BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

IRMA MUSTIKA SARI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat secara bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun pada tahun 1970 menjadi 58,7 tahun pada tahun 1990 dan diproyeksikan menjadi 71,7 tahun pada tahun 2010. Di samping peningkatan harapan hidup, jumlah dan proporsi kelompok lanjut usia (lansia) di negara kita pun menunjukkan kecenderungan yang meningkat, yaitu 5,3 juta jiwa atau 4,48 persen pada tahun 1971, 12,7 juta jiwa atau 6,56 persen pada tahun 1990 dan akan meningkat tajam menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34 persen pada tahun 2010 (Hamid dalam Kuntjoro, 2002 ). Senada dengan pendapat di atas pertambahan jumlah lansia (lanjut usia) Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 2025 tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002 : 10 dalam Kuntjoro, 2002). Jumlah lansia sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 persen penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Fenomena di atas di satu sisi dapat menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum tetapi di sisi lain akan meningkatkan beban masyarakat maupun pemerintah karena komposisi penduduk dengan tingkat ketergantungan tinggi atau produktivitas rendah dalam hal ini adalah lansia yang begitu besar.

Peningkatan usia seseorang akan disertai dengan berbagai kemunduran baik fisik, psikis, dan sosial. Kemunduran secara fisik antara lain ditandai dengan penurunan fungsi panca indera, kulit keriput dan menurunnya imunitas sehingga memunculkan berbagai penyakit. Kemunduran psikologis antara lain perasaan tidak berguna, mudah sedih dan depresi. Sedangkan kemunduran sosial diantaranya adalah ketiadaan sanak saudara yang dapat memberikan bantuan, kurang mampu dalam hal ekonomi, tidak produktif dan tidak mampu lagi berperan di masyarakat (Gandadiputra, 1983 dalam Winarni,T. & Kusworo,H.A, 1998). Komposisi penduduk lansia yang demikian besar tersebut sebagian merupakan orang-orang yang dalam status sebagai pensiunan pegawai negeri sipil (PNS). Menurut data dari Bapenas usia pensiun PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah 56 tahun sedang pegawai swasta adalah 55 atau tergantung kebijakan perusahaan. Sedangkan untuk guru usia pensiun dapat mencapai 60 tahun. Usia tersebut menurut WHO termasuk dalam golongan usia lanjut (Nugroho,W, 2000). Saat ini jumlah pensiunan di Indonesia telah mencapai 4 juta orang dan diperkirakan akan mencapai 5 juta orang pada tahun 2009. Bahkan untuk mengurangi beban pemerintah dalam hal penggajian PNS maka akan dilakukan perampingan jumlah PNS secara alamiah sesuai dengan jumlah PNS yang akan memasuki usia pensiun. Setiap tahun terjadi penambahan jumlah pensiunan sekitar 120.000 orang dan untuk keperluan perampingan maka penerimaan PNS baru jauh lebih sedikit dari jumlah tersebut atau hanya seperenamnya (Mu tadin, 2002).

Memasuki usia pensiun bagi seseorang dapat merupakan hal yang biasa akan tetapi dapat menjadi sesuatu yang luar biasa bagi sebagian yang lain. Karena bersamaan dengan tibanya saat pensiun maka seseorang akan mulai terjadi kehilangan ganda berupa kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan komitmen (Nugroho, 1999 ) Dari segi sosial pensiun dianggap sebagai titik transisi dalam perkembangan orang dewasa menuju ke masa tua. Bagi seseorang yang berkepribadian dewasa pekerjaan sangat perlu untuk kelangsungan hidup dan aktualisasi diri (Hurlock ( 1999) dalam Kuntjoro (2002)). Seseorang yang telah menyiapkan diri jauh sebelum masa pensiun datang barangkali tidak akan menunjukkan gejala penurunan fisik maupun mental secara drastis. Sebaliknya bagi mereka yang tidak siap berbagai kehilangan yang menyertai masa pensiun dapat merupakan suatu penyebab timbulnya berbagai gangguan fisik maupun psikologis. Gangguan psikologis yang lebih parah biasanya diawali oleh kondisi depresi pada seseorang. Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan secara psikologis tentu akan membawa dampak secara fisik pula. Dalam jangka panjang dampak secara fisik tersebut akan menurunkan kemampuan dan kemandirian seseorang. Secara epidemiologik di negara barat terjadi 15 20% populasi usia lanjut di masyarakat yang menderita depresi. Di Asia angka ini jauh lebih rendah. Yakni sekitar 2,3%. Keadaan ini diduga karena pengaruh sosiokultural dan religi yang positif (Hadi Martono,1997 dalam Darmojo, 2006).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan angka 17% pasien-pasien yang berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi dan diperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3%. Angka-angka ini semakin bertambah untuk masa-masa mendatang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : usia harapan hidup yang semakin bertambah, stressor psikososial yang semakin berat, berbagai penyakit kronik yang semakin meningkat dan kehidupan beragama yang semakin ditinggalkan ( Hawari, D, 2001). Lebih jauh WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2020, diperkirakan depresi akan menjadi beban global penyakit kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Prevalensi pertahun diperkirakan berkisar 5-10%. Permasalahan di atas tentu sangat menarik untuk dikaji dan dicari pemecahannya. Sebagai makhluk sosial berbagai permasalahan yang dihadapi para pensiunan ini pun memerlukan bantuan dari orang lain untuk memecahkannya. Menurut Sarason (1993) dalam Kuntjoro (2002), orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan menyenangkan. Dari paparan di atas peneliti ingin mengetahui kontribusi dukungan sosial terhadap tingkat depresi yang merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering di alami oleh pensiunan pegawai negeri sipil di wilayah kecamatan Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diasumsikan bahwa beban yang ditanggung keluarga maupun pemerintah cukup tinggi dengan tingginya jumlah

penduduk yang kurang atau bahkan tidak produktif ini. Hal ini tentu tidak akan terjadi bila para penduduk yang dalam hal ini adalah para pensiunan cukup mendapatkan bantuan untuk mempersiapkan diri menghadapi usia pensiun agar tidak terjadi berbagai gangguan kesehatan fisik maupun mental. Dukungan sosial merupakan suatu hal yang dapat membantu mengurangi terjadinya berbagai masalah di atas, sehingga perlu diteliti seberapa besar kontribusi dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada pensiunan pegawai negeri sipil di kecamatan Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kontribusi dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada pensiunan pegawai di kecamatan Sukoharjo. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1. Melihat gambaran karakteristik demografi responden 2. Mengukur tingkat dukungan sosial pada anggota PWRI di wilayah kecamatan Sukoharjo. 3. Mengukur tingkat depresi pada anggota PWRI di wilayah kecamatan Sukoharjo. 4. Mengetahui kontribusi dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada anggota PWRI di wilayah kecamatan Sukoharjo

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat khususnya bagi para pensiunan, bagi instansi pemerintahan maupun swasta dan bagi institusi pendidikan tinggi keperawatan. 1. Bagi pensiunan Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi yang valid bagaimana gambaran nyata tentang pentingnya dukungan sosial untuk mengatasi depresi pada pensiunan. Dukungan sosial yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. 2. Bagi instansi pemerintahan maupun swasta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran para pengambil kebijakan di institusi pemerintahan atau swasta pentingnya persiapan mental dan fisik para calon pensiunan sehingga mereka dapat menikmati masa pensiun dengan bahagia. 3. Bagi institusi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang masalah psikologis yang sering dihadapi para pensiunan dan bagaimana mengantisipasinya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang tingkat depresi telah banyak dilakukan, sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang khusus membahas tentang besar kontribusi

dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada pensiunan pegawai. Adapun penelitian penelitian yang senada dengan penelitian ini adalah penelitian dua orang psikolog dari Cornell University Amerika, yaitu Jungmeen E. Kim, PhD dan Phyllis Moen, PhD yang berjudul Hubungan antara Pensiun dengan Depresi. Keduanya menemukan bahwa wanita yang baru pensiun cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibanding dengan wanita yang sudah lama pensiun, pria yang baru pensiun cenderung lebih banyak mengalami konflik perkawinan dibanding yang belum pensiun, serta pria yang pensiun dan kembali bekerja memiliki semangat lebih tinggi. Penelitian senada yang lain dilakukan oleh Wirawan H,E, (2005) yang meneliti tentang Peran Dukungan Sosial Dalam Menanggulangi Perasaan Depresi pada Perempuan Pengidap HIV.dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa subyek yang menerima sedikit dukungan sosial memiliki derajat depresi yang lebih tinggi. Sedangkan penelitian Sariwati (2005) dengan judul Hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi pada Penderita Kanker Leher Rahim menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan tingkat depresi pada penderita kanker leher rahim dengan rxy (33) = -0,544 pada p=0,01.