I. PENDAHULUAN. pusat laba (profit center), baik pusat laba konsumen maupun pusat laba

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan sektor industri yang berbasis sektor agribisnis sangat

Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

I. PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Penun) Perhutani merupakan Badan Usaha Milik

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Dalam pengelolaan aktivitas aktivitas tersebut agar berjalan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) yang akan berlaku pada Desember Dirut PT (Persero)

industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu lndustri kayu lapis lndonesia di pasaran dunia mengalami

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yaitu pertumbuhan terus-menerus (going concern) dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang panjang dengan melakukan usaha-usaha yang sesuai dengan keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan yang terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai operasional perusahan maupun untuk membiayai investasi jangka UKDW

BAB III OBYEK PENELITIAN. beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum

BABI. Dengan semakin meningkatnya dan rumitnya perekonomian maka akan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha, ilmu pengetahuan, dan teknologi sekarang ini

Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Biaya (Studi Kasus pada CV. Rumah Boneka)

BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI

Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Bogor, 2014

hutan tetap lestari, tetapi dari aspek ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan akan kayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai usaha

PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUM PERHUTANI KBM INK SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu

PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perputaran aset tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

Pusat Pertanggung Jawaban Pusat Laba dan Pusat Investasi

RASIO PROFITABILITAS SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PT.PEGADAIAN (persero) KANTOR PUSAT JAKARTA : ENDRA NOFITARIA NPM :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik

BAB I PENDAHULUAN. meraih keuntungan (profit). Dan keuntungan itu akan dapat diraih apabila perusahaan tersebut

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Return On Asset (ROA) keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. datang. Akan tetapi laba yang besar bukan merupakan ukuran perusahaan itu

I. PENDAHULUAN. Indonesia berorientasi pada konglomerasi dan bersifat sentralistik. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. harus memperhitungkan dengan benar biaya-biaya yang dikeluarkan untuk. menghasilkan produk guna menentukan harga jual produk.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang dihadapi PT. PAL cukup kompleks. Salah satunya adalah terjadi

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali manajemen puncak

3. METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II CV. MORAWA TIMBER INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

Benih merupakan salah satu unsur pokok dalam usaha tani padi. Kebutuhan akan sarana tersebut semakin lama semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa. berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang tujuannya

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2008

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan agar perusahaan tetap

Ill. DESKRlPSl USAHA PABRIK GULA

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. beragam sehingga menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang subur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh Perhutani, baik berupa produk kayu maupun non kayu.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

BAB I PENDAHULUAN. terbaik dan yang paling unggul. Perusahaan publik selalu dituntut untuk dapat

A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) PIKITRING SUAR MEDAN. Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya perusahaan merupakan suatu institute ekonomi yang. mencapai tujuannya tersebut tentunya perusahaan harus dikelola

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yaitu untuk memberikan suatu kebutuhan masyarakat sehari-hari. Pabrik

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut)

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dan merek dagang yang berbeda, khususnya ayam olahan di pasaran.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan setiap kegiatan perusahaan selalu diarahkan guna

Bagi pihak diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. barang baku menjadi barang jadi dan identik dengan pabrik. Industri. manufaktur di Indonesia mengalami pasang surut dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. laba semaksimal mungkin, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Modal kerja merupakan salah satu komponen penting dalam. menjalankan aktivitas usaha perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan melakukan kegiatan operasional bertujuan untuk. memaksimalkan laba serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Abstrak

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perusahaan multidivisi, pembagian divisi dengan 'membentuk pusat- pusat laba (profit center), baik pusat laba konsumen maupun pusat laba produsen adalah sangat penting. Pembentukan pusat-pusat laba tersebut dimaksudkan untuk dapat membedakan tingkat penggunaan modal dan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan masing-masing divisi usaha yang dijalankan. Meskipun secara keseluruhan tidak mengubah besaran keuntungan yang dicapai oleh perusahaan, narnun bagi masing-masing divisi akan dapat mempengaruhi kinerjanya, karena masing-masing divisi akan mendapat keadilan dalam penilaian prestasi kerjanya. Pemisahan tersebut perlu dibarengi dengan adanya pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan penyerahan tanggungjawab pimpinan perusahaan kepada masing-masing divisi atau segmen usahanya, sehingga tercipta deferensiasi dan desentralisasi kegiatan bagi masing-masing divisi atau segmen usaha tersebut. Keadaan ini memerlukan penetapan suatu tolok ukur untuk penilaian prestasi kerja masing-masing segmen kegiatan usaha. Sering kali terjadi ketidakadilan dalam penilaian prestasi kerja terhadap manager divisi karena tidak adanya tolok ukur yang jelas terhadap kegiatan operasional bagi masing-masing divisi, ukuran prestasi kerja divisi, cabang atau bagian hanya ditentukan berdasarkan pencapaian keuntungan perusahaan secara keseluruhan berdasarkan produk akhir. Sehingga prestasi kerja masingmasing manajer, kepala cabang atau kepala bagian disamaratakan atau dengan kata lain antara manajer yang bekerja dengan baik dan yang tidak dibedakan secara jelas kareria masing-masing manajer tidak dinilai berdasarkan kontribusi dan peranannya dalam memperoleh laba perusahaan. Penilaian prestasi kerja

demikian kurang memberi rangsangan bagi masing-masing manajer untuk berprestasi, karena kemampuan, kredibilitas, kerja baik menjadi kurang berarti, disampin,g itu' dapat mengaburkan wewenang dan tanggungjawab manajer terhadap pekerjaannya. Apabila salah satu manajer ada yang kinerjanya jelek lambat-laun akan mengakibatkan frustasi dan iri manager yang lain sehingga akan berakibat menurunkan gairah dan semangat kerja manajer yang lain, dalam jangka panjang produktivitas dan profitabilitas perusahaan akan menurun akibat ditinggalkan oleh manajer-manajer yang berkualitas Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat memiliki luas kawasan hutan sebesar 1.000.735 hektar yang terdiri dari 546.139 hektar hutan produksi, 246.329 hektar hutan lindung, tanaman bukan produksi, Lahan dengan tujuan istimewa dan 208.267 hektar suaka alam, selanjutnya dibagi menjadi 14 (empat belas) pusat laba yang disebut Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Pembagian pusat laba tersebut didasarkan pada wilayah geografinya (geographical decentralization),, dengan rnempertimbangkan aspek kesatuan kelestarian hutan atau kesatuan daerah aliran sungai (DAS), untuk satu unit kelestarian hutan luasnya antara 20.000-100.000 hektar. Kegiatan utama perusahaan adalah menjaga kelestariaan hutan di Jawa Barat dan memanfaatkan sumberdaya hutan baik yang berupa kayu dan non kayu, seperti getah pinus, kopal, madu dan daun kayu putih. Dalam rangka meningkatkan nilai tambah hasil hutan, Perum Perhutani unit Ill Jawa Barat membangun beberapa pabriklindustri pengolahan, salah satu pabrik yang telah di dirikan adalah Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi yang berlokasi di Nagreg KPH Bandung Utara, yang bertujuan untuk mengolah getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin. Sindangwangi 12.000 ton getah pinus ltahun. Kapasitas maksimum PGT Disamping itu Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat juga menjalin kerjasama PGT swasta yaitu PT. Maruha Karya

Sari yang berlokasi di Sumedang Jawa Barat, kapasitas PGT tersebut 5.000 ton getah pinusltahun. Kebutuhan bahan baku getah pinus kedua Pabrik Gondwukem dan terpentin (PGT) tersebut dipenuhi dari seluruh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di wilayah Unit Ill Jawa Barat kecuali KPH Banten dan KPH Indrarnayu....., Pada dasarnya, transfer getah pinus ke pabrik tersebut lebih'bersifat penugasan Kepala Unit atau Direksi kepada AdministraturIKepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH), sehingga harga transfernya ditetapkan oleh Kepala Unit atau Direksi, dalam penetapan harga transfer didasarkan pada ename atau biaya produksi langsung terutama yang berkaitan dengan kegiatan penyadapan dan angkutan getah pinus. Dengan demikian.seberapapun besarnya getah pinus yang dihasilkan tidak mempengaruhi profitabilitas yang rnerupakan ukuran prestasi KPH atau Administratur. Atas dasar alasan tersebut.untuk meningkat pgdukti~itas serta.:. meningkatkan kemarnpuan perusahaan meraih keuntungan (profitabilitas) pada perusahaan multidivisi, diperlukan pemisahan kegiatan operasional dan biaya berdasarkan segmen kegiatan utamanya adalah penting dan merupakan suatu keharusan..dengan kebijakan otonorni dan desentralisasi kegiatan usaha akan mernperrnudah manajemen melakukan pengendalian, pen&wasan penilaian terhadap prestasi kerja masing-masing manajernya. maupun Apabila perusahaan rnengalami penurunan kinerja maka manajemen akan dengan mudah dan cepat melakukan evaluasi dan mengetahui divisi mana yang rnenyebabkan turunnya kinerja perusahaan perusahaan, sebaliknya apabila kinerja perusahaan mengalami kenaikan maka manajemen perusahaan akan dengan mudah rnengetahui divisi telah mernberi kontribusi terbesar, sehingga penilaian prestasi kerja masing-masing manajer divisi dapat dilakukan secara

berkeadalian, demikian juga dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment). Pada perusahaan yang setiap divisinya dinyatakan seljigai pusat laba (profit?en&),.. maka to1o.k ukur pengendali divisinya didasarkan pada tingkat pengembalian asset (ROA). dirnana tingkat pengembalian diukur dengan laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) (Weston dab Brigham. 1998). Selanjutnya Weston dan righ ham (1998) mengemukakan bahwa tingkat perolehan laba masing-masing divisi sangat dipengaruh oleh faktor-faktor sebagai berikut : (1) penyusutan, (2) nilai buku aktiva, (3)' pen.etapan harga transfer, (4) periode waktu praoperasi, dan (5) keadaan industri. Dari kelima faktor tersebut penetapan harga transfer merupakan faktor yang paling dapat mernberi gambaran terhadap kinerja divisi, semakin efisien suatu divisi maka akan rnemperoleh saldo yang terting& dari harga transfer dan biaya produksi divisi tersebut. Berdasarkan alasan di atas maka pengkajian penetapan harga transfer pada perusahaan multidivisi menjadi sangat penting, untuk rnemperoleh penetapan harga transfer antar divisi yang paling adil dan tidak merugikan salah satu divisi yang ada. B. Rumusan Masalah Profitabilitas suatu perusahaan multidivisi sangat dipengaruhi oleh profitabilitas dari masing-masing divisi atau Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang dimiliki. Tidak terkecuali Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat. Profitabilitas Perurn Perhutani Unit Ill Jawa Barat sangat berkaitan dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang dapat dicapai oleh KPH yang ada. Demikian juga besarnya kontribusi laba pengelolaan gondorukem dan terpentin terhadap keuntungan Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat secara keseluruhan sangat

ditentukan oleh tingkat efisiensi dan produktivitas dari PGT Sindangwangi dan PT. Maruha Karya Sari serta 12 (duabela) KPH Penghasil getah pinus. Oleh karena itu sinkronisasi dan keserasian kerja antara PGT Sindangwangi dan KPH.. penghisil getah pinus rnenjadi faktor penentu dalarn optirnalisasi biaya produksi, Kekurangan pasokin getah pinus akan rnengakibatkan pabrik' tidak beroperasi pada kapasitas penuh, sebaliknya kelebihan pasokan rnengakibatkan pabrik rnengeluarkan biaya tarnbahan untuk biaya gudang dan pengaturannya, bahkan getah pinus yang dikirim ditolak pabrik akibatnya divisi penghasil getah akan rnengalarni kerugian. Untuk rnengantisipasi terjadinya perrnasalah tersebut diperlukan pengaturan yang baik dan rnengakornodir secara baik kepentingan PGT Sindangwangi rnaupun KPH pernasok getah pinus, disarnping itu perlu adanya penetapan standar penilaian prestasi kerja yang adil dan transparan karena transparansi dan keadilan dalarn penilaian kinerja KPH dapat rnernacu peningkatan.efisiensi dan produktivitas Penetapan harga transfer yang terlalu rendah akan rnerugikan divisi penjual yaitu KPH penghasil getah. Kondisi ini dapat rnengakibatkan AdrninistraturIKepala Kesatuan Pernangkuan Hutan (KKPH) kehilangan rnotivasi untuk bekerja dengan baik dan kegiatannya dilakukan hanya untuk rnernenuhi kewajiban Kepala Unit atau Direksi saja. Kendurnya rnotivasi KKPH penghasil getah pinus untuk rnelakukan pekerjaannya dengan baik, akan rnengakibatkan turunnya produktifitas dan akhirnya rnengakibatkan profitaljilitas perusahan menjadi tidak rnaksirnal. Sebaliknya apabila penetapan harga transfer terlalu tinggi akan rnerugikan Pabrik Gondorukern dan terpentin (PGT) dan mengakibatkan produktivitas dan kualitas produk PGT rnenurun dan yang akhirnya daya saing produk gondorukern dan terpentin yang dihasilkan kurang rnarnpu bersaing di pasar

Atas dasar permasalahan tersebut maka penelitian atau pengkajian tentang penetapan harga transfer getah pinus dari Kesatuan Pemangkuan Hutan penghasil getah pinus ke PGT Sindangwangi maupun PT. Ma'ruha Karya Sari... _. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat dijawab dari penelitian ini antara lain : 1. Berapa besar harga transfer getah pinus yang paling tepat da'n memberi rasa keadilan bagi divisi pembeli maupun penjual. 2. Bagaimana pengaruh perubahan harga transfer terhaaap profitabilitas masing-masing KPH penghasil getah pinus, yang ditunjukkan dengan perbandingan atara biaya pembinaan hutan dan pemeliharsan tanaman pinus dengan pendapatan harga transfer. 3. Strategi atau langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh diambil oleh masing-masing KPH maupun perusahaan secara keseluruhan untuk mengatasi dan memanfaatkan perubahan penetapan harga transfer tersebut. C. Tujuan dan Manfaat Geladikarya 1. Tujuan Geladikarya Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanan geladikarya ini adalah : 1.1. Mengevaluasi penetapan harga transfer getah pinus dari pusat laba (profit centre) penjualan atau Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) penghasil getah pinus dengan pabrik gondorukem dan terpentin (PGT) Sindangwangi sebagai penerima transfer getah'pinus. 1.2 Merekomendasikan metode perhitungan penetapan harga transfer yang menguntungkan dan dapat diterima kedua belah pihak,

sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran piofitabilitas dan prestasi kerja KPH yang bersangkutan. 1.3 Memberi informasi yang dapat digunakan. sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan untuk menjual getah pinus yang 'dihasilkan maupun membeli getah dari.sumber lain di luar perusahaan, bila terjadi kekurangan maupun kekurangan pasokan..getah pinus... 1.4 Merekomendasikan penilaian kinerja dan prestasi kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Unit Ill Jawa Barat, terutama bagi KPH penghasil getah pinus. 2. Manfaat Geladikarya Sedangkan manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan geladikarya ini adalah : 2.1. skbagai masukan bagi manajemen Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat dalam pengambilan keputusan pengembangan pabrik gondorukem dan terpentin serta intensifikasi pemanfaatan getah pinus dalam rangka untuk meningkatkan profitabilitas. 2.2. Masukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas masing-masing pusat laba, dengan adanya penilaian prestasi kerja yang baik dan berkeadilan. 2.3. Masukan bagi peningkatan profitabilitas masing-masing pusat laba dan dalam rangka meningkatkan perolehan laba Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat. 2.4. Menambah wacana dan perbendaraan pengetahuan manajerial terutama yang berkaitan dengan kasus-kasus akuntansi manajerial bagi peserta Magister Manajemen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor.

D. Ruang Lingkup Geladikarya Adapun ruang lingkup geladikarya ini adalah studi kasus,. yang dilakukan di Perum Perhutani Unit Ill Jawa Barat, khususnya yang berkaitan dengan proses transfer getah Pinus dari Kesatuan Pemangkuan Hutan IKPH) penghasil getah pinus antara lain; KPH Bogor, KPH Sukabumi dan KPH, Cianjur, ke pabrik.. godorukem dan terpentin (PGT) Sindangwangi di Nagreg'KPH Bandung Utara.