BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa muda (awal) adalah masa transisi dari masa remaja ke dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH LANTAI 5 RUMAH

PERBEDAAN POLA TIDUR ANTARA KELOMPOK TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH. E-Journal

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus. dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB V PEMBAHASAN. bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dan membuktikan antara

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) tejadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett dalam Diane, Ruth, & Gabriela, 2015:7). Seiring dalam masa peralihan menuju dewasa, berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal, salah satunya adalah masalah kesehatan atau gaya hidup yang kurang baik dimana sering mengabaikan tentang kesehatannya seperti; merokok, minum alkohol dan terkadang sering begadang tanpa tujuan yang jelas. Sebuah studi longitudinal megungkapkan bahwa sebagian besar kebiasaan yang merugikan kesehatan terbentuk pada masa remaja semakin melekat pada masa beranjak dewasa (Harris & kawankawan, 2006). Masa usia 20-30 tahun adalah saat-saat sibuk, jadi tidak mengherankan bahwa banyak individu di masa peralihan dan dewasa muda tidak cukup memiliki waktu tidur, diantara mahasiswa, stres dalam kehidupan keluarga, bersamaan dengan stres akademis, berasosiasi dengan insomnia tingkat tinggi (Bernert, Merril, Braithwaite, Van Orden, & Joiner, 2007). Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 sampai 8 ½ jam, tetapi hal ini bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang dari 20% waktu tidur yang di habiskan yaitu tidur REM, yang konsisten sepanjang hidup (Potter & Perry, 2006:1476). 1

2 Tidur adalah suatu keadaaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaannya yang berikutnya (Potter & Perry, 2006:1470). Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhakn istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Tarwoto & Wartonah, 2011:135). Jadi dengan adanya tidur dan istirahat yang cukup, tubuh akan mempunyai tenaga yang cukup untuk beraktivitas sehari-hari. Tetapi pada masa dewasa muda, mereka sering mengabaikan waktu tidur dan istirahat yang disebabkan salah satunya yaitu, karena stres yang ditimbulkan dari masalah di kampus, tempat kerja atau keluarga sehingga terjadi gangguan kurang tidur atau biasa disebut dengan insomnia. Insomnia merupakan suatu keadaan ketidak mampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari, dan terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari (Alimul, 2009:128). Menurut Bennita. (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi tidur adalah pengaruh psikososial, gaya hidup, kondisi lingkungan, penyimpangan kesehatan, dan intervensi medis.

3 Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur dapat cukup menyebabkan keterjagaan. Disiang hari, seseorang dengan insomnia akan menyebabkan merasa ngantuk, letih, depresi, dan cemas (Potter & Perry, 2006:1481). Penelitian terbaru menunjukkan 30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia. Sementara sumber lain memperkirakan ada 28 juta penderita insomnia di Indonesia (Anita, K, W, 2011, Di Indonesia Ada 28 Juta Penderita Insomnia http://www.tribunnews.com/kesehatan/2011/04/22/di-indonesia-ada-28-jutapenderita-insomnia). Ketika penduduk Indonesia tahun 2004 berjumlah 238,452 juta ada sebanyak 28,053 juta orang Indonesia yang terkena insomnia atau sekitar 11,7%. Data ini hanya berdasarkan indikasi secara umum tidak memperhitungkan faktor genetik, budaya, lingkungan, sosial, ras. Jumlah ini bisa terus bertambah seiring dengan perubahan gaya hidup. Data tersebut diamini oleh DR dr Nurmiati Amir, SpKJ(K) yang mengakui memang sekitar 10 persen dari jumlah penduduk Indonesia mengalami kesulitan tidur. Ukuran normal untuk orang dewasa tidur adalah 6-7 jam. Tapi penderita insomnia kebanyakan tidur hanya 3-4 jam saja (Vera, F, B, 2010, 28 Juta Orang Indonesia Terkena Insomnia, http://health.detik.com/read/2010/05/01/155018/1349258/763/28-jutaorang-indonesia-terkena-insomnia). Menurut penelitian yang dilakukan Japardi. (2002) hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius.

4 Dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan dua responden pada tanggal 25 Mei 2017 di Kelurahan Bandungrejosari RT 01 RW 06 Kota Malang tentang kualitas tidur dengan menggunakan lembar PSQI, Sdr. P usia 22 tahun mengatakan bahwa frekuensi tidurnya 5 jam pada malam hari, terkadang terbangun pada malam hari karena kepanasan, merasa capek dan pusing saat bangun tidur, mengantuk pada saat melakukan aktifitas di siang hari, merasa tidur kurang nyenyak dalam satu bulan terakhir memperoleh skor PSQI 12 yang termasuk dalam kategori kualitas tidur buruk, sedangkan Sdr. S usia 21 tahun mengatakan bahwa frekuensinya tidurnya 5,5 jam pada malam hari, terbangun untuk ke kamar mandi, pusing saat bangun tidur, mengantuk saat melakukan aktifitas di siang hari, merasa tidur kurang nyenyak dalam satu bulan terakhir memperoleh skor PSQI 10 dengan kategori kualitas tidur buruk. Menurut susanti dalam Setyoadi dan Kushariyadi. (2011) salah satu terapi untuk mengatasi insomnia adalah dengan terapi relaksasi otot progresif yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, relaks, dan memudahkan untuk tidur. Kontraksi dan relaksasi otot (ptogresif) berirama dapat mengurangi ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk beristirahat atau tidur (Hoch & Reynolds dalam Potter & Perry, 2006:1492). Dilihat dari fenomena yang terjadi diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kualitas tidur dewasa muda yang mengalami insomnia setelah dilakukan relaksasi progresif.

5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Kualitas Tidur Pada Dewasa Muda yang Mengalami Insomnia Setelah Dilakukan Relaksasi Progresif?. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Kualitas Tidur Pada Dewasa Muda yang Mengalami Insomnia Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif. 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Subyek Penelitian Mendapatkan informasi mengenai Gambaran Kualitas Tidur Pada Dewasa Muda yang Mengalami Insomnia Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif. 1.4.2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi kepustakaan institusi poltekkes kemenkes malang terutama tentang Gambaran Kualitas Tidur Pada Dewasa Muda yang Mengalami Insomnia Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif.

6 1.4.3. Bagi Pengembangan dan Riset Selanjutnya Dapat memberikan informasi pada pembaca dan penelitian selanjutnya mengenai Gambaran Kualitas Tidur Pada Dewasa Muda yang Mengalami Insomnia Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif sehingga dapat mengembangkan sebuah penelitian yang lebih baik dan bermanfaat. 1.4.4. Bagi Peniliti Dalam penilitian ini, peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan aplikasi riset keperawatan tentang studi kasus Gambaran Kualitas Tidur Pada Dewasa Muda yang Mengalami Insomia Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif.