menurut Ibrahim, dkk [3], di sekitar Pulau Jawa dan Sumatera bagian Selatan, Lempeng Australia bergerak ke arah utara/timur laut sebesar 60-65 mm pertahun relatif terhadap Asia Tenggara. Pertemuan lempeng ini sering disebut zona megathrust di mana sudut slab yang terbentuk relatif landai di banding megathrust di selatan Jawa. Sesar Sumatera sejajar dengan palung laut di sebelah barat Sumatera. Sesar ini memiliki panjang sekitar 1.900 km. Sesar tersebut memanjang dari ujung Aceh hingga ke Teluk Semangko di Lampung. Sesar Sumatera terbagi ke dalam beberapa segmen sesar dan sedikitnya terdapat 19 segmen. Sembilan belas segmen tersebut yakni Segmen Sunda, Segmen Semangko, Segmen Kumering, Segmen Manna, Segmen Musi, Segmen Ketaun, Segmen Dikit, Segmen Siulak, Segmen Suliki, Segmen Sumani, Segmen Sianok, Segmen Barumun, Segmen Angkola, Segmen Toru, Segmen Renun, Segmen Tripa, Segmen Aceh, dan Segmen Seulimeum. Menurut Ibrahim, dkk [3], kecepatan gerak sesar antara 0,9-4,0 cm pertahun, dan pada umumnya kecepatan di bagian utara lebih besar dibanding di bagian selatan. Beberapa pergerakan Sesar Sumatera ditandai dengan pergerakan mendatar membuka yang membentuk cekungan, terban, seperti cekungan Ombilin, Laut Tawar, Danau Singkarak, Danau Ranau di sepanjang bukit barisan. Rangkaian sistem tektonik yang kompleks ini membuat tingkat aktivitas seismik di wilayah Sumatera cukup tinggi. Hal ini menyebabkan Pulau Sumatera rawan terhadap gempa bumi. Berdasarkan katalog gempa bumi signifikan dan merusak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), setidaknya sudah terjadi 98 gempa bumi signifikan dan merusak dari tahun 1821 hingga 2013 di sekitar Sumatera. Empat belas diantaranya merupakan gempa bumi yang mengakibatkan terjadinya tsunami, termasuk Gempa Bumi Aceh 26 Desember 2004. Peta gempa bumi signifikan dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 1. Peta Struktur Tektonik Indonesia dan Asia Tenggara [7]. SNF2017-EPA-108

Gambar 2. Peta Segmen Sesar Sumatera [2] Gambar 3. Peta Kejadian Gempabumi Signifikan dan Merusak Wilayah Sumatera 1821-2013 [1] Studi tentang kemagnetan bumi memberikan kontribusi yang penting terhadap rekonstruksi pergerakan tektonik lokal dan regional [9]. Studi paleomagnetik menunjukkan bahwa dipol (kutub magnet) bumi telah mengalami pembalikan di masa lalu, dan ini menjadi bukti penting dalam menentukan gerakan lempeng tektonik [5]. Perubahan medan magnet dari waktu ke waktu disebut variasi sekuler. Variasi ini dicatat di berbagai tempat di bumi dan dimodelkan estimasi nilainya sesuai perubahan tahunan medan magnet bumi yang disebut International Geomagnetic Reference Field (IGRF). Dengan melakukan penelitian ini, penulis akan menganalisis keterkaitan antara terjadinya gempa bumi signifikan (M 7) dengan perubahan besar dan arah medan magnet akibat variasi sekuler. Variasi sekuler yang ditinjau adalah arah komponen horizontal magnet bumi yaitu sudut deklinasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sudut deklinasi dari model International Geomanetic Reference Field (IGRF) 12 yang diperoleh dari geomagnetic calculator oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang diakses melalui http://www.ngdc.noaa.gov/geomag web/?model=igrf#igrfgrid. Data diunduh pada wilayah penelitian, yaitu Sumatera, dengan koordinat penelitian 6 LU 10 LS dan 85 110 BT dengan interval masing masing grid 1 o. Data deklinasi model IGRF hanya berubah terhadap tahun, sehingga hanya diambil satu sampel data per tahun. Sampel data yang diunduh yakni pada 1 Januari pukul 00.00 UTC setiap tahun. Data yang diunduh berada pada rentang waktu 10 tahun sebelum dan sesudah terjadi gempa bumi signifikan yang ingin diteliti perubahan pola deklinasinya. Data parameter gempa bumi diperoleh dari Katalog United States Geological Survey (USGS) yang diakses melalui http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search dengan memilih magnitudo minimum M 7,0 pada rentang koordinat penelitian dalam kurun waktu 1900 hingga 2015. Dari katalog tersebut, terdapat 41 kejadian gempa bumi signifikan dan dipilih 8 kejadian dengan lokasi yang relatif berdekatan untuk dibandingkan perubahan pola deklinasinya. Parameter kejadian 8 gempa bumi yang akan diteliti ditampilkan pada Tabel 1 dangan lokasi episenter ditunjukkan pada gambar 4. SNF2017-EPA-109

Tabel 1. Parameter Gempa Bumi Signifikan Yang Akan Diteliti Berdasarkan Data Katalog USGS Waktu Lintang Kedalaman Jenis No. Tanggal Bujur ( ) Mag. (UTC) ( ) (km) Magnitudo 1. 08 Mei 1946 05:20:27,0 0,746 LS 99,096 BT 35 7,3 Mw 2. 08 April 1971 07:45:59,0 4,33 LS 102,285 BT 75 7 Mw 3. 01 Oktober 1975 03:29:58,9 4,882 LS 102,198 BT 33 7 Ms 4. 01 April 1998 17:56:23,4 0,544 LS 99,26 BT 55,7 7 Mwc 5. 26 Desember 2004 00:58:53,4 3,295 LU 95,982 BT 30 9,1 Mw 6. 28 Maret 2005 16:09:36,5 2,085 LU 97,108 BT 30 8,6 Mww 7. 06 April 2010 22:15:01,6 2,383 LU 97,04 BT 31 7,8 Mwc 8. 09 Mei 2010 05:59:41,6 3,748 LU 96,018 BT 38 7,2 Mwc Gambar 4. Peta Episenter Gempa Bumi Signifikan Yang Akan Diteliti. Episenter gempa bumi ditunjukkan dengan bintang berwarna merah. Perbandingan pola deklinasi sebelum dan sesudah terjadinya gempa bumi signifikan menggunakan pola dari titik grid yang dekat dengan lokasi episenter gempa bumi dan titik grid yang pada sekitarnya tidak terjadi gempa bumi signifikan dalam waktu 100 tahun atau yang disebut titik normal. Perbandingan pola titik di sekitar gempa bumi dilakukan terhadap titik normal pertama yang memiliki lintang yang sama dengan bujur yang berbeda. Selanjutnya dilakukan perbandingan dengan titik kedua dengan bujur yang sama dengan lintang yang berbeda. Data deklinasi dari ketiga titik diplot menggunkan microsoft office excel untuk menghasilkan grafik pola deklinasi. Berdasarkan pola deklinasi ketiga titik tersebut, dilakukan perbandingan dan analisis secara kualitatif terhadap ada tidaknya perubahan pola deklinasi sebelum dan sesudah gempa signifikan terjadi. HASIL DAN PEMBAHASAN Gempa Bumi 8 Mei 1946 dan 1 April 1998 Gempa bumi 8 Mei 1946 dan 1 April 1998 terjadi pada episenter yang cukup berdekatan. Jarak antarepisenter kedua gempa ini kurang dari 1. Gempa bumi 8 Mei 1946 terjadi pada 5:20:27 UTC dengan episenter 0.746 LS, 99.096 BT dan kedalaman 35 km. Sedangkan gempa bumi 1 April 1998 terjadi pada 17:56:23 UTC dengan episenter 0.544 LS, 99.261 BT dan kedalaman 55.7 km. SNF2017-EPA-110

Untuk menggambarkan grafik pola deklinasi gempa bumi 8 Mei 1946 dan 1 April 1998, digunakan titik rujukan yang terdekat dengan episenter, yaitu 1 LS, 99 BT. Grafik pola deklinasi tersebut dibandingkan dengan titik normal yang bervariasi terhadap lintang dan bujur. Titik normal pertama terletak pada koordinat 8 LS, 99 BT. Titik normal kedua berada pada 1 LS, 104 BT. Posisi letak kedua titik normal tersebut terhadap gempa bumi dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Posisi Titik Normal Terhadap Episenter Gempa Bumi 8 Mei 1946 dan 1 April 1998 Hasil perbandingan pola deklinasi gempa 1946 terhadap titik normal dengan bujur yang sama menunjukan perubahan pada tahun 1938. Perubahan pola terjadi 2 tahun setelah pola awal pada tahun 1936 atau 8 tahun sebelum gempa terjadi. Perbandingan pola deklinasi gempa bumi 1946 terhadap titik normal dengan lintang yang sama perubahan terjadi mulai 1940. Hasil perbandingan pola deklinasi gempa bumi 1998 terhadap titik normal dengan lintang yang sama menunjukan perubahan pada tahun 1990. Perubahan pola terjadi 2 tahun setelah pola awal pada tahun 1988 atau 8 tahun sebelum gempa terjadi. Perbandingan pola deklinasi gempa bumi 1946 terhadap titik normal dengan bujur yang sama perubahan terjadi tidak terlalu nampak. Perbandingan pola deklinasi dapat dilihat pada gambar 6. SNF2017-EPA-111

Gambar 6. Perbandingan Pola Deklinasi Gempa Bumi 8 Mei 1946 dan 1 April 1998 Terhadap Titik Normal Dengan Bujur dan Lintang yang Sama Gempa Bumi 8 April 1971 dan 1 Oktober 1975 Dilihat dari lokasi dan waktu terjadinya, gempa bumi 8 April 1971 dan 1 Oktober 1975 sangat berdekatan. Gempa bumi 8 April 1971 terjadi pada pukul 7:45:59 UTC, selang 4 tahun kemudian terjadi gempa bumi pada 1 Oktober 1975 pukul 3:29:59 UTC. Gempa bumi 8 April 1971 memiliki episenter 4.33 LS, 102.285 BT dengan kedalaman 75 km dan gempa bumi 1 Oktober 1975 memiliki episenter 4.882 LS, 102.198 BT dengan kedalaman 33 km. Kekuatan kedua gempa bumi tersebut relatif sama dengan gempa bumi 1971 sebesar Mw 7 dan 1975 sebesar Ms 7. Untuk menggambarkan grafik pola deklinasi Gempa Bumi 8 April 1971 dan 1 Oktober 1975 digunakan titik rujukan yang terdekat dengan episenter, yaitu 4 LS, 102 BT. Grafik pola deklinasi tersebut dibandingan titik normal yang bervariasi terhadap lintang dan bujur. Titik normal pertama terletak pada koordinat 10 LS, 102 BT. Titik normal kedua berada pada 4 LS, 105 BT. Posisi letak kedua titik normal tersebut terhadap gempa bumi dapat dilihat pada gambar 7. Hasil perbandingan pola deklinasi pada Gempa Bumi 8 April 1971 terhadap titik normal dengan lintang yang sama menunjukan perubahan pola deklinasi pada tahun 1968. Perubahan tersebut terus berlanjut hingga gempa 1971. Jika dibandingan terhadap titik normal dengan bujur yang sama, perubahan pola deklinasi terjadi mulai tahu 1966 atau tepatnya 5 tahun sebelum terjadinya gempa. Hasil perbandingan pola deklinasi pada 1 Oktober 1975 terhadap titik normal dengan bujur yang sama menunjukan perubahan pada 8 tahun sebelum terjadinya gempa atau pada tahun 1968. Perbandingan terhadap titik normal dengan lintang yang sama menunjukan perubahan pada tahun 1969 atau 6 tahun sebelum terjadinya gempa bumi. Perbandingan pola deklinasi dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 7. Posisi Titik Normal Terhadap Episenter Gempa Bumi 8 April 1971 dan 1 Oktober 1975 SNF2017-EPA-112

Gambar 8. Perbandingan Pola Deklinasi Gempa Bumi 8 April 1971 dan 1 Oktober 1975 Terhadap Titik Normal Dengan Bujur dan Lintang yang Sama Gempa bumi 28 Maret 2005 dan 6 April 2010 Gempa bumi 28 Maret 2005 dan 6 April 2010 terjadi dalam waktu relatif berdekatan. Gempa bumi terjadi pada 28 Maret 2005 pukul 16:09:37 UTC dan berselang 5 tahun kemudian terjadi gempa bumi pada 6 April 2010 pada pukul 22:25:02 UTC. Kedua gempa bumi ini memiliki hipocenter yang berdekatan kurang dari 0.5 dengan gempa bumi 2005 berada pada 97.108 BT, 2.085 LU, kedalaman 30 km, sedangkan gempa bumi 2010 berada pada 97.048 BT, 2.383 LU, kedalaman 31 km. Kekuatan keduanya cukup berbeda, gempa 2005 memiliki kekuatan Mww 8.6, sedangkan gempa bumi 2010 memiliki kekuatan Mwc 7.8. Untuk menggambarkan grafik pola deklinasi 28 Maret 2005 dan 6 April 2010 digunakan titik rujukan terdekat dengan episenter, yaitu 97 BT, 2 LU. Grafik pola deklinasi tersebut dibandingan titik normal yang bervariasi terhadap lintang dan bujur. Titik normal pertama terletak pada koordinat 97 BT, 5 LU. Titik normal kedua berada pada 90 BT, 2 LU. Posisi letak kedua titik normal tersebut terhadap gempa bumi dapat dilihat pada gambar 9. Hasil perbandingan pola deklinasi Gempa bumi 28 Maret 2005 dengan titik normalnya dengan lintang yang sama menunjukan perubahan pola deklinasi pada tahun 1997 atau 8 tahun sebelum terjadinya gempa bumi. Jika dilihat dari perbandingan dengan titik normal dengan bujur yang sama terdapat perubahan pola yang sama pada tahun 1997. Hasil perbandingan pola deklinasi Gempa bumi 6 April 2010 dengan terhadap titik normal dengan lintang yang sama menunjukan perbedaan deklinasi sejak tahun 2003. Jika dibandingkan dengan pola deklinasi terhadap titik normal terhadap bujur, perubahan pola terlihat sejak 2002. Perbandingan pola deklinasi dapat dilihat pada gambar 10. SNF2017-EPA-113

Gambar 9. Posisi Titik Normal Terhadap Episenter Gempa Bumi 28 Maret 2005 dan 6 April 2010 Gambar 10. Perbandingan Pola Deklinasi Gempa Bumi 28 Maret 2005 dan 6 April 2010 Terhadap Titik Normal Dengan Bujur dan Lintang yang Sama Gempa bumi 26 Desember 2004 dan 9 Mei 2010 Gempa bumi 26 Desember 2004 terjadi pada pukul 12:58:53 UTC. Gempa bumi tersebut menjadi salah satu gempa bumi yang memiliki magnitude terbesar yang pernah terjadi di bumi ini. Gempa yang berkekuatan Mw 9.1 ini terjadi pada koordinat 95.982 BT, 3.295 LU dengan kedalaman 30 km. Gempa bumi ini mengakibatkan tsunami yang menyapu pantai barat Sumatera, Thailand, Srilanka dan India. Berselang enam tahun sejak gempa bumi 26 Desember 2004, gempa bumi terjadi kembali di area yang tidak jauh dari lokasi gempa tesebut pada tahun 2010. Gempa bumi terjadi pada 9 Mei 2010 pukul 5:59:42 UTC dengan lokasi episenter 96.018 BB, 3.748 LU, kedalaman 38 km. Gempa bumi terjadi dengan kekuatan yang relatif lebih kecil yaitu sebesar Mwc 7.2. Untuk menggambarkan grafik pola deklinasi Gempa bumi 26 Desember 2004 dan 9 Mei 2010 digunakan titik terdekat dengan episenter, yaitu 96 BT, 5 LU. Grafik pola deklinasi tersebut dibandingan titik normal yang bervariasi terhadap lintang dan bujur. Titik normal pertama terletak pada koordinat 90 BT, 3 LU. Titik normal kedua berada pada 90 BT, 2 LU. Posisi letak kedua titik normal tersebut terhadap gempa bumi dapat dilihat pada gambar 11. SNF2017-EPA-114

Hasil perbandingan pola deklinasi Gempa bumi 26 Desember 2004 terhadap titik normalnya yang lintangnya sama menunjukan perubahan pola deklinasi pada tahun 1996 atau 8 tahun sebelum terjadinya gempa bumi. Jika dilihat dari perbandingan dengan titik normal dengan bujur yang sama terdapat perubahan pola yang sama pada tahun 1996. Hasil perbandingan pola deklinasi Gempa bumi 9 Mei 2010 terhadap titik normal dengan lintang yang sama menunjukan perbedaan deklinasi sejak tahun 2008. Jika dibandingkan dengan pola deklinasi terhadap titik normal terhadap bujur, perubahan pola terlihat sejak 2002. Perbandingan pola deklinasi dapat dilihat pada gambar 12. Gambar 11. Posisi Titik Normal Terhadap Episenter Gempa Bumi 26 Desember 2004 dan 9 Mei 2010 Gambar 12. Perbandingan Pola Deklinasi Gempa Bumi 26 Desember 2004 dan 9 Mei 2010 Terhadap Titik Normal Dengan Bujur dan Lintang yang Sama SIMPULAN Melihat hasil perbandingan pola deklinasi titik yang menjadi rujukan di dekat episenter gempa bumi signifikan di sekitar Sumatera terhadap titik normal yang telah divariasikan, baik dari lintang maupun bujurnya, teramati adanya perubahan pola deklinasi di sekitar lokasi terjadinya gempa bumi. Perubahan pola deklinasi teramati paling cepat 8 tahun dan paling lambat 2 tahun sebelum gempa bumi terjadi. Penyimpangan pola deklinasi terus berlanjut setelah gempa bumi terjadi. SNF2017-EPA-115

UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Panitia Seminar Nasional Fisika UNJ 2017 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan pengalaman. REFERENSI [1] Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak Per Wilayah Tahun 1821-2013, Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2014. [2] California Institute of Technology, 2007, Great Sumatran Fault 2007MarEQ, (online) http://www.tectonics.caltech.edu/sumatra/2007mareq/fig1.gif, (diakses 31 Maret 2017) [3] G, Ibrahim et al,, Tektonik dan Mineral Indonesia, Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2010. [4] I, Purwana, Geodinamika, Tangerang Selatan: Akademi Meteorologi dan Geofisika, 2010, [5] M, Husni, Magnet Bumi I, Tangerang Selatan: Akademi Meteorologi dan Geofisika, 2010, [6] NOAA, 2017, Magnetic Field Calculators, (online) http://www,ngdc,noaa,gov/geomag web/?model=igrf# igrfgrid, (diakses 24 Maret 2017). [7] R. Hall, M.E.J. Wilson. Neogene sutures in eastern Indonesia in Journal of Asian Earth Sciences 18: UK, 2000. [8] USGS, 2017, Search Earthquake Archives, (online) http://earthquake,usgs,gov/earthquakes/search, (diakses 24 Maret 2017). [9] Y,H, Perdana, dan S, Ahadi, 2016, Analisis Gempa Bumi Signifikan (M>7,0) di Wilayah Jawa Berdasarkan Perubahan Pola Deklinasi dalam Prosiding Workshop Pusat Sains Antariksa LAPAN Riset Medan Magnet Bumi dan Aplikasinya: Bandung, 2016. SNF2017-EPA-116