BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Secara nasional hingga November 2007, jumlah kecelakaan kerja di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bisnis mining & earthmoving contractor. Berawal dari divisi rental PT United

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

Lia Irawati 1) Dr.Ir. Hendrik Sulistio., MT 2) Megawaty, ST., MT 3)

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modernisasi, serta globalisasi. Oleh karena itu, penggunaan mesin-mesin,

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya sumber daya manusia mempunyai masalah maka akan berdampak kepada perusahaan. Oleh karena itu perusahaan sangat perlu memperhatikan keberlangsungan proses sumber daya manusia dengan cara menjaga serta memberikan perhatian khusus untuk mencapai hasil yang maksimal. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Begitu juga dengan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja juga perlu terjamin keselamatannya. Sehubungan dengan hal ini, maka perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja. (1) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal maka harus diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Tujuannya agar terciptanya budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. (2) Budaya keselamatan merupakan interelasi dari tiga elemen, yaitu organisasi, pekerja, dan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan harus dilaksanakan oleh seluruh sumber daya yang ada, pada seluruh tingkatan dan tidak hanya untuk

2 pekerja saja. Indikator pelaksanaan budaya keselamatan dan kesehatan kerja tergantung dari visi dan misi organisasi. Indikator tersebut tidak dapat ditetapkan begitu saja, karena budaya merupakan suatu hal yang abstrak, di mana di setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda. Faktor-faktor budaya keselamatan dalam Safety Culture Survey oleh Work Cover New South Wales meliputi komitmen manajemen, pelatihan, pengawasan, prosedur kerja aman, komunikasi dan (3, 4) lingkungan kerja. Hal-hal yang fatal seperti penyakit dan kecelakaan di tempat kerja dapat dicegah dengan mempromosikan budaya keselamatan di tempat kerja, yang didukung oleh kebijakan-kebijakan dan program-program nasional yang memadai. Secara keseluruhan, kesadaran global akan budaya keselamatan memang masih rendah. Untuk dapat menanamkan budaya keselamatan secara global maka perlu mengubah pikiran serta perilaku pekerja yang masih kurang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. (5) Banyak pendapat yang mengatakan bahwa budaya keselamatan dan kesehatan kerja akan mencerminkan perilaku pekerja. Budaya keselamatan kerja memegang peranan sangat penting dalam membentuk perilaku pekerja, dengan demikian usaha untuk mengurangi kecelakaan kerja harus dimulai dengan membentuk budaya keselamatan kerja yang baik. (6) Sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan tenaga kerja selalu ada pada setiap tempat kerja. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali terbebas dari sumber bahaya. International Labour Organization (ILO) tahun 2013 mencatat, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di

3 tempat kerja dan 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat (7, 8) kerja. Tidak hanya di dunia, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja juga merupakan masalah kesehatan potensial pada pekerja di Indonesia. Data dari ILO juga turut mencatat, di Indonesia terdapat kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 31,9% di antaranya terjadi di sektor konstruksi. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, tahun 2014 telah terjadi sekitar 105.383 kasus kecelakaan kerja dan tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus yang mengakibatkan kematian sebanyak 2.375 kasus. (9) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat kasus kecelakaan kerja di Sumatera Barat pada Kuartal I/2016 adalah sebanyak 1.285 kasus dan mengakibatkan 175 korban tewas. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka kecelakaan kerja yang terjadi di kota Padang sebanyak 771 kasus pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 sebanyak 769 kasus. Hal ini membuktikan bahwa kasus kecelakaan kerja masih menjadi masalah umum setiap tahunnya serta perlu untuk (9, 10) mendapatkan perhatian lebih. Beberapa penelitian mendapatkan hasil bahwa kecelakaan kerja banyak terjadi akibat perilaku yang tidak aman, dimana menurut Copper angkanya mencapai 80-95%. Hasil riset National Safety Council (NCS) menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 85% adalah perilaku yang tidak aman, 10% karena tindakan yang tidak aman dan 2% lagi tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont s Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan oleh perilaku tidak aman berpengaruh positif terhadap kecelakaan kerja atau ada

4 hubungan. Dari data diatas dapat dilihat bahwa perilaku keselamatan berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan di perusahaan. (11, 12) Pada saat ini di kota Padang banyak proyek konstruksi pembangunan gedung bertingkat yang sedang berlangsung. Salah satu diantaranya adalah proyek pembangunan pasar inpres blok III Padang. Proyek pembangunan ini banyak memakai tenaga kerja, alat alat berat dan tidak terlepas dari potensi bahaya yang mempunyai resiko yang tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja, seperti terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kurang terjaminnya informasi dan komunikasi dari manajemen kepada pekerja maupun sesama pekerja, lingkungan kerja yang kurang kondusif dan aman diantaranya tidak ada railling pengaman yang bisa membuat pekerja jatuh dari ketinggian serta material maupun alat kerja yang kurang rapi dan tidak pada tempatnya yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang berlokasi di Pasar Raya Kota Padang. Pembangunan gedung ini dipercayakan kepada PT. Nindya Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor pelaksana. Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang dilaksanakan dengan jangka waktu pelaksanaan 483 hari kalender, yaitu mulai dari 27 Mei 2016 hingga 22 November 2017. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Nindya Karya hingga Maret 2017 terdapat 4 kecelakaan kerja yang terjadi di proyek pembangunan pasar inpres blok III Padang. Kecelakaan kerja yang terjadi 2 diantaranya berupa first aid case yaitu terkena seng, 2 lainnya berupa medical treatment case yaitu tertusuk paku sehingga menyebabkan pekerja luka dan mendapatkan tindakan medis. (13) Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di proyek pembangunan pasar inpres blok III Padang, PT. Nindya Karya sudah memiliki Safety Health and Environment (SHE) Officer dan Safety Man sehingga pelatihan, pengawasan serta

5 prosedur kerja aman sudah terkelola dengan baik. Pelatihan, pengawasan serta prosedur kerja aman telah dilaksanakan di dalam program K3 yang diterapkan perusahaan, yaitu berupa safety briefing, safety induction, pelatihan tanggap darurat, audit internal serta eksternal, reward dan sanksi terhadap pelanggaran. Namun, tidak semua pekerja memiliki kesadaran dan kepatuhan akan budaya keselamatan. Temuan dilapangan masih ada pekerja yang bekerja belum memakai APD, meletakkan peralatan sembarangan dan bergurau saat bekerja sehingga berdampak kepada perilaku keselamatan pekerja dan budaya keselamatan perusahaan yang dapat dikatakan belum menjadi budaya dikalangan pekerja dalam menjaga keselamatan dirinya sendiri. Penelitian pendahuluan yang dilakukan di proyek pembangunan pasar inpres blok III Padang mengenai hubungan faktor budaya keselamatan dengan perilaku keselamatan pekerja PT. Nindya Karya proyek pembangunan pasar inpres blok III Padang tahun 2017 dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada 10 orang pekerja diketahui dalam perilaku keselamatan: 50% dari 10 pekerja masih jarang menggunakan perlengkapan keselamatan, 70% pekerja belum meletakkan material dan peralatan kerja pada tempatnya. Pada komitmen top management 60% pekerja mengatakan masih kurang meratanya informasi mengenai keselamatan dari manajemen, 30% pekerja mengatakan manajemen masih mentoleransi pekerja ketika jadwal kerja sedang padat, 60% pekerja mengatakan manajemen lebih mementingkan produksi dibandingkan keselamatan, dalam hal komunikasi 60% pekerja masih jarang berbicara tentang keselamatan, serta mengenai lingkungan kerja 70% pekerja merasakan tempat kerja yang kurang rapi dan kurang aman, pekerja juga lelah dalam bekerja karna kondisi lingkungan kerja yang sangat padat.

6 Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa faktor budaya keselamatan kerja memiliki pengaruh terhadap perilaku keselamatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan faktor budaya keselamatan dengan perilaku keselamatan pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor budaya keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan faktor budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 2. Diketahuinya distribusi frekuensi komitmen top management, komunikasi dan lingkungan kerja pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 3. Diketahuinya hubungan komitmen top management terhadap perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 4. Diketahuinya hubungan komunikasi terhadap perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang.

7 5. Diketahuinya hubungan lingkungan kerja terhadap perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teotitis Hasil Penelitian ini digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yaitu ilmu kesehatan masyarakat khususnya ilmu keselamatan dan kesehatan kerja untuk menciptakan budaya keselamatan (safety culture) dan meningkatkan perilaku keselamatan (safety behavior). 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi PT. Nindya Karya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT Nindya Karya dalam menciptakan budaya keselamatan dan meningkatkan perilaku keselamatan pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti lain terkait hubungan faktor budaya keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai hubungan faktor budaya keselamatan kerja dengan perilaku keselamatan pada pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang.

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Kota Padang untuk melihat hubungan faktor budaya keselamatan kerja dengan perilaku keselamatan, menetapkan seluruh pekerja PT. Nindya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Padang sebagai populasi. Faktor- faktor yang akan dijadikan variabel independen untuk diteliti mengenai persepsi pekerja yaitu komitmen top management, komunikasi, dan lingkungan kerja. Sedangkan perilaku keselamatan sebagai variabel dependen. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Maret sampai bulan Mei 2017, di mana penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan.