1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002). Kondisi ini memungkinkan perairan laut dijadikan sebagai tulang punggung pembangunan Indonesia di masa depan. Perairan laut Indonesia memiliki keragaman ekosistem yang sangat besar (mega biodiversity). Tercatat di seluruh wilayah perairan Indonesia ditemukan ekosistem terumbu karang seluas 50.000 km² dengan jumlah spesies lebih dari 500 jenis atau merupakan 75% keanekaragaman terumbu karang di dunia atau hampir 25% terumbu karang dunia dengan jumlah genera berkisar 70-80%. Lebih lanjut perairan Indonesia memiliki 4.5 juta hektar ekosistem mangrove, 12 juta hektar ekosistem padang lamun dan lebih dari 5000 jenis ikan di perairan laut (Dahuri 2003). Terkait dengan sumberdaya perikanan laut, Rais (2003) mengemukakan hasil perikanan mampu mencukupi lebih dari 60 persen rata-rata kebutuhan bahan protein penduduk secara nasional, dan hampir 90 persen di sebagian desa pesisir. Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Propinsi Sulawesi Selatan dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara umum. Potensi sumberdaya perikanan yang terkandung di wilayah perairan laut Sulawesi Selatan ± 162.436 ton/tahun, sementara tingkat pemanfaatannya baru mencapai 10.235, 57 ton per tahun dari berbagai komoditi perikanan ekonomis yang ada sehingga tingkat pemanfaatannya belum optimal. Lebih lanjut dijelaskan perairan Selat Makassar, Teluk Flores serta pulau kecil di sekitarnya adalah kawasan kaya ikan. Namun, pada kenyataanya potensi sumberdaya perikanan di Sulawesi Selatan masih belum bisa dikelola dan dimanfaatkan secara optimal dan bijaksana. Ditambah hampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan mengarah pada kondisi overfishing yaitu terjadi tangkapan jumlah ikan yang melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan stok ikan dalam suatu daerah. Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Sulawesi Selatan. Kondisi ini menunjukkan bahwasanya keberadaan sumberdaya perikanan merupakan peluang bagi sumber
2 pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Pengembangan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan selama ini tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh kompleksnya permasalahan yang dihadapi, menyangkut faktor-faktor teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, upaya pelestarian sumber daya ikan merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Paradigma pembangunan berkelanjutan mencakup lebih banyak aspek dalam penilaian keberlanjutan, sehingga penilaian terhadap keberlanjutan dan pelestarian sumber daya perikanan menjadi lebih kompleks dengan penambahan aspek sosial, kelembagaan dan teknologi. Interaksi aspek-aspek tersebut menjadi indikator bagi keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Berdasarkan hal tersebut di Propinsi Sulawesi Selatan perlu dilakukan pengembangan sektor perikanan tangkap yang baik dan ideal. Pengembangan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kemampuan daya dukung dan kebutuhan optimal dari setiap aspek keberlanjutan hingga perlu dilakukan penilaian pengembangan perikanan tangkap yang dapat menjadi acuan kebijakan dalam pemanfaatan perikanan secara optimal. 1.2 Kerangka Pemikiran Wilayah perairan laut merupakan kawasan perairan yang memiliki sejumlah sumberdaya penting, salah satunya adalah berupa sumberdaya perikanan bernilai ekonomi tinggi. Tidak salah jika salah satu kebijakan pemerintah adalah meningkatkan hasil perikanan bahkan menjadi produsen perikanan terbesar di dunia (Sularso 2010). Terkait hal tersebut dalam rangka pencapaian tersebut banyak kalangan mencoba mengeksploitasi laut beserta isinya termasuk masyarakat pesisir yang memanfaatkan potensi perikanan di laut dengan menjadikan menangkap ikan sebagai mata pencaharian utama yang menghasilkan pendapatan. Perikanan tangkap adalah suatu upaya / kegiatan yang menyangkut pengusahaan suatu sumber daya di laut atau perairan umum rnelalui cara penangkapan baik secara komersial atau tidak. Kegiatan ini meliputi penyediaan prasarana, sarana, kegiatan penangkapan, penanganan hasil tangkapan, pengolahan serta pemasaran hasil. Lebih lanjut, pengelolaan sumber daya perikanan adalah suatu tindakan melalui pembuatan peraturan yang didasari oleh hasil kajian ilmiah yang kemudian dalam pelaksanaannya diikuti oleh
3 kegiatan monitoring, controlling dan surveilance, dimana tujuan akhirnya adalah suatu kelestarian sumber daya perikanan dan lingkungannnya dan memberikan keuntungan secara ekonomi maupun ekologi. Arti pengelolaan mencakup pengembangan dan pengendalian, dimana acuan yang dianut dalam pelaksanaannya adalah konsep perikanan yang bertanggung jawab (responsible fisheries). Pelaksanaan perikanan yang bertanggungjawab didasarkan atas pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan melalui secara berkelanjutan, diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia No 45 Tahun 2009. Undang-undang tersebut menyebutkan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Kompleksitas pengelolaan perikanan tangkap membutuhkan upaya yang terintegrasi dan mencakup sejumlah aspek atau dimensi. Untuk melaksanakan pengelolaan perikanan tangkap secara berkelanjutan secara optimal di Propinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu kawasan di Indonesia yang memiliki potensi perikanan tangkap, didasarkan atas 3 dimensi utama dan 2 dimensi tambahan yang harus diperhatikan, yaitu 1) dimensi ekologi; 2) dimensi ekonomi; 3) dimensi sosial; 4) dimensi teknologi; serta 5) dimensi kelembagaan. Dimensi ekologi terkait dengan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan serta tanpa menyebabkan terdegradasinya kondisi lingkungan. Hal ini diperlukan untuk menjamin keberlangsungan stok perikanan tangkap yang dapat dimanfaatkan generasi yang akan datang. Dimensi ekonomi, merupakan upaya pemanfaatan perikanan tangkap yang dapat memberikan keuntungan atau layak secara ekonomi bagi pemanfaat (nelayan dan masyarakat pesisir). Dimensi sosial, mengindikasikan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Dimensi teknologi, terkait dengan upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas penangkapan yang dilakukan. Dimensi kelembagaan, terkait dengan tata aturan/peraturan yang menjadi landasan pengelolaan dan organisasi pengelola yang melaksanakan pengelolaan.
4 Propinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu kawasan dengan potensi kelautan yang besar memilik luas wilayah 62.483 km 2 dengan panjang garis pantai 2.500 km memiliki penduduk 8.213.864 jiwa dimana kurang lebih 475.902 jiwa bekerja sebagai nelayan dan petani tambak. Terkait dengan potensi dan kondisi Sulawesi Selatan, pengelolaan perikanan tangkap secara berkelanjutan diperlukan arahan dan kebijakan yang didasarkan atas kelima dimensi keberlanjutan diatas. Hal ini diperlukan untuk menjamin upaya perikanan tangkap yang dilakukan bermanfaat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Berdasarkan penjelasan diatas, kerangka pemikiran penelitian yang dilakukan terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
5 1.3 Perumusan Masalah Sumberdaya perikanan merupakan barang umum (good common) yang bersifat open access, artinya setiap orang berhak menangkap ikan dan mengeksploitasi sumberdaya hayati lainnya kapan saja, dimana saja, berapapun jumlahnya, dan dengan alat apa saja. Secara empiris, keadaan ini menimbulkan dampak negatif, antara lain apa yang dikenal dengan tragedy of common baik berupa kerusakan sumberdaya kelautan dan perikanan maupun konflik antar orang yang memanfaatkannya. Oleh karena itu, perlu diatur regulasi dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Sumberdaya perikanan yang bersifat diperbaharui (renewable) ini menuntut adanya pengelolaan dengan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati hati (Fauzi 2006). Sifat sumber daya yang open access dan common property serta adanya titik persinggungan dengan sektor lain, menyebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam perikanan tangkap. Pada dasarnya tujuan utama pengelolaan perikanan adalah untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai potensi ikan (resource conservation), terutama melalui berbagai tindakan pengaturan (regulations) dan pengkayaan (enhancement) yang meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan sukses ekonomi bagi industri yang didasarkan pada potensi ikan. Kenyataan pengelolaan perikanan tangkap di Propinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan bahwa banyak kegiatan perikanan belum berjalan optimal, hal ini antara lain disebabkan oleh tidak efisiennya kegiatan penangkapan ikan, fasilitas-fasilitas pendukung perikanan yang belum terpenuhi dan sistem pengelolaan yang kurang optimal. Bertolak dari kondisi yang ada, maka untuk mengatasi permasalahan- permasalahan tersebut, di Propinsi Sulawesi Selatan perlu dikembangkan model pembangunan perikanan berkelanjutan. Konsep perikanan berkelanjutan memiliki tiga dimensi penting, yaitu: ekologi, ekonomi dan sosial. Keberlanjutan ketiga dimensi tersebut merupakan tipe ideal, artinya suatu tipe yang hanya berfungsi sebagai acuan teoritas karena dalam kenyataan secara empiris sulit ditemukan. Fungsi kebijakan (policy) merupakan upaya untuk mengatur proses tarik ulur sehingga ketiganya dalam kondisi seimbang (Satria 2004). Keberlanjutan salah satu faktor menjadi prasyarat bagi keberlanjutan faktor dimensi lain. Tanpa keberlanjutan ekologi maka kegiatan ekonomi akan terhenti sehingga akan berdampak pula pada kehidupan sosial masyarakat yang terlibat kegiatan perikanan. Tanpa keberlanjutan ekonomi, (misalnya rendahnya
6 harga ikan yang tidak sesuai dengan biaya operasional) maka akan menimbulkan eksploitasi besar-besaran yang dapat merusak kehidupan ekologi perikanan dan terjadinya konflik. Begitu pula tanpa keberlanjutan kehidupan sosial para stakeholder perikanan maka proses pemanfaatan perikanan dan kegiatan ekonomi tidak dapat berlangsung optimal. Mengacu pada penjelasan tersebut diatas, dalam pengelolaan perikanan tangkap secara berkelanjutan di Sulawesi Selatan terdapat beberapa perumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana kondisi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Sulawesi Selatan 2. Bagaimana status keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Sulawesi Selatan 3. Bagaimana model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Sulawesi Selatan 4. Bagaimana rumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Menganalisis pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap 2. Menganalisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap. 3. Merumuskan model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Sulawesi Selatan. 4. Menganalisis kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Sulawesi Selatan 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan manfaat praktis yaitu menyediakan model perikanan tangkap berkelanjutan yang bersifat holistik dalam rangka mencapai pembangunan sumberdaya ikan yang berkelanjutan. 2. Terhadap aspek pengembangan keilmuan diharapkan bermanfaat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan di Indonesia.
7 1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty) Kebaharuan (novelty) yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan model pengelolaan perikanan tangkap berdasarkan identifikasi dan analisis faktor-faktor penting yang terkait dalam pengelolaan perikanan tangkap tersebut.