I. PENDAHULUAN akan dilaksanakan melalui beberapa misi. Yang berkaitan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM LESSON STUDY DI SMAN 5 METRO

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Kulusan (SKL). Selain

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kualitas negara dimata internasional. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama guru adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

PELATIHAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH DI SMA DARUL ISLAM GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Metro 2011-2015 telah menetapkan Visi Kota yaitu Pendidikan yang Unggul dan Masyarakat Sejahtera. Dalam rangka mewujudkan visi Kota Metro Tahun 2011 2015 akan dilaksanakan melalui beberapa misi. Yang berkaitan dengan visi pendidikan adalah misi pertama, yaitu Melanjutkan Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Unggul dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan iklim dan Budaya Belajar Masyarakat, Pemerataan Fasilitas serta Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan yang Memadai. Dalam misi pertama ini penekanan pada sektor pendidikan dan kesehatan. Pendidikan yang berdimensi akal (intelektual) dan rohani (moral atau budi pekerti), untuk melahirkan Sumber Daya Manusia berkualitas dan unggul. Sejalan dengan visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, maka SMAN 5 Metro sebagai salah satu sekolah menengah atas yang berada di wilayah tersebut berupaya mendukung pemerintah setempat untuk mewujudkan citacita tersebut. Strategi yang dikembangkan SMA Negeri 5 Metro meliputi 3 (tiga) hal pokok, yaitu: penataan kelembagaan, peningkatan mutu

2 pembelajaran, dan peningkatan mutu profesi tenaga pendidik dan kependidikan. Salah satu strategi yang diterapkan di SMAN 5 Metro adalah meningkatkan mutu pembelajaran. Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pada akhirnya peserta didik dapat memiliki sikap positif, mengembangkan kecerdasan intelektual dan mengembangan keterampilannya. Selanjutnya Permen Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Pembelajaran merupakan sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Salah satu komponen yang berperan dalam pembelajaran adalah guru. Oleh

3 karena guru secara langsung berinteraksi dengan siswa, maka guru merupakan ujung tombak masalah kualitas pendidikan di Indonesia (http://www.beritasatu.com). Kurikulum pendidikan yang baik, sarana prasarana yang lengkap, akan kurang bermakna apabila tidak diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini sejalan dengan amanah Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, yang menyatakan sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 2. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. 3. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan konsep tersebut, maka guru memiliki tugas yang berat untuk dapat mengantarkan peserta didiknya seperti yang dikehendaki dalam peraturan pemerintah tersebut. Untuk mengimplementasikan PP Nomor 19

4 tahun 2005 tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya dari segi guru sebagai ujung tombak pendidikan. Upaya peningkatan mutu guru telah dilakukan oleh pemerintah, melalui pemberian sertifikasi, uji kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan dan pelatihan-pelatihan. Upaya-upaya tersebut bersifat top down. Namun dirasakan sejauh ini, upaya yang telah dilakukan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Diperlukan suatu formula lain, salah satu upaya peningkatan profesionalisme guru dalam rangka menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah melalui lesson study yang bersifat bottom up, karena berbasis permasalahan yang dihadapi guru di kelas, kemudian dikaji secara kolaboratif secara berkelanjutan. Permen Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini dapat dimaknai bahwa untuk mendukung amanah tersebut setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

5 Program lesson study merupakan salah satu langkah yang diambil oleh pimpinan SMAN 5 Metro. Pihak sekolah menginginkan adanya reformasi sekolah yaitu kegiatan atau upaya-upaya pembaharuan yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi layanan pembelajaran bagi peserta didiknya. Ini dapat dimaknai sebagai perubahan paradigma yang akan menyebabkan perubahan yang berpengaruh pada operasional sekolah, dan perbaikan lingkungan sekolah agar proses belajar peserta didik dan guru menjadi optimal. Hal ini dilatar belakangi bahwa input peserta didik di SMAN 5 Metro pada tahun ajaran 2013 menempati urutan ke 4 dari enam sekolah menengah atas yang berada di kota Metro. Ini menunjukkan bahwa input peserta didik masih tergolong sedang, sehingga memerlukan upaya yang lebih dari pihak sekolah untuk mengolah input ini menjadi output yang lebih baik. Pada dasarnya sekolah ungggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input peserta didiknya (Chatib, 2014: 93). Berikut ini ditampilkan input data peserta didik baru kota Metro pada penerimaaan tahun pelajaran 2013/2014. Tabel 1.1. Data input peserta didik SMAN di Metro Tahun 2013/2014 Nama Sekolah Terendah Tertinggi Rata - SMAN 1 METRO 28.300 37.800 rata 34.132 SMAN 2 METRO 18.150 34.750 26.036 SMAN 3 METRO 24.550 36.850 30.599 SMAN 4 METRO 24.450 35.000 28.812 SMAN 5 METRO 20.400 35.550 27.305 SMAN 6 METRO 13.950 36.700 25.554 Sumber : Arsip PPDB SMA Kota Metro Tahun 2013/2014

6 Selain fakta di atas, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMAN 5 Metro, menjelaskan bahwa kondisi pembelajaran yang selama ini berlangsung belum mengakomodir kebutuhan siswa, artinya guru hanya menyampaikan materi saja tanpa memperhatikan hak siswa apakah ia benarbenar belajar atau hanya menjadi objek saja. Target guru menyampaikan materi ajar sebanyak-banyaknya. Di dalam kelas pada umumnya guru hanya memfokuskan perhatian pada siswa yang pandai,sedangkan siswa yang mengalami permasalahan belajar cenderung terabaikan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya masih bersifat satu arah dan tidak kontekstual. Pendidikan konvensional seperti ini hanya akan menghasilkan siswa yang hanya bekerja sesuai petunjuk, kurang berkembang kreativitasnya. Selain itu kinerja guru juga belum maksimal menurut beliau. Hal ini ditunjukkan dari beberapa hal, yaitu: perangkat pembelajaran yang masih belum lengkap, hanya mengcopy paste dari internet dimana hal ini berakibat tidak sesuai antara perangkat yang dimiliknya dengan pelaksanaan yang sebenarnya ketika pembelajaran. Dari segi persiapan pembelajaran, sebagian besar guru belum melakukan secara maksimal, hanya sekedar masuk kelas saja tanpa perencanaan yang matang. Artinya ketika proses di kelas hanya rutinitas sebatas menjelaskan materi, kemudian dilanjutkan dengan latihan jika waktu masih memungkinkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari sisi kreativitas, kerjasama dan kedisiplinan guru dianggap masih belum maksimal.

7 Hasil pra- survey diperoleh informasi bahwa di SMAN 5 Metro, capaian hasil belajar siswa untuk mata pelajaran matematika dan ilmu-ilmu alam masih kurang menggembirakan. Berikut ini disajikan data tentang hasil belajar siswa: Tabel 1.2 Data Hasil Belajar Siswa TP. 2012/2013 Kelas Ketuntasan Mata Pelajaran Matematika Fisika Kimia Biologi X 69 % 25 % 0 % 41 % XI IPA 79 % 7 % 13 % 48 % XII IPA 48 % 3 % 17 % 75 % Rerata 65 % 12 % 10 % 55 % Sumber : Data Nilai Mid Sekolah Menurut hasil wawancara dengan wakil bidang kurikulum hal ini dimungkinkan karena beberapa hal, diantaranya masalah kompetensi guru dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan selama ini oleh guru pada umumnya adalah: (a) terbatas memberikan pengetahuan hafalan, (b) kompetensi/tujuan pembelajaran kebanyakan masih terbatas pada ranah kognitif saja, (c) pola pembelajaran yang cenderung menggunakan pembelajaran konvensional dengan penggunaan metode ceramah dan (d) pembelajaran masih didominasi oleh guru, belum melibatkan peserta didik. Perubahan paradigma pembelajaran yang bergeser dari guru sebagai pusat pembelajaran menjadi peserta didik sebagai pusatnya (student centerered) memiliki makna bahwa peserta didik dalam proses pembelajaran terlibat aktif dalam membangun pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya. Peran guru lebih banyak sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi peserta didik mau dan mampu belajar (Sanjaya,2007:97). Seiring dengan penjelasan oleh wakil

8 bidang kurikulum maka dapat diindikasikan bahwa sebagain besar proses pembelajaran yang selama ini terjadi di sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran yang tidak inovatif akan berakibat kurang baik terhadap peserta didik. Mereka akan menjadi kurang kreatif, cenderung hanya pasif dan menerima apa adanya. Terlebih lagi apabila guru tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi maka strategi pembelajaran yang monoton tidak mampu menarik perhatian siswa untuk belajar. Beberapa penyebab rendahnya mutu pembelajaran ( Dikti, 2010 : 3), antara lain sebagai berikut: (a) pada umumnya dosen/guru bekerja sendirian dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila dosen/guru tersebut inovatif dalam membelajarkan peserta didknya maka kreativitasnya tidak berimbas tehadap guru lain karena tidak ada sharing di antara guru yang lain, (b) pada umumnya guru memiliki ego yang tinggi, merasa super, tidak mudah menerima masukan untuk perbaikan pembelajaran, terlebih guru yang senior dari segi lamanya mengajar. Padahal tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu ada celah untuk perbaikan. Mindset guru perlu diperbaiki agar guru dapat berkolaborasi dan mau sharing dengan guru lain serta terbuka untuk perbaikan kualitas pembelajaran. Selain masalah tersebut, tingkat kehadiran guru dirasa masih kurang maksimal, tingkat kehadiran guru di kelas berkisar 80 %. Ini masih dirasakan kurang oleh pihak sekolah, mengingat guru memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.

9 Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas, pihak sekolah berupaya melakukan suatu perubahan. Sekolah sebagai suatu organisasi sudah selayaknya melakukan perubahan, mengingat banyaknya tantangan dan persaingan. Tujuan dari pihak sekolah mengadakan perubahan adalah adanya keinginan untuk meningkatkan performa, meningkatkan kualitas, memberikan pelayanan yang lebih baik. Kebijakan yang diambil oleh pihak sekolah untuk melakukan perubahan adalah melalui lesson study. Lesson study dipandang sebagai salah satu upaya yang dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah terutama meningkatkan profesionalisme guru. Program lesson study diharapkan dapat mendorong terjadinya inovasi-inovasi kependidikan yang dapat dikembangkan oleh guru. Lesson study merupakan kegiatan yang sudah lama diterapkan di Jepang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan sekarang mulai diadopsi di Indonesia. Penerapan lesson study melalui tahapan-tahapan di dalamnya berupa merencanakan (plan), melaksanakan dan mengobservasi (do), dan merefleksi (see). Melalui 3 tahapan ini guru mampu mendesain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan dan merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan secara komprehensif. Kegiatan lesson study juga diharapkan mampu memberikan perubahan budaya guru. Dimana budaya guru-guru dulunya suka mengajar tanpa persiapan yang matang, media yang seadanya, metode yang kurang bervariatif, setting duduk yang masih monoton, perhatian guru terhadap siswa

10 yang mengalami kesulitan masih kurang. Budaya tersebut diharapkan dapat dikikis dengan melibatkan guru tersebut dalam kegiatan lesson study. Masih banyaknya sikap guru yang masih tertutup, tidak mau pembelajaran mereka dilihat orang lain, tidak mau menerima kritikan dan saran saat melakukan mengajar, serta masih belum terbukanya dengan ide-ide yang ditawarkan orang lain untuk memperbaiki pembelajaran. Sikap-sikap ini tentunya menghambat kinerja seorang guru terhadap kematangan kompetensi kepribadian, sosial maupun profesionalismenya. Guru yang mengikuti kegiatan lesson study diharapkan mampu merubah sikap-sikap menuju ke arah yang lebih positif. Program lesson study di SMAN 5 Metro diawali dari kegiatan sosialisasi untuk mengenalkan kepada semua guru mengenai apa dan mengapa program lesson study dianggap sangat penting dilakukan. Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh seluruh dewan guru SMAN 5 dan diisi oleh narasumber dari salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Metro. Adapun realisasinya adalah diberlakukannya program ini di SMAN 5 Metro. Pada tahap awal, program ini mulai dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Namun karena sifatnya masih himbauan, maka belum semua guru yang melaksanakan. Kebijakan yang diambil oleh pihak sekolah ini, tentunya tidak semudah seperti gagasan awal. Tidak semua perubahan dapat diterima dengan baik oleh guru. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penolakan terhadap suatu perubahan (www. mercubuana.ac.id.files), diantaranya yaitu: (1) kebiasaan, umumnya kebiasaan yang sudah

11 dianggap teruji dan tidak menimbulkan kerugian secara langsung susah untuk diubah, (2) rasa aman, orang enggan berubah apabila perubahan ini dirasakan dapat mengusik sisi keamanannya, dimana keamana bisa berarti kemanan bekerja, (3) faktor ekonomi, apabila seseorang sudah dihadapkan pada untung dan rugi maka dikatakan berhadapan dengan faktor ekonomi, (4) ketakutan akan sesuatu yang belum pernah dicoba, atau ketakutan karena mendengar pengalaman orang lain, ketakutan karena kurangnya pengetahuan, semuanya dapat membuat orang susah berubah. Bahkan ketakutan terkadang menutup kita dari segi-segi positif belajar, (6) selective information processing, terkadang orang hanya mendengar sebagian atau mau mendengar sebagian, atau mendapat informasi yang tidak menyeluruh, sehingga sesuatu perubahan sudah ditanggapi negatif dahulu. Perjalanan program lesson study ini bukan tanpa masalah, pada tahun pertama pelaksanaan mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaan lesson study, diantaranya adalah kurangnya kesiapan guru dalam menjalani program tersebut, pemahaman guru tentang lesson study yang masih beragam. Menurut mereka dengan program ini dirasa merepotkan, dimana mereka harus lebih maksimal menyiapkan rancangan pembelajaran. Selain itu guru masih merasa kurang nyaman ketika dalam pembelajaran ada kehadiran orang lain. Hal ini mengakibatkan komitmen guru untuk melaksanakan lesson study masih dianggap kurang. Di sisi lain budaya yang masih sulit untuk menerima inovasi baru, guru cenderung merasa nyaman menggunakan cara-cara lama dalam pembelajaran merupakan kendala dalam pelaksanaan program ini. Permasalahan lain adalah penjadwalan waktu dalam pelaksanaan kegiatan

12 lesson study (plan, do, see), serta kurangnya koordinasi semua pihak yang terkait. Hasil wawancara dengan salah satu tim program kegiatan lesson study di sekolah tersebut menyatakan bahwa sebagian besar guru merasa apriori terhadap program tersebut, takut menjadi guru model, dan malas melaksanakan program tersebut. Mereka merasa pembelajaran yang selama ini mereka lakukan sudah baik, sehingga ada kecenderungan malas untuk berubah. Hal ini biasanya terjadi pada guru- guru yang sudah senior dari segi usia. Selain itu ada juga guru yang memandang remeh kegiatan lesson study, hal ini dikarenakan guru belum memahami secara mendalam filosofi dan makna lesson study. Sebagai upaya untuk perbaikan pembelajaran yang lebih baik maka pihak sekolah mengadakan kerjasama dan meminta dukungan dari wali murida Sehingga ada tahun ajaran 2013/2014, program lesson study ditawarkan kepada wali murid melalui rapat komite yang dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2013, wali murid menyetujui pelaksanaan program tersebut. Sebagai konsekuensinya, maka pihak sekolah mewajibkan semua guru untuk melaksanakan kegiatan open class lesson study sebanyak dua kali setiap satu semester. Untuk lebih memantapkan pemahaman guru mengenai lesson study dan meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa, maka pihak

13 sekolah mengundang pakar lesson study dari IDCJ (International Development Center of Japan), Mr.Rio Suzuki. Selama tiga hari (tanggal 9 sampai 11 Januari 2014 ) tim lesson study dari IDCJ memberikan pelatihan lesson study dan langsung mempraktekkan kegiatan tersebut bersama dewan guru di SMAN 5 Metro. Beberapa fakta kondisi tersebut memperlihatkan bahwa perlu diadakan penelusuran akan keterlaksanaan program pelaksanaan program lesson study di SMAN 5 Metro. Evaluasi program lesson study adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk menentukan efektivitas suatu kegiatan dalam membuat keputusan tentang program tersebut. Selain itu program lesson study yang sudah berjalan, belum dievaluasi baik oleh pihak internal maupun eksternal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan paparan yang dijelaskan di atas dan mengingat luasnya permasalahan serta keterbatasan peneliti dalam masalah biaya, waktu, tenaga dan kemampuan akademik, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini difokuskan pada evaluasi proses pelaksanaan tahapan lesson study (plan, do

14 dan see) yang dilaksanakan oleh guru model pada mata pelajaran matematika dan kelompok ilmu-ilmu alam (fisika, kimia dan biologi). 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana ketercapaian proses pelaksanaan tahapan plan/perencanaan kegiatan lesson study di SMAN 5 Metro? (2) Bagaimana ketercapaian proses pelaksanaan tahapan open class/do kegiatan lesson study di SMAN 5? (3) Bagaimana ketercapaian proses pelaksanaan tahapan refleksi kegiatan lesson study di SMAN 5? 1.4 Tujuan Evaluasi Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi dengan cara merekomendasi dari perbaikan program sebagai berikut : (1) Merekomendasi ketercapaian pelaksanaan tahapan perencanaan/plan pada kegiatan lesson study di SMAN 5 Metro. (2) Merekomendasi ketercapaian pelaksanaan tahapan implementasi rencana/do/open class pada kegiatan lesson study di SMAN 5 Metro. (3) Merekomendasi ketercapaian tahapan refleksi/see pada kegiatan lesson study di SMAN 5 Metro.

15 1.5 Manfaat Evaluasi Hasil dari penelitian dapat memberikan informasi secara teoritis maupun praktis dan digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pengambil keputusan. (1) Kegunaan secara teoritis Dapat mengembangkan konsep teknologi pendidikan terkait dengan evaluasi program dalam hal ini evaluasi program lesson study. (2) Kegunaan secara praktis bagi pelaksana pendidikan terutama : a. Guru mendapatkan informasi tentang pelaksanaan lesson study dan memberikan pembelajaran yang berarti dalam rangka perbaikan dan pelaksanaan yang meliputi: (1) kegiatan plan, do dan see yang merupakan tahapan kegiatan lesson study, (2) pengelolaan pembelajaran sehingga dimungkinkan adanya situasi pembelajaran yang kondusif, (3) kinerja guru. b. Kepala sekolah mendapatkan informasi tentang pelaksanaan lesson study sehingga dapat digunakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan program lesson study selanjutnya. c. Kepala dinas pendidikan mendapatkan informasi tentang pelaksanaan lesson study sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk mengembangkan mutu layanan pendidikan. d. Peneliti selanjutnya mendapat informasi tentang pelaksanaan lesson study sehingga menjadi salah satu rujukan mengembangkan penelitian selanjutnya