BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN merupakan sarana pemerintah yang berperan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Kwik Kian Gie, BUMN berperan sebagai agen pembangunan, pemerataan kemakmuran, instrumen penjaga harga, menghasilkan laba, dan benteng pertahanan terhadap persaingan global. Menurut Dibyo, sebagai suatu organisasi, BUMN memang memiliki sifat yang unik. Di satu pihak, sebagai agen pembangunan dituntut mengemban kebijaksanaan dan program pemerintah, sementara itu di sisi lain harus tetap berfungsi sebagai unit usaha komersial yang beroperasi berdasarkan kaidah dan prinsip-prinsip usaha yang sehat. Bahkan menurut Dibyo, dalam beberapa hal ambivalensi kedua fungsi tersebut seringkali kurang bisa berjalan selaras bahkan tidak tertutup kemungkinan timbulnya kerancuan persepsi dalam jajaran manajemen BUMN yang berakibat menyulitkan manajemen dalam menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional. Untuk dapat mengoptimalkan peran serta mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme melalui pembenahan pengurusan dan pengawasan. Dalam Bab I Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN disebutkan bahwa pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good 1
Corporate Governance) yang selanjutnya disebut GCG. Peranan penting BUMN dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat membuat BUMN tidak memiliki pilihan lain kecuali harus melihat GCG bukan sebagai asesoris belaka tetapi suatu sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif. Sepanjang tahun 2002 diberlakukan beberapa peraturan tentang kewajiban menerapkan GCG di lingkungan BUMN. Pada tanggal 4 Juni 2002 diberlakukan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-103/MBU/2002 tentang Pembentukan Komite Audit bagi BUMN. Peraturan tentang komite audit tersebut ditindaklanjuti dengan memberlakukan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peraturan tersebut telah mengalami perubahan dan yang terakhir diperbaharui pada tanggal 6 Juli 2012 dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-09/MBU/2012. Ketentuan peraturan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pedoman yang lebih rinci bagi BUMN dalam menerapkan GCG berdasarkan prinsip-prinsip transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), serta kewajaran (fairness). Tetapi BUMN atau perusahaan manapun bukanlah mahkluk immortal yang dapat selalu memberi keuntungan dan tetap bertahan dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Bagaikan tubuh manusia, BUMN dapat terkena virus bahkan virus mematikan, baik yang bersifat internal maupun eksternal dengan masalah pengelolaan 2
perusahaan (corporate governance) yang tetap menjadi perhatian utama. Dalam kenyataannya, kinerja BUMN dinilai belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan modal yang ditanamkan serta kasus korupsi yang terjadi pada BUMN menunjukkan kualitas pengelolaan perusahaan yang buruk pada BUMN. Dalam rangka pengelolaan usaha logistik pangan pokok nasional secara mandiri, baik yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003 yang berlaku sejak tanggal 20 Januari 2003, didirikan Perusahaan Umum BULOG (Perum BULOG). Perum BULOG merupakan BUMN yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Mengingat fungsi dan tugas Perum Bulog yang sangat penting, banyak pula kasus-kasus korupsi yang terjadi. Salah satu kasus yang menarik perhatian masyarakat adalah tertangkapnya Direktur Utama Perum Bulog, Widjanarko Puspoyo karena korupsi impor sapi potong fiktif sebesar Rp 11 milyar untuk pasokan kebutuhan Hari Raya Lebaran dan Natal pada tahun 2007 (kompas, 20 Maret 2007) dan telah menampung dana yang merupakan hadiah kepada Widjanarko Puspoyo selaku kepala Bulog yang berasal dari rekanan Bulog dalam pengadaan Beras Nasional dengan menggunakan rekening pada Bank Bukopin (Kejaksaan.go.id). Kasus ini merupakan salah satu kasus yang menunjukkan adanya Bad Corporate Governance yang merupakan salah satu hambatan dalam mewujudkan GCG yang bersih di BUMN 3
terkhusus di Perum Bulog. Hal ini memberi dampak menurunnya image dan kepercayaan Perum Bulog dimata publik. Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara (Perum BULOG Divre Sumut) adalah salah satu BUMN yang turut serta dalam rangka mengemban amanah Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Perum BULOG Divre Sumut menjalankan dua tugas secara bersamaan, yaitu pelaksanaan kegiatan pelayanan publik dan kegiatan perencanaan & pengembangan usaha khususnya di bidang perberasan. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) merupakan keharusan dan landasan penting bagi keberhasilan mewujudkan visi dan misi serta kelangsungan usaha perusahaan. Namun berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Amsyaruddin, staff bidang Pengawasan Perum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara menyatakan bahwa GCG merupakan hal baru terutama bagi para karyawan sehingga upaya sosialisasi masih dilakukan hingga sekarang. Ketika sebuah kebijakan diterapkan tentu akan ada kendala yang dihadapi dan perlu diketahui apakah kebijakan tersebut benar-benar tepat untuk menjawab permasalahan dalam organisasi, terutama permasalahan yang dihadapi oleh Perum BULOG Divre Sumut. Oleh karena itu, peneli tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dengan sub judul Analisis 4
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Internal Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara. 1.2 Fokus Masalah Dalam penelitian kualitatif perlu dibuat batasan masalah yang berisi fokus atau pokok permasalahn yang diteliti. Ini bertujuan untuk memperjelas dan mempertajam pembahasan. Penelitian ini difokuskan pada penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di lingkungan internal Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara dengan melihat kendala-kendala yang dihadapi dan keterkaitan diantara keduanya. 1.3 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang dan fokus masalah, maka rencana penelitian ini menjadi menarik. Rumusan pertanyaan permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di lingkungan internal Perusahaan Umum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara?. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menggambarkan secara mendalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di lingkungan internal Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di lingkungan internal Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara. 5
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan melatih kemampuan penulis dalam pembuatan karya ilmiah. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmiah dan menjadi sumber referensi bagi pembaca. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara dalam hal penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. 6