BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kebahagiaan. Kebahagiaan menurut Snyder dan Lopez (2007) merupakan emosi positif

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu syukur sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

Bab I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Jantung merupakan organ yang paling penting fungsinya diantara organorgan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya


BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmhg selama beberapa minggu dan dalam jangka waktu yang lama (Sarafino, 1997). Menurut Menkes RI (2008) individu dapat didiagnosa hipertensi ketika tekanan darah diukur tinggi (>140/90 mmhg) kemudian apabila dilakukan pengukuran 2 kali pada 2 hari berikutnya menunjukkan hasil yang sama dan pengukuran tekanan darah tidak hanya untuk meyakinkan adanya hipertensi tetapi juga untuk mengetahui beratnya kategorisasi hipertensi pada individu apakah ringan, sedang atau berat. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi hipertensi berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular, seperti meningkatnya resiko terhadap stroke, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Menkes RI, 2008). Menurut World Health Organization (WHO, 2013) kejadian hipertensi ini mengakibatkan 4 juta kematian setiap tahunnya, atau 16,5% dari semua kematian dapat dikaitkan dengan hipertensi dan terdapat satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Frekuensi meningkat dengan bertambahnya usia yaitu satu dari 10 orang berusia 20-an dan 30-an, dan 5 dari 10 orang yang berusia 50-an. Sedangkan prevalensi hipertensi tertinggi di negara-negara yang berpengahasilan rendah seperti di Afrika yaitu sekitar 40% penduduknya menderita hipertensi. 1

2 Hipertensi juga sering disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena terjadi tanpa tanda dan gejala sehingga terkadang baru disadari apabila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain (Depkes, 2012). Untuk Provinsi Riau, berdasarkan profil kesehatan pada tahun 2012 kelompok umur terbanyak dengan kasus hipertensi adalah 45-54 tahun yaitu sebanyak 892 kasus, diikuti oleh kelompok umur 55-59 tahun sebanyak 746 kasus dan kelompok umur 60-69 tahun sebanyak 728 kasus (Dinkes Prov Riau, 2012). Menurut data kunjungan pasien hipertensi yang diperoleh dari RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Arifin Achmad Pekanbaru setiap tahunnya pasien hipertensi selalu mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 sebanyak 758 orang, pada tahun 2012 sebanyak 1036 orang dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sampai 1229 orang. Hipertensi ini lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki dan jika dilihat dari rentang usia, yang paling banyak menderita hipertensi yaitu pada rentang usia 45 tahun ke atas (Data Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2011-2013). Meningkatnya prevalensi hipertensi dapat menjadi masalah utama bagi masyarakat pada umumnya. Untuk itu hipertensi sangat penting untuk dicegah dan diobati baik secara fisik maupun psikologis, seperti dengan pemberian obat penurun tekanan darah dan mengupayakan kebahagiaan pada individu. Sebagaimana menurut Anies (2006) faktor-faktor yang dapat menyebabkan individu menderita hipertensi diantaranya yaitu faktor keturunan, bertambahnya

3 usia, gaya hidup yang tidak sehat (merokok, minum-minuman beralkohol) dan stres emosional. Penderita hipertensi ketika dilihat secara psikologis terlihat memiliki tekanan dalam menjalani kehidupan baik itu mengenai keluarga, keuangan dan mengenai kesehatan yang semakin memburuk. Sebab faktor psikologis juga turut berpengaruh terhadap tekanan darah individu. Menurut Gunawan (dalam Prasetyorini & Prawesti, 2012) salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi tekanan darah pada individu adalah stres. Stres menurut Clark dan Watson (1991) merupakan salah satu bentuk dari afek negatif. Bentuk dari afek negatif tersebut biasanya ditunjukkan seperti mudah marah, gelisah, tertekan, gugup, kecewa, khawatir dan merasa tidak puas dengan kehidupan. Berbagai bentuk afek negatif tersebut menunjukkan bahwa kondisi psikologis penderita hipertensi berbeda dengan kondisi individu normal lainnya yang tidak mengalami hipertensi. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penderita hipertensi merasa kurang bahagia dengan kondisi hidupnya. Sebagaimana Chaplin (2006) mengungkapkan bahwa depresi, stres, kecemasan dan penyimpangan perilaku merupakan bentuk dari tidak bahagianya seorang individu. Kebahagiaan pada individu biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh afek positif dan kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan afek negatif. Kebahagiaan merupakan suatu keinginan setiap orang untuk mencapainya dan kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri. Sebagaimana kebahagiaan menurut Snyder dan Lopez (2007) adalah kondisi psikologis yang dirasakan secara subjektif oleh individu. Kebahagiaan lebih sering dipengaruhi oleh hal-hal positif, kepuasan hidup yang tinggi, dan jarang berupa hal-hal negatif

4 dalam suatu kehidupan (Lyubomirsky, Sheldon, dan Schkade 2005). Menurut Diener (1985) kebahagiaan juga mempunyai makna yang sama dengan kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing). Berdasarkan sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Stoptoe dan Wardle ( dalam Blanchflower & Oswald, 2007) yang menghubungkan kebahagiaan dengan tekanan darah dimana kebahagiaan lebih sering dihubungkan dengan tekanan darah lebih rendah pada individu yang ditunjukkan dengan kortisol saliva atau hormon steroid yang rendah dan disertai dengan berkurangnya stres pada individu. Biasanya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: usia, status sosial ekonomi, merokok, obesitas dan tekanan psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh Lazaro dkk (dalam Blanchflower & Oswald, 2007) dengan menggunakan General Health Questionnaire (GHQ) juga menunjukkan bahwa pasien hipertensi rawat jalan memiliki tekanan psikologis dalam hidupnya. Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan memiliki peranan penting terhadap tekanan darah seseorang. Veenhoven (2008) mengatakan bahwa seseorang dapat sehat dengan cara hidup bahagia. Artinya penting bagi individu khususnya penderita hipertensi meningkatkan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Penderita hipertensi yang merasa bahagia dengan kondisi hidupnya, biasanya menunjukkan adanya penerimaan dan kepuasan atas kehidupan yang dimiliki saat ini. Bentuk penerimaan dan kepuasan individu atas karunia yang diterima adalah sebagai bentuk kesyukuran individu atas apa yang diperoleh sehingga hal ini dapat mempengaruhi kebahagiaan individu dalam menjalani kehidupan.

5 Syukur biasanya ditunjukkan dengan meningkatnya kebahagiaan pada individu. Sebagaimana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Watkins, Stone dan Kolts (2003) bahwa orang-orang yang bersyukur akan cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan orang yang tidak bersyukur. Syukur adalah bentuk berterimakasih individu terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, baik kejadian maupun menerima sesuatu dari pihak lain. Termasuk juga didalamnya respon kegembiraan dan kecenderungan untuk melihat kehidupannya sebagai anugerah (Peterson & Seligman, 2004). Syukur memberikan sesuatu yang berarti bagi individu yang mengalami masa-masa sulit untuk optimis dalam menghadapi suatu kehidupan. Sebuah kehidupan merupakan hal yang patut disyukuri oleh setiap manusia dan bersyukur dapat diasumsikan sebagai keutamaan yang mengarahkan individu dalam meraih kehidupan yang lebih baik agar tercapai kebahagiaan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Emmons dan McCullough (2003) menunjukkan bahwa orang-orang yang bersyukur memiliki subjective well-being (kesejahteraan subjektif) lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bersyukur. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan bersyukur memberikan pengaruh yang baik bagi individu secara emosi maupun secara interpersonal. Kebahagiaan dapat dirasakan oleh seseorang ketika sudah ikhlas menerima segala ujian dan cobaan dengan cara mensyukuri berbagai problematika hidup, seperti salah satunya menerima penyakit dengan lapang dada dan menganggap penyakit merupakan suatu ujian dan cobaan dalam hidup yang harus dijalani, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan perasaan damai dan ketenangan pada

6 individu. Berbeda ketika individu yang tidak bisa menerima problematika hidup, sebagaimana menurut Schwart (dalam Emmons & Shelton, 2010) apabila individu tidak bersyukur maka akan memunculkan kedengkian, banyak mengeluh, dan memunculkan banyak ketimpangan pada diri individu. Orang yang tidak bersyukur hanya terfokus pada yang tidak dimiliki, dan membandingkan dengan yang dimiliki orang lain. Orang yang tidak bersyukur akan menjadikan dirinya merasa terasing dari lingkungan sosial (Snyder & Lopez, 2007). Syukur memberikan kontribusi pada kebahagiaan untuk memunculkan afek positif dan mengurangi adanya afek negatif pada individu untuk mencapai kepuasan dalam hidup. Dengan demikian perlu adanya memupuk syukur bagi individu khususnya penderita hipertensi agar tidak memunculkan ketimpangan pada diri individu untuk mencapai kebahagiaan yang diinginkan. Berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara syukur dengan kebahagiaan pada penderita hipertensi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara syukur dengan kebahagiaan pada penderita hipertensi? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara syukur dengan kebahagiaan pada penderita hipertensi.

7 D. Keaslian Penelitian Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu penelitian survey yang dilakukan oleh Blanchflower dan Oswald (2007) dengan judul hipertensi dan kebahagiaan disemua negara. Penelitian Blanchflower dan Oswald (2007) dilakukan dalam upaya untuk mengetahui tingkat hipertensi dan kebahagiaan di seluruh negara dengan sampel sebanyak 15.000 orang yang diambil secara acak dari 16 negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negaranegara yang bahagia menunjukkan sedikit masalah mengenai tekanan darah. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Watkins, Stone dan Kolts (2003) dengan judul syukur dan kebahagiaan: perkembangan pengukuran syukur, dan hubungannya dengan kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Watkins, Stone dan Kolts (2003) menunjukkan bahwa orang-orang yang bersyukur cenderung lebih bahagia dibandingkan yang tidak bersyukur. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Noraini Abdul Raop dan Nor Ba yah Abdul Kadir (2011) dengan judul makna hidup, syukur dan hubungannya dengan kebahagiaan di kalangan pekerja. Hasil penelitian Noraini Abdul Raop dan Nor Ba yah Abdul Kadir (2011) menunjukkan bahwa makna hidup dan rasa syukur memberikan pengaruh yang positif terhadap kehidupan individu yang bekerja. Apabila makna hidup dan rasa syukur meningkat, maka kebahagiaan individu juga akan ikut meningkat. Adapun penelitian lainnya yaitu dengan judul kebahagiaan lansia di tinjau dari dukungan sosial dan spiritualitas (Nurhidayah & Agustini, 2012). Hasil penelitian Nurhidayah dan Agustini (2012) menemukan dukungan sosial memiliki korelasi positif dengan kebahagiaan.

8 Dapat disimpulkan sejauh ini persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel bebas yang mempengaruhi kebahagiaan yaitu syukur. Perbedaan lainnya yaitu terletak pada subjek penelitian dimana penelitian sebelumnya menggunakan subjek penelitian pada kalangan pekerja, lansia, dan penderita hipertensi secara global sedangkan penelitian ini pada penderita hipertensi yang ada di wilayah kerja RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Bentuk penelitian juga membedakan dengan penelitian sebelumnya seperti ada yang melakukan penelitian survey dan kualitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantitaif korelasional. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis: Memperluas dan memperdalam bidang kajian psikologi positif dan psikologi kesehatan khususnya tentang syukur dengan kebahagiaan pada penderita hipertensi. 2. Manfaat praktis: Dapat sebagai acuan untuk meningkatkan syukur dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari pada penderita hipertensi. Sehingga dapat meminimalkan resiko kekambuhan hipertensi.