I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah penghasil telur yang cukup potensial, karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di Sumatera Barat pada tahun 2015 mencapai 65.046 ton, dengan jumlah populasi ayam ras petelur 8.436.629 ekor (BPS Provinsi Sumatera Barat, 2016). Secara ekonomi pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur di Sumatera Barat memiliki prospek bisnis yang menguntungkan, karena produksi dan permintaan setiap tahunnya selalu bertambah. Usaha ternak ayam petelur seperti halnya usaha-usaha ternak lainnya, yaitu dengan tujuan untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya produksi yang serendah-rendahnya. Usaha peternakan ayam petelur sangat rentan dalam perkembangannya, karena itu peluang untuk mendapatkan keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya dan tidak sedikit usaha peternakan yang mengalami kerugian tersebut dan pada akhirnya menutup usahanya. Oleh karena itu, agar usaha peternakan ayam ras petelur bisa berkembang serta menguntungkan, perlu diatur segi manajemen pemeliharaan yang bisa di pertanggungjawabkan secara baik dan ekonomis. Berdasarkan (BPS Kabupaten Padang Pariaman, 2016) jumlah produksi telur ayam ras pada tahun 2015 di Kecamatan Ulakan Tapakis adalah sebanyak 1.063.140 kg. Di Kecamatan Ulakan Tapakis, khususnya Korong Rimbo Karambia terdapat 4 usaha peternakan ayam ras petelur yang memiliki pupolasi ayam yang berbeda-beda, dan salah satunya adalah usaha peternakan ayam ras
petelur yaitu Kokotek Remelko Farm. Usaha peternakan ini dipimpin oleh Bapak Endriyadi. Peternakan Kokotek Remelko Farm memulai usahanya sejak tahun 2009 yang merupakan usaha milik sendiri dengan luas lahan kurang lebih 1 Ha, lahan tersebut merupakan milik sendiri. Peternakan ini memiliki pencatatan secara manual yang lengkap setiap harinya. Seperti pencatatan produksi telur dan mortalitas ayam setiap harinya di setiap kandang, serta pencatatan biaya yang dikeluarkan untuk setiap keperluan peternakan. Berdasarkan hasil survey awal penelitian, bibit ayam ras petelur yang dipelihara adalah strain Isa Brown yang merupakan ayam tipe medium. Peternakan ini memulai usahanya dengan populasi awal sejumlah 3.000 ekor ayam. Pada tahun 2012 usaha peternakan ini berkembang dengan menambah polpulasi ayamnya menjadi 9.000 ekor. Pada bulan Desember 2016 populasi ayam di peternakan ini tercatat mencapai 8.947 ekor, yang terdiri dari 1 kandang starter, 1 kandang grower populasi 3.571 ekor dan 5 kandang layer yang berproduksi sebanyak 5.376 ekor. Telur yang di produksi oleh peternakan Kokotek Remelko Farm hanya mencapai 77% atau sama dengan 4.601 butir telur/hari. Manajemen pemeliharaan yang dipakai adalah sistem intensif, dimana ayam dikandangkan. Pemeliharaan ayam ras petelur di peternakan ini menggunakan cara atau sistem estafet, yaitu stock DOC yang masuk selama 1 tahun pemeliharaan berkisar antara 3-4 kali stock atau 3-4 bulan sekali. Untuk tipe kandang yang digunakan adalah open house dengan sistem batteray. Pakan yang digunakan terdiri dari jagung, dedak, tepung ikan, bungkil kelapa, kosentrat dan kulit pensi ( grit). Untuk pakan ayam fase grower dan layer, Kokotek Remelko
Farm mencampur dan menggiling pakan sendiri, hal ini bertujuan menekan biaya produksi pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari biaya-biaya produksi lainnya. Untuk meningkatkan jumlah pendapatan usaha, tentu saja dibutuhkan perawatan yang baik dan juga tambahan pakan yang berkualitas baik agar ayam ras petelur terus berproduksi maksimal sebelum masuk masa afkir. Pada tahun 2013 peternak ayam ras petelur mengalami situasi perekonomian yang tidak stabil, termasuk peternakan Kokotek Remelko Farm yang pada saat itu memiliki jumlah populasi ayam sebanyak 10.300 ekor. Hal ini dikarenakan dengan adanya permasalahan yang timbul akibat naiknya harga pakan yang seharusnya pada saat itu Rp 4.000,-/kg naik menjadi Rp 4.500,-/kg, maka secara otomatis biaya produksi akan mengalami kenaikan. Dampak kenaikan harga produksi akan berpengaruh terhadap harga jual telur di pasaran yang seharusnya Rp 800,-/butir naik menjadi Rp 900,-/butir. Akibatnya pada saat itu peternakan ini bertahan hanya dengan mengandalkan penjualan ayam afkir untuk keberlangsungan usaha. Tahun 2014 kondisi perekonomian Kokotek Remelko Farm mulai membaik, pada saat itu tercatat populasi ayam yang dimiliki peternakan ini sebanyak 8.800 ekor dengan harga telur Rp 950,-/butir dan harga pakan Rp 4.100,-/kg. Ditahun 2015 peternakan ini mulai menambah populasi ayamnya menjadi 10.800 ekor dengan harga telur pada saat itu Rp 1.000,-/butir dan harga pakan Rp 4.000,-/kg. Pada akhir tahun 2016 populasi ayam di peternakan ini sebanyak 8.947 ekor dengan harga telur rata-rata Rp 1.118,-/butir dan harga pakan Rp 3.900,-/kg. Untuk tahun 2014, 2015 dan 2016 kondisi peternakan ini dapat di katakan stabil karena tidak ada kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual telur.
Daerah pemasaran telur dari Kokotek Remelko Farm ini adalah daerah Lubuk Alung dan Padang, untuk setiap harinya telur pada peternakan ini selalu habis terjual. Pengelolaan suatu usaha sangat berhubungan dengan keuangan baik untuk biaya produksi yang dikorbankan serta memperhitungkan aspek pengeluaran sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapakan sesuai dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan pemikiran di atas, besar kecilnya keuntungan dalam usaha peternakan ayam ras petelur ditentukan oleh besarnya harga input dan harga output pada suatu proses produksi. Dengan demikian, perlu dilakukan analisa aspek ekonomis untuk mengetahui berapa besar tingkat penerimaan atas biaya (R/C Ratio) agar usaha ini memperoleh keuntungan dalam satu tahun produksi dan pada skala produksi berapa perusahaan Kokotek Remelko Farm ini mencapai titik impas (BEP) agar tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh keuntungan. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Titik Impas Dan Keuntungan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Kokotek Remelko Farm Di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa besar skala produksi dan harga untuk mencapai titik impas (BEP) pada usaha peternakan ayam ras petelur Kokotek Remelko Farm? 2. Berapa besar tingkat keuntungan ( R/C Ratio) dalam satu tahun produksi pada peternakan ayam ras petelur Kokotek Remelko Farm?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui skala produksi dan harga untuk mencapai titik impas ( BEP) pada usaha peternakan ayam ras petelur Kokotek Remelko Farm. 2. Mengetahui dan menganalisis tingkat keuntungan ( R/C Ratio) dalam satu tahun produksi pada peternakan ayam ras petelur Kokotek Remelko Farm. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peternak untuk pengambilan keputusan dimasa yang akan datang dalam mengembangkan usahanya, sebagai informansi bagi pemerintah dan instansi terkait tentang analisis titik impas dan keuntungan ayam ras petelur. Serta dapat digunakan sebagai pedoman, sumber informasi dan referensi bagi penelitian dibidang yang sama.