BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 18 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 55 TAHUN 2010

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis faktor-faktor penyebab

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI B A T A N G, NOMOR 26 TAHUN 2014 DENGAN R A H M A T TUHAN Y A N G MAHA E S A

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

Arsip Nasional Republik Indonesia

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Na

PERATURAN BUPATI OGAN HOMERING ULU TIMUR NOMOR S TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 INSPEKTORAT KOTA BLITAR INDIKATOR KINERJA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Imam Bonjol No. 9 Telp (0342)

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Imam Bonjol No. 9 Telp (0342)

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NOMOR : 15 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 78,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENGAWASAN TAHUN 2015

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara Indonesia ialah negara kesatuan. Selanjutnya, UUD 1945 juga menggariskan bahwa pemerintah daerah harus diselenggarakan berdasarkan prinsip permusyawaratan/demokrasi, di mana secara administratif dilakukan dengan cara membuat kebijakan desentralisasi. Dengan asas desentralisasi lahir satuan pemerintah yang bersifat otonom, yaitu pemerintah daerah yang berhak mengatur dan mengurus urusannya berdasarkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa pemerintah daerah menganut asas dekonsentrasi sekaligus desentralisasi. Dalam asas dekonsentrasi yang diserahkan ialah wewenang administrasi atau implementasi kebijakan sedangkan wewenang politik tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Implikasi struktural dari diterapkannya asas dekonsentrasi dan sekaligus desentralisasi membuat pemerintah daerah menjadi wilayah administrasi sekaligus daerah otonom. Bagir Manan dalam Nurcholis (2007:313) menjelaskan bahwa hubungan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan UUD 1945 ialah hubungan desentralistik. Hubungan desentralistik mengandung arti bahwa hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah ialah hubungan antara dua badan hukum yang diatur dalam undang-undang. Desentralisasi tidak semata-mata hubungan antara atasan dan bawahan dan 1

2 pengawasan terhadap pemerintah daerah dalam sistem pemerintahan di Indonesia, tetapi lebih ditujukan untuk memperkuat otonomi daerah, bukan untuk mengekang atau membatasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional, yang dimaksud dengan pengawasan yakni seluruh proses kegiatan yang antara lain berupa: langkah-langkah kerja, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan kegiatan untuk meyakinkan apakah hasil pelaksanaan dan penyelesaian suatu pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan tujuan dan rencana yang sudah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ada dua jenis pengawasan fungsional, yakni pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas eksternal dalam hal ini BPK dan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas internal dalam hal ini BPKP, inspektorat jenderal, dan inspektorat provinsi/kota/kabupaten. Pengawasan internal pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pengawasan internal bertujuan untuk mengetahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif, efisien, sesuai dengan rencana kebijakan yang telah ditetapkan dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, pengawasan internal atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government yang diharapkan nantinya

3 pemerintahan tersebut bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan internal pemerintah, diperlukan koordinasi pengawasan yang bersifat menyeluruh. Koordinasi pengawasan yang bersifat menyeluruh merupakan koordinasi yang meliputi tahap perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pengawasan internal di lingkungan pemerintah provinsi/kabupaten/kota dilaksanakan oleh inspektorat pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk kepentingan gubernur/bupati/walikota dalam melaksanakan pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam kepemimpinannya. Dalam Surat Edaran Menteri Pemberdayaaan Aparatur Negara Nomor SE/02/M.PAN/01/2005 tentang Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Intern Pemerintah dijelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan fungsional dan menunjang terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN, maka setiap temuan hasil pengawasan APIP wajib ditindaklanjuti secara konsisten oleh pimpinan unit kerja atau atasan langsung sebagai penanggung jawab kegiatan. Tindak lanjut hasil pengawasan APIP tersebut sangat diperlukan dalam rangka memperbaiki manajemen pemerintah pada aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur, serta dasar penilaian kinerja pimpinan unit kerja, agar semua temuan yang sama

4 tidak terulang kembali. Dalam upaya menegakkan fungsi pengawasan, tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan menjadi sangat penting karena berhasil atau tidaknya pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah dapat diketahui dari tingkat kepatuhan pemerintah daerah dalam melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan pejabat pengawasan pemerintah. Tindak lanjut atas rekomendasi dapat berupa pelaksanaan seluruh atau sebagian dari rekomendasi tersebut. Adapun tindak lanjut hasil pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah, oleh Nurcholis (2007:332) mencakup: 1. tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 2. tindakan tuntutan perbendaharaan atau tuntutan ganti rugi; 3. tindakan tuntutan/gugatan perdata; 4. tindakan pengaduan perbuatan pidana; dan 5. tindakan penyempurnaan kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan. Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional, menyatakan bahwa pejabat yang tidak melakukan kewajiban untuk melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan fungsional dalam batas waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah laporan hasil pemeriksaan diterima maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5 Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014, Buku V Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan dan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah, di mana BPK menyampaikan rekomendasi hasil pemeriksaan kepada entitas yang diperiksa sebanyak 201.976 rekomendasi hasil pemeriksaan. Data pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK pada tahun 2010-2014 (Semester I) di sajikan dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Data pemantauan TLRHP BPK T.A 2010-2014 (Semester I) Status Pemantauan Tindak Lanjut Sesuai Belum Belum Tidak dengan sesuai/ ditindak dapat Entitas Saran saran dalam proses lanjuti ditindak lanjuti tindak lanjut Pemerintah 25,759 14,240 55.28 5,639 21.89 5,807 22.54 73 0.0028 Pusat Pemerintah 169,296 85,441 50.47 48,331 28.55 35,445 20.94 79 0.0005 Daerah BUMN 6,285 2,746 43.69 1,253 19.94 2,225 35.40 61 0.0097 (termasuk BUMN anak perusahaan)

6 Status Pemantauan Tindak Lanjut Sesuai Belum Belum Tidak dengan sesuai/ ditindak dapat Entitas Saran saran dalam proses lanjuti ditindak lanjuti tindak lanjut BHMN, 639 292 45.70 104 16.28 240 37.56 0 0 KKKS, lembaga, saham pemerintah 50, penyertaan BUMN dan otoritas TOTAL 201,979 102,719 55,327 43,717 213 Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014, Buku V Pemantauan TLRHP dan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah BPK RI.

7 Bila digambarkan dalam bentuk grafik maka, hasil pemantauan tindak lanjut hasil temuan BPK pada periode tahun 2010 sampai dengan 2014 (Semester 1) dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini: Grafik 1. Data pemantauan TLRHP BPK T.A 2010-2014 (Semester I) Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014, Buku V Pemantauan TLRHP dan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah BPK RI. Dari tabel 1 dan grafik 1 di atas terlihat bahwa total rekomendasi yang diberikan oleh BPK sebanyak 201.979 dan untuk pemerintah daerah sebanyak 169.296 rekomendasi, dengan status pemantauan tindak lanjut yakni 85.441 (50,47) sesuai dengan rekomendasi, 48.331 (28,55) belum sesuai dan/atau dalam proses tindak lanjut, 35.445 (20,94) belum ditindaklanjuti dan 79 (0,04) tidak dapat ditindaklanjuti. Data pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK RI tahun 2010 sampai dengan 2014 (Semester I) untuk setiap pemerintah provinsi yang ada di Indonesia, secara lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK untuk Pemerintah Provinsi Bengkulu terdapat 434 rekomendasi di mana

8 sebanyak 190 (43,78) sesuai dengan rekomendasi, 231 (53,23) belum sesuai dan/atau dalam proses tindak lanjut dan sebanyak 12 (2,76) rekomendasi yang belum ditindaklanjuti. Berdasarkan hasil pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP Inspektorat Provinsi Bengkulu pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terdapat 1.842 rekomendasi. Rekapitulasi hasil pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLHP) tersebut disajikan dalam tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pemantauan TLHP Inspektorat Provinsi Bengkulu Tahun Jumlah SKPD Jumlah Temuan Saran Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Dalam Belum Selesai Proses Selesai 2011 44 198 208 53 0 155 2012 45 255 273 77 6 164 2013 45 363 524 86 39 332 2014 47 313 447 137 14 259 2015 41 296 390 49 18 213 TOTAL 1.425 1.842 402 77 1.123 Sumber: Matrik pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi Bengkulu.

9 Dalam bentuk yang lebih ringkas, status pemantauan TLHP Inspektorat Provinsi Bengkulu tahun 2011 sampai dengan 2015 disajikan dalam grafik 2 berikut ini: Grafik 2. Status Pemantauan TLHP T.A 2011-2015 (dalam rekomendasi) Sumber: Matrik pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi Bengkulu. Dari tabel 2 dan grafik 2 terlihat bahwa jumlah rekomendasi yang selesai ditindaklanjuti atau sesuai dengan rekomendasi sebanyak 402 (25 ), 77 (5) dalam proses tindak lanjut, dan 1.123 (70) belum selesai. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada Pemerintah Provinsi Bengkulu.

10 1.2 Konteks Penelitian Konteks penelitian dalam penelitian ini, yakni penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP Inspektorat Provinsi Bengkulu. Hal-hal yang mendasari penentuan objek studi tersebut ialah penulis bermaksud untuk menganalisis tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLHP) yang dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah yang ada di lingkup Pemerintah Provinsi Bengkulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi temuan berulang dan meningkatkan penyelesaian TLHP yang ada di lingkup Pemerintah Provinsi Bengkulu. 1.3 Rumusan Masalah Gagasan untuk melakukan penelitian ini berawal dari masih banyaknya temuan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP Inspektorat Provinsi Bengkulu yang belum ditindaklanjuti oleh dinas atau instansi terkait yang menjadi objek pemeriksaan. Selama lima tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 temuan hasil pemeriksaan pada laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang telah diberi rekomendasi oleh APIP Inpektorat Provinsi Bengkulu berdasarkan data yang di peroleh peneliti terdapat 1.425 temuan dan rekomendasi 1.842 yang mana rekomendasi tersebut selesai ditindaklanjuti atau sesuai dengan rekomendasi sebanyak 402 rekomendasi, 77 dalam proses tindak lanjut, dan 1.123 belum selesai ditindaklanjuti oleh objek pemeriksaan. Problem inti yang dapat diambil ialah belum mampunya Inspektorat Provinsi Bengkulu untuk memperkecil jumlah temuan yang belum ditindaklanjuti selama lima tahun tersebut.

11 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas maka pertanyaan penelitian ialah: 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rekomendasi APIP Inspektorat Provinsi Bengkulu belum optimal ditindaklanjuti oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD)? 2. Bagaimana langkah untuk mempercepat dan meningkatkan penyelesaian TLHP Inspektorat Provinsi Bengkulu oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD)? 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan tersebut di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. menganalisis faktor-faktor penyebab rekomendasi APIP yang belum optimal ditindaklanjuti oleh SKPD pada lingkup Pemerintah Provinsi Bengkulu; 2. menganalisis langkah untuk mempercepat dan meningkatkan penyelesaian TLHP APIP Inspektorat Provinsi Bengkulu oleh SKPD yang menjadi objek pemeriksaan. 1.6 Motivasi Penelitian Motivasi penelitian ini ialah: 1. penelitian dilakukan untuk membantu meningkatkan tingkat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi Bengkulu guna mengurangi temuan berulang. 2. penelitian dilakukan untuk mempercepat tingkat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi Bengkulu.

12 1.7 Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni: 1. bagi Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Inspektorat Provinsi Bengkulu, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP Inspektorat Provinsi Bengkulu sehingga mengurangi temuan berulang dan dibuatnya standar operasional prosedur (SOP) tindak lanjut hasil pemeriksaan. 2. bagi akademis, diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi referensi bagi peneliti lain. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat teori dan dasar-dasar pemikiran yang berhubungan dengan topik yang diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI Bab ini memuat hasil analisis dan evaluasi atas data-data serta pembahasan dari hasil yang diperoleh, berupa penjelasan teori secara kualitatif.

13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran untuk pengembangan selanjutnya.