BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan sebagai penggunaan aset dan pasiva dalam sutu periode. Profitabilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Resimen IndukV/Brawijaya Malang tahun Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menjamin kelangsungan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kas dan piutang merupakan pos penting karena merupakan elemen dari asset

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, HIPOTESIS, DAN RERANGKA PENELITIAN. Riyanto dalam Akhmad Sakhowi dan Mahirun (2011:2) manajemen keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. untuk membayar kebutuhan finansialnya. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memanfaatkan sumber dana yang ada pada pengendaliannya. Untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bahayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kinerja Perusahaan. Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB I PENDAHULUAN. kompleks setiap waktunya, menyebabkan pasar modal dan industri sekuritas

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wibowo dan Wartini (2012) sebelum melakukan investasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijelaskan oleh suatu perusahaan, tentulah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. datang. Akan tetapi laba yang besar bukan merupakan ukuran perusahaan itu

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan suatu perusahaan adalah untuk mencari keuntungan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Rentabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rentabilitas Tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang. Menurut Munawir (2004 : 86) Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau laba, sedangkan menurut Harahap (2010 : 304) Rasio Rentabilitas atau biasa disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas atau rentabilitas adalah rasio untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri.

Dalam mengukur rentabilitas dalam penelitian ini, penulis menggunakan rasio Return On Assets (ROA) yang dapat dicapai dari tiap periode. Kas dan persediaan merupakan unsur aktiva yang akan mempengaruhi pengembalian aktiva. Rasio ROA dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu periode tertentu. Rasio ini diperoleh denagan cara membagi laba setelah bunga dan pajak dengan total aktiva perusahaan. Menurut Harahap (2010 : 305) Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Rumus Return On Assets (ROA): Return On Assets (ROA) = Penjualan Total Aktiva 2.1.1 Jenis jenis Rasio Rentabilitas Menurut Harahap (2010, hal 304) jenis jenis rasio rentabilitas adalah sebagai berikut : 1) Margin Laba (Profit Margin) Profit Margin= Pendapatan Bersih Penjualan

2) Assets Turn Over (Return On Assets) ROA = Penjualan Total aktiva 3) Return On Invesment (Return On Equity) ROE = Laba Bersih Rata rata Modal 4) Return On Total Assets (ROTA) ROTA = Laba Bersih Rata rata Total Asset 5) Basic Earning Power (BEP) BEP = Laba Sebelum Bunga & Pajak Total aktiva 2.1.1.3 Penilaian Rentabilitas Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning (laba) dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas dinilai sangat penting, karena untuk melangsungkan

hidupnya suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para direktur, pemilik perusahaan dan yang paling utama pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. 2.1.2 Perputaran Kas (Cash Turn Over) 2.1.2.1 Pengertian kas (Cash) Menurut Munawir (2004 : 14) kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Nafarin (2007 : 308) bahwa jumlah kas relatif kecil akan mempertinggi putaran kas dan meningkatkan rentabilitas (kemampuan memperoleh laba), tetapi dengan kas yang kurang (terlalu kecil) dapat mengganggu kemampuan membayar (tidak likuid) sewaktu ada tagihan, yang pada akhirnya juga akan mengganggu rentabilitas.

Kas merupakan komponen modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi operasi perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas yang berlebihan, berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan kelebihan investasi dalam kas. Menurut Sutrisno (2009 : 68) ada 2 alasan (motif) perusahaan atau unit ekonomi lainnya untuk menyimpan kas, antara lain : 1) Motif transaksi (transaction motive) Berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai untuk keperluan realisasi dari berbagai transaksi bisnisnya, baik transaksi yang rutin (regular) maupun yang tidak rutin. Seperti pembayaran upah, pembayaran hutang, pembelian bahan, dan pembayaranpembayaran tunai lainnya baik yang dibayar dengan uang tunai maupun dengan cek. 2) Motif berjaga-jaga ( precautionary motive ) Berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai yang dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendadak. Pada perusahaan motif berjaga-jaga ini bias dilihat dari saldo kas minimum yang ditetapkan. Besarnya saldo kas minimum yang ditentukan sebagai indicator penyimpangan aliran kas yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran diperusahaan biasanya diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Apabila antara penerimaan dan pengeluaran bias diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan kas yang bersifat mendadak bias ditentukan sekecil mungkin berarti saldo kas minimum kecil tetapi bila prediksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak bias di prediksi dengan akurat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang besar karena kemungkinan kebutuhan kas mendadak sangat besar.

Menurut Harahap (2010 : 258) Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat seperti berikut : 1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas. 2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat. 3) Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat bunga. Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari beberapa hal, yaitu : 1) Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. 2) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. 3) Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang, obligasi, utang hipotik, atau hutang jangka panjang yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas. 4) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga karena adanya penjualan dan sebagainya.

5) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periodeperiode sebelumnya. Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut: 1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya. 2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan. 3) Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun jangka panjang. 4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi dan adanya persekotpersekot niaga maupun persekot pembelian. 5) Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak,denda-denda dan sebagainya.

2.1.2.2 Pengertian perputaran kas (Cash turn over) Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaranya semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya uang yang berhenti atau tidak dipergunakan. Tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan. Makin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan. Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Menurut Riyanto (2001 : 95) Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara penjualan (sales) dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja.

Perputaran kas = Penjualan (Cash Turn Over) Kas 2.1.2.3 Penilaian perputaran kas (Cash turn over) Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber kas dalam penelitian ini adalah berasal dari aktivitas penjualan. Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Cash Turnover atau perputaran kas yaitu dengan membagi total kredit yang diberikan dengan kas rata-rata. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan lain biaya atau resiko yang ditanggung menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat perputaran kas mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi. Semakin cepat atau tinggi tingkat perputaran kas semakin tinggi pula tingkat rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen.

2.1.3 Peputaran Persediaan (Inventory Turn Over) 2.1.3.1 Pengertian persediaan (Inventory) Setiap perusdahaan yang bergerak dibidang industri dan perdagangan tentunya memiliki persediaan. Persediaan merupakan komponen terpenting dalam perusahaan. Untuk itu maka perlu diketahui terlebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan persediaan. Persediaan mewakili barang yang diproduksi atau ditempatkan untuk produksi dalam perusahaan manufaktur, sedangkan dalam perusahaan dagang, persediaan mewakili barang-barang yang tersedia untuk dijual. Defenisi barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan berbeda sesuai dengan lingkup aktivitas dalam operasi perusahaan yang secara berkesinambungan dibutuhkan, diganti atau dijual kembali. Persediaan secara umum dapat ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang baik usaha grosir maupun retail. Persediaan didefenisikan secara berbeda oleh beberapa ahli, oleh karena itu, perlu kiranya memperhatikan beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sehingga memberikan defenisi yang jelas tentang persediaan. Menurut Munawir (2004 : 14) persediaan untuk perusahaan dagang adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufactur (yang memproduksi barang) maka persediaan yang dimilik meliputi : 1) Persediaan bahan mentah. 2) Persediaan barang dalam proses. 3) Persediaan barang jadi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 142) Persediaan adalah aktiva : 1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2) Dalam proses produksi atau dalam perjalanan 3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Dari teori diatas, dapat dinyatakan bahwa persediaan meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi maupun barang dagang. Dalam perusahaan industri persediaan berupa persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi sedangkan dalam perusahaan dagang persediaan hanya berupa barang dagang. Persediaan diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Karena persediaan merupakan unsur terbesar dalam aktiva dan berkaitan langsung dengan kegiatan utama perusahaan, terutama dalam perusahaan industri jika tidak tersedia salah satu jenis persediaan maka proses produksi akan terganggu. Bagi perusahaan dagang persediaan harus cepat terjual, karena jika tidak cepat terjual akan mengurang laba baik karena persediaan yang terlalu tinggi juga ada kemungkinan barang menjadi rusak. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan perputaran persediaan untuk mendapatkan laba yang maksimal.

2.1.3.2 Pengertian perputaran persediaan (Inventory turn over) Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turn over dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan. Menurut Harahap (2010 : 308) Rasio perputaran persediaan (inventory turn over) menunjukan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus normal. Semakin besar rasio ini maka baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. Menurut Munawir (2004 : 77) turn over persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu

tahun denagn turn over dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over) = Harga pokok penjualan Persediaan 2.1.3.3 Penilaian perputaran persediaan (Inventory turn over) Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang mengontrol modal yang ada dalam persediaan. Perputaran persediaan dihitung berdasarkan harga pokok penjualan, tetapi jika tidak diketahui dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang dihitung berdasarkan harga jual.

2.1.4 Pengaruh Perputaran Kas (Cash Turn Over) dan Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) terhadap Rentabilitas. Menurut Agus Sutrisno (2008 : 48) perputaran kas diukur dengan menggunakan rumus : Perputaran kas = Penjualan Total aktiva Menurut Syamsuddin (2002 : 236) : Semakin besar cash turnover, semakin sedikit jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasi perusahaan, sehingga dengan demikian cash turnover haruslah dimaksimalkan agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya perputaran kas yang maksimal, kebutuhan akan kas dalam operasi perusahaan menjadi lebih sedikit. Sisa dari jumlah kas ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan ke dalam berbagai bentuk aktivitas yang dapat menghasilkan profit sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Apabila semakin cepat perputaran kas maka akan dapat menimbulkan keuntungan yang maksimal. Hal itu dapat disebabkan karena kas yang berputar dengan cepat dalam satu periode dan akan mengakibatkan tingkat penjualan yang tinggi maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Menurut Munawir (2004 : 77) turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai ratarata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan

berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turn over dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan. Rumus Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) : Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) = Harga Pokok Penjualan Persediaan 2.1.5 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elis Rosmiati (2009) dengan judul pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas, dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk mencari pengaruh perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan perputaran persediaan (X3) terhadap profitabilitas (Y) dengan uji hipotesis secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan perputaran persediaan (X3) memiliki korelasi yang sangat rendah dengan profitabilitas (Y). Diketahui koefisien determinasi sebesar 0,048 atau 4,8% dengan nilai signifikansi sebesar 0,948. Nilai

ini berarti bahwa sebesar 4.8% variabilitas mengenai profitabilitas dapat diterangkan oleh variabel perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan perputaran persediaan (X3), sedangkan sisanya sebesar 95.2% dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,948 > 0,05, maka pengujian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2), dan perputaran persediaan (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan tehadap profitabilitas (Y). Berdasarkan hasil perhitungan statistik secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan perputaran persediaan (X3) terhadap profitabilitas (Y), maka tidak perlu dilakukan pengujian secara parsial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ika Yuli Wijianti (2007) dengan judul pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kondisi perputaran modal kerja di pengaruhi oleh modal kerja (aktiva lancar dan hutang lancar) dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi volume penjualan maka modal kerja berputar semakin cepat dan modal kerja cepat kembali yang disertai keuntungan yang tinggi pula, dengan keuntungan yang tinggi menyebabkan ROE perusahaan meningkat. Kondisi modal kerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 2002-2004 sangat fluktuatif yang disebabkan perusahaan harus menyesuaikan jumlah modal kerja untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Tingkat profitabilitas (ROE) perusahaan dipengaruhi oleh dua variabel yaitu modal kerja dan perputaran modal kerja, dengan penambahan modal kerja pada tingkat

tertentu diharapkan tingkat penjualan tinggi sehingga perputaran modal kerja tinggi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat sehingga ROE perusahaan tinggi. Dan penelitian yang dilakukan oleh Esther Theresia (2009) dengan judul pengaruh perputaran piutang usaha dan perputaran persediaan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), diketahui bahwa hasil penelitiannya secara simultan dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang usaha dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap rentabilitas dengan signifikan 0,002. Artinya secara bersama-sama meningkatnya perputaran piutang usaha dan perputaran persediaan akan meningkatkan rentabilitas perusahaan. Secara parsial perputaran piutang usaha berpengaruh signifikan positif terhadap rentabilitas perusahaan dengan nilai signifikansi 0,001. Secara parsial perputaran persediaan berpengaruh signifikan tetapi tidak positif karena nilai signifikannya 0,827 berarti diatas signifikansi 5%. 2.2 Kerangka Konseptual Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber kas dalam penelitian ini adalah berasal dari aktivitas penjualan. Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk

membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Menurut Syamsuddin (2002 : 236) Semakin besar cash turnover, semakin sedikit jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasi perusahaan, sehingga dengan demikian cash turnover haruslah dimaksimalkan agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dimana rata-rata kas dapat dihitung dari saldo kas awal ditambah saldo kas akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas, berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Makin tinggi tingkat perputaran kas, maka akan semakin baik. Hal ini berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kas tersebut. Tetapi apabila tingkat perputaran terlalu tinggi berarti jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk kegiatan perusahaan dan kondisi semikian dapat membahayakan posisi likuiditas perusahaan. Menurut Munawir (2004 : 77) turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai ratarata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan

dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun denagn turn over dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan. Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang mengontrol modal yang ada dalam persediaan. Perputaran persediaan dihitung berdasarkan harga pokok penjualan, tetapi jika tidak diketahui dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang dihitung berdasarkan harga jual Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori, maka dapat dibuat kerangka konseptual atas penelitian ini yang digambarkan sebagai berikut : Perputaran Kas (X1) (Cash Turn Over). Rentabilitas (Y) Return On Assets (ROA) Perputaran Persediaan (X2) (Inventory Turn Over)

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Penjelasan : 2.2.1 Perputaran kas (Cash Turn Over) (X1) mempengaruhi Rentabilitas (Return On Assets) (Y). 2.2.2 Perputaran persediaan (Inventory Turn Over) (X2) mempengaruhi Rentabilitas (Return On Assets) (Y). 2.2.3 Perputaran kas (Cash Turn Over) (X1) dan perputaran persediaan (Inventory Turn Over) (X2) mempengaruhi Rentabilitas (Return On Assets) (Y). 2.3 Hipotesis Menurut Umar (2008 : 80) Hipotesis adalah sebuah kesimpulan tetapi kesimpulan tersebut belum final, dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Jelas sekali pernyataan diatas tersebut bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan terhadap suatu hal yang bersifat sementara dan harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. H1 : Perputaran Kas (Cash Turn Over) berpengaruh terhadap Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). H2 : Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) berpengaruh terhadap Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H3 : Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).