4 TINJAUAN PUSTAKA Kemuning Kemuning (Muraya paniculata (L.) Jack) merupakan golongan tanaman semak atau pohon kecil, dengan performa batang yang tegak dan tajuk yang luas (Gillman, 1999). Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dengan jeruk ini berasal dari Asia Tenggara dan Australia (North Coast Weed Read, 2008) tetapi ada pula yang menyatakan bahwa kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan (Sulaksana dan Jayusman, 2005). Mattjik (2010), Sulaksana dan Jayusman (2005), serta Rohman dan Riyanto (2005) menyatakan dalam keseharian, kemuning umumnya digunakan sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Selain itu, Mollah dan Islam (2008) serta Heyne (1987) menyatakan bahwa kemuning juga biasa digunakan sebagai bahan baku produk seni kriya, kosmetik, dan insektisida nabati. Ayu (2011) dan Mattjik (2010) menyatakan bahwa bunga kemuning merupakan bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun atau ujung ranting, berbentuk terompet berwarna putih, jumlahnya sekitar 1-8. Buahnya buni berdaging, bentuknya bulat telur atau bulat memanjang, dengan panjang 8-12 mm, berwarna hijau jika masih muda dan bewarna merah ketika masak yang muncul sepanjang tahun. Selain itu, Mursito dan Prihmantoro (2011) menyatakan bahwa kulit buah kemuning mengandung minyak dan dalam satu buah terdapat 1-2 biji. Tinggi tanaman kemuning dapat mencapai 3-3.5 m. Warna daun kemuning mengkilap, berbentuk oval, ujung lancip, dan panjangnya 5 cm (Mattjik, 2010). Daun kemuning merupakan daun majemuk, bersirip ganjil, dengan anak daun 3-9, dan letaknya berseling, serta tidak berbau ketika diremas. Helaian anak daun bertangkai, bentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata atau agak beringgit, panjang 2-7 cm, dan lebar 1-3 cm. Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat (Ayu, 2011). Kayu kemuning berwarna kuning muda. Seiring bertambahnya usia, warna kayu yang tadinya berwarna kuning muda akan berubah menjadi cokelat. Serat kayunya halus dan keras tapi mudah dibelah (Heyne, 1987). Sementara itu, Ayu (2011) menyatakan bahwa batang kemuning beralur dan tidak berduri. Mursito dan
5 Prihmantoro (2011) menyatakan bahwa diameter batang kemuning dapat mencapai 60 cm. Lingkungan tumbuh yang diinginkan kemuning yaitu cahaya sedang hingga terang, tetapi toleran terhadap cahaya rendah, kelembaban 60-70%, dan suhu udara sekitar 18-24 0 C (Mattjik, 2010). Kemuning dapat ditemukan hingga ketinggian ± 400 mdpl. Tanah yang cocok untuk budidaya kemuning yaitu tanah masam, tanah alkali, tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir. Jarak antar tanaman yang digunakan bila dibudidayakan di lahan yakni sekitar 91-152 cm (Gillman, 1999). Pembibitan Manajemen pembibitan yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula. Pembibitan dapat dilakukan pada bedengan atau dalam wadah. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kerusakan tanaman bila ditanam langsung pada pada lahan budidaya. Selain itu, pembibitan juga bertujuan untuk membantu tanaman dalam menghadapi stres sewaktu dipindahkan ke lapang. Pembibitan kemuning mengacu pada tanaman jeruk karena kedua tanaman ini berasal dari famili yang sama yaitu rutaceae. Ashari (2006) menyatakan bahwa pembibitan jeruk dikenal dengan dua metode yakni secara generatif, melalui biji dan secara vegetatif, melalui penyambungan dan penempelan. Arief (2010) menyatakan bahwa pembibitan jeruk dengan menggunakan biji dilakukan dengan cara biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1.15-1.20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0.5-1 m. Sebelum ditanami, sebanyak 1 kg/m 2 pupuk kandang diaplikasikan. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1.5 cm x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polybag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polybag adalah campuran pupuk kandang dan sekam
dengan perbandingan 2:1 atau pupuk kandang, sekam, pasir dengan perbandingan 1:1:1. Prosedur ini merupakan rekomendasi dari Departemen Pertanian. 6 Media Tanam Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting bagi tanaman. Harjadi (1996) menyatakan bahwa media memiliki tiga fungsi yang primer: Pertama untuk menyediakan unsur hara, kedua menyimpan air, dan ketiga sebagai tempat berpegang dan bertumpunya akar sehingga tanaman tetap tegak. Media tanam yang baik menentukan kualitas tanaman. Media perakaran yang baik, dapat mewujudkan bibit tanaman yang juga baik. Komposisi media tiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tanaman dan keinginan kita (Dole dan Wilkins, 2005). Misalnya pada tanaman xerofit, membutuhkan komposisi media yang aerasinya baik (porous) karena tidak membutuhkan banyak air. Berbeda dengan tanaman xerofit, tanaman mesofit menginginkan komposisi media yang mampu menyediakan air yang cukup (Istomo, 2008). Komposisi yang sesuai dengan keinginan misalnya pedagang tanaman dalam pot. Pedagang umumnya mengingginkan media dengan bulk density yang ringan (0.1-0.8 g/cc) untuk memudahkan pengangkutan sehingga mengurangi input tenaga kerja dan biaya pengiriman (Dole dan Wilkins, 2005). Penentuan komposisi media perlu memerhatikan terjadinya ketidakstabilan media. Ketidakstabilan media terjadi akibat terdekomposisinya bahan-bahan organik sehingga sifat media dapat berubah (Dole dan Wilkins, 2005). Syarat media tanam yang baik antara lain: (1) memiliki sifat fisik remah untuk memudahkan akar berkembang serta untuk aerasi dan drainase yang baik; (2) tidak mengandung bahan-bahan beracun; (3) tingkat kemasaman sesuai dengan toleransi tanaman; (4) tidak mengandung hama dan penyakit; (5) memiliki daya pegang air yang cukup (Baudendistel, 1982). Selain kelima syarat di atas, media tanam yang baik juga harus mudah didapat, murah, dan tidak berdampak negatif pada tanaman (Ashari, 2006).
7 Tanah Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang melapuk atau dari bahan yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan baru. Bahan-nahan tersebut bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme yang hidup di atas maupun di dalamnya. Selain itu, di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Hardjowigeno, 2010). Arang sekam Arang sekam merupakan hasil pengolahan limbah padi (sekam padi) dengan cara diasap hingga menjadi arang berwarna hitam. Menurut Wuryaningsih dan Darliah (1994), karakteristik arang sekam sangat ringan, kasar, berpori, dan efektif mengabsorbsi sinar matahari karena warnanya yang hitam. Arang sekam sudah umum digunakan dalam komposisi media tanam. Penggunaan arang sekam saja tanpa media lain tidak dianjurkan karena sifat fisik arang sekam tidak memungkinkan tanaman dapat tegak sempurna. Pemupukan Dalam pengertian sehari-hari pupuk didefinisikan sebagai bahan untuk memperbaiki kesuburan tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh sebab itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan unsur hara tanaman ke dalam tanah meskipun dalam arti luas sebenarnya pupuk ialah bahan-bahan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah (Hardjowigeno, 2010). Dole dan Wilkins (2005), membedakan aplikasi pupuk menjadi tiga yakni preplant fertilization, fertigation, dan kombinasi antara preplant fertilization dan fertigation. Aplikasi preplant fertilization yakni mencampurkan pupuk dengan media tanam sebelum penanaman. Aplikasi ini memiliki keuntungan pada tanaman yang dibudidayakan dalam wadah sebab dapat mengurangi erosi dan juga menghemat tenaga kerja (dilakukan hanya sekali). Kekurangan dari aplikasi ini yaitu tidak dapat dikontrol apabila terjadi perubahan lingkungan (tidak bisa sewaktu-waktu diubah).
8 Fertigation atau fertigasi yakni mencampurkan larutan pupuk dan mengaplikasikan bersama irigasi. Keuntungan aplikasi fertigasi yaitu dapat dikontrol bila terjadi perubahan lingkungan. Terdapat pula kerugian dari aplikasi fertigasi yaitu resiko pencucian nutrisi sangat besar dan beberapa sistem membutuhkan biaya yang besar dan keahlian tertentu dalam menjalankannya. Aplikasi ini dibedakan lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan aplikasi irigasinya yaitu hand-watering, microtube, in-line drippers, automoted hanging basket systems, sprinkler and boom irrigation, trickle tapes, perimeter nozzles, flood and trough, dan capilary mat. Aplikasi dengan fertigasi harus memerhatikan konsentrasi pupuk yang dipengaruhi oleh spesies tanaman, kualitas air, media, musim, dan fase pertumbuhan. Aplikasi kombinasi antara preplant fertilization dan fertigation adalah aplikasi pupuk yang menggabungkan dua jenis aplikasi pemupukan. Keuntungan aplikasi ini yaitu dapat menyediakan secara kontinu kebutuhan hara. Kekurangan dari aplikasi ini berupa adanya resiko keracunan hara sangat besar apabila terjadi kelebihan dosis pupuk yang diberikan akibat tidak sesuainya jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dengan banyaknya aplikasi yang diberikan. Pupuk Organik Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu jenis pupuk organik dari limbah kotoran hewan. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan berbeda-beda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya. Secara umum kandungan hara pupuk kandang lebih rendah dari pupuk anorganik sehingga biaya aplikasi lebih besar dari pupuk anorganik.
9 Pupuk kandang kotoran ayam Pupuk kandang kotoran ayam berasal dari kotoran ayam. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang kotoran ayam, selalu memberikan respon terbaik bagi pertumbuhan tanaman karena rasio C/N pupuk kotoran ayam lebih rendah serta memiliki kadar hara yang cukup dibanding pupuk kandang lain. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pupuk kandang kotoran ayam yang dilarutkan dalam air, memiliki kadar hara yang cukup tinggi (Hartatik dan Widowati, 2006). Pupuk kandang kotoran kambing Tekstur pupuk kandang kotoran kambing sangat khas karena berbentuk butiran-butiran yang sukar pecah sehingga sangat bepengaruh terhadap proses dekomposisi. Nilai rasio C/N umumnya >30. Pupuk kandang yang berkualitas baik, sebaiknya memiliki rasio C/N <20 sehingga bila langsung digunakan, pupuk kandang kotoran kambing akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua. Kadar hara pupuk kandang kotoran kambing umumnya memiliki kadar kalium yang lebih tinggi sedangkan kadar nitrogen dan fosfor relatif sama dengan pupuk kandang lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006).