tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

*

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

MENENTUKAN PELUANG DAN PERIODE ULANG GEMPA DENGAN MAGNITUDE TERTENTU BERDASARKAN MODEL GUTTENBERG - RITCHER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia terletak pada daerah yang merupakan pertemuan dua

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

KAJIAN SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI DI ACEH

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

KAITAN B VALUE DENGAN MAGNITUDO DAN FREKUENSI GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHUN

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

I. INFORMASI METEOROLOGI

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

I. INFORMASI METEOROLOGI

STUDI B-VALUE UNTUK ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA GEMPABUMI PERIODE (Studi Kasus: Gorontalo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MENTAWAI-SUMATERA BARAT (0.5 LS 4.0 LS dan 100 BT 104 BT)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada pembenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

Estimasi Parameter Model Epidemic Type Aftershock Sequence (ETAS) Spasial untuk Gempa Bumi di Pulau Jawa

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di sebelah Timur, dan Lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan serta satu lempeng tektonik kecil yaitu Lempeng Filipina di sekitar Sulawesi dan Maluku (Sunarjo, dkk., 2010). Di sepanjang pesisir barat Sumatera terdapat banyak sumber gempa karena posisinya dekat dengan jalur pertemuan dua lempeng bumi, dimana lempeng (samudra) Hindia bergerak menunjam ke bawah lempeng (benua) Sumatera. Sumatera dan busur kepulauan di bagian baratnya adalah bagian dari lempeng Eurasia, sedangkan bagian lainnya berada di bawah Samudra Hindia. Batas antara lempeng yang menunjam dan massa batuan di atasnya disebut zona subduksi. Zona subduksi Sumatera merupakan jalur gempa bumi di Indonesia yang paling banyak menyerap dan mengeluarkan energi gempa bumi dengan magnitudo relatif besar (M ~ 8) sehingga dapat berpotensi menjadi tsunami (Natawidjaja, 2003). Salah satu segmen yang berada persis di zona megathurst (sumber gempa zona subduksi) dan pernah terjadi gempa bumi sampai membangkitkan tsunami adalah Nias (Natawidjaja, 2007).

Kepulauan Nias merupakan daerah yang rawan gempa atau tingkat aktivitas gempa bumi yang sangat tinggi. Menurut sejarah, di segmen Nias dalam kurun 200 tahun terakhir ini sudah mengalami bencana gempa bumi dan tsunami, yaitu tahun 1861 (M~8,5), 1907 (M~7,6) dan 2005 (M~8,5). Gempa bumi terakhir yang memecahkan segmen (sumber gempa) yang sama dengan gempa 2005 adalah gempa bumi tahun 1861. Dengan kata lain, segmen Nias terakhir melepaskan simpanan energinya sekitar 145 tahun yang lalu (Mustafa., 2010). Kejadian gempa bumi merusak telah terjadi secara berulang di Segmen Nias. Berdasarkan hal tersebut kita dapat mengestimasi kemungkinan periode ulang gempa bumi yang berpotensi menimbulkan kerusakan, sehingga dapat memperkecil dampak negatif dari gempa bumi tersebut. Prediksi periode ulang gempa bumi diperoleh dengan mengetahui nilai parameter keaktifan gempa bumi. Metode untuk menghitung periode ulang gempa bumi ada beberapa seperti Metode Least Square, Metode Likelihood dan sebagainya. Dimana masingmasing metode tersebut sama-sama menggunakan prinsip hubungan frekuensi dan magnitudo. Metode Likelihood bertujuan untuk mendapatkan estimasi parameter dengan cara memaksimumkan fungsi Likelihood. Dengan metode Likelihood dapat diketahui secara kuantitatif tingkat keaktifan gempa bumi (nilai a dan nilai b) dari persamaan Gutteberg - Richter, indeks seismisitas, tingkat resiko gempa atau probabilitas dan periode ulang untuk magnitudo tertentu pada suatu daerah. Nilai b merupakan parameter tektonik, nilainya mendekati 1 dan menunjukan jumlah relatif dari getaran yang kecil dan yang besar. Nilai a merupakan parameter seismik yang besarnya bergantung pada banyaknya gempa bumi dan

suatu wilayah (Rohadi, dkk., 2008). Kelebihan dari metoda ini adalah dalam menghitung secara statistik nilai parameter keaktifan gempa bumi dimana kelas interval magnitudonya dapat diatur sedemikian rupa untuk menghindari kekosongan magnitudo pada kelas interval tertentu (Budiman, dkk., 2011). Rohadi, dkk., (2008) melakukan penelitian tentang studi potensi seismotektonik sebagai precursor tingkat kegempaan di wilayah Sumatera. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Gutenberg-Richter. Dari hasil analis menggunakan software ZMAP diperoleh variasi nilai b berkisar antara 0,5 2,2, variasi nilai a berkisar antara 4 12 sedangkan periode ulang gempa bumi dengan magnitudo 6,8 secara umum berkisar antara 5 23 tahun. Budiman, dkk., (2011) melakukan penelitian tentang analisis periode ulang dan aktivitas kegempaan pada daerah Sumatera Barat dan sekitarnya dengan menggunakan metode Likelihood. Dari penelitian dihasilkan nilai b antara 0,94 1,0 dan nilai a sekitar dari 6,7 7,13, sedangkan dari perhitungan periode ulang untuk magnitudo 5,0 6,5 SR memadai dijadikan acuan dalam memperkirakan perulangan gempa, tapi untuk magnitudo lebih besar dari 6,5 SR diperkirakan tidak akan terjadi. Raharjo, dkk., (2016) melakukan penelitian tentang analisis variasi spasial parameter seismotektonik daerah Sumatera Barat dan sekitarnya dengan menggunakan metode Likelihood. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil variasi spasial parameter seismotektonik (nilai a) dan (nilai b) tinggi pada kedalaman dangkal (h) <60 km meliputi bagian selatan Pulau Nias, di sepanjang barat Sumatera bagian utara, di sekitar pulau Mentawai dan bagian aktif zona Sumatera

tepatnya di daerah Solok dan Solok Selatan. Sementara variasi spasial parameter seismotektonik rendah untuk kedalaman menengah (h) 60-350 km meliputi bagian tenggara Pulau Batu dan sebelah Barat Padang, dengan demikian daerah tersebut berpotensi terjadinya gempa bumi besar. Berdasarkan penelitian sebelumnya Raharjo, dkk., (2016) hanya melakukan perhitungan nilai b dan nilai a sedangkan untuk indeks seismisitas dan periode ulang belum dilakukan. Budiman, dkk., (2011) hanya melakukan di wilayah Sumatera Barat dan seikitarnya sedangkan di Kepulauan Nias dan sekitarnya belum. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tingkat keaktifan gempa bumi dan periode ulang gempa bumi daerah Kepulauan Nias berdasarkan interval magnitudo dengan menggunakan metode Likelihood. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan parameter seismotektonik nilai b dan nilai a menggunakan metode Likelihood. 2. Menganalisis periode ulang terjadinya gempa bumi yang berpotensi menimbulkan kerusakan di sekitar daerah Kepulauan Nias. 3. Memplot peta sebaran gempa bumi untuk wilayah Kepulauan Nias dan sekitarnya. Manfaat dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tingkat aktivitas gempa tektonik secara kuantitatif di wilayah Kepulauan Nias dan diharapkan dapat memberikan informasi awal kepada pemerintah maupun masyarakat

sebagai studi awal dalam mitigasi bencana gempa bumi di daerah Kepulauan Nias, sehingga dapat meminimalisir tingkat kerusakan akibat gempa bumi. 1.3 Ruang Lingkup Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Perhitungan nilai b dan prediksi periode ulang gempa bumi tektonik dilakukan dengan menggunakan metode Likelihood. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat resiko gempa bumi seperti kondisi geologis, kualitas infrastruktur, kepadatan penduduk dan sebagainya diabaikan. 3. Data yang digunakan adalah data gempa bumi di Segmen Nias pada koordinat -1,0 LS 4,3 LU dan 96 BT 100,73 BT. Data diambil dari data historis gempa bumi yang diperoleh melalui Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan International Seismological Center (ISC) selama kurun waktu 1916-2016 (100 tahun) dengan kekuatan gempa bumi (M) 5 SR dan kedalaman 10 h 300 km.