BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

MENYONTEK PADA SISWA- SISWI MAS SIMBANGKULON BUARAN PEKALONGAN. Samiroh Zidni Immawan Muslimin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

PENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Aat Agustini, MKM

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

SELF-REGULATED LEARNING SISWA YANG MENYONTEK (SURVEY PADA SISWA KELAS X DI SMA N 52 JAKARTA UTARA TAHUN AJARAN 2010/2011)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal itu, sekolah-sekolah tidak akan bisa menghindari diri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahkluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia diberi kebebasan dalam mencari ilmu pengetahuan. Salah satu kebebasan mencari ilmu ialah dengan proses pendidikan. Proses pendidikan adalah belajar yang melibatkan mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan, 2008: 2). Pelaksanaan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam bab 2 pasal 3 UUD Republik Indonesia tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Devi Kusrieni dalam Psikopedagogia Universitas Ahmad Dahlan Vol. 2 No.3 2014: 1). Didalam proses pendidikan tidak semua berjalan mulus. Ada berbagai masalah pada saat pembelajaran. Salah satu masalah tersebut ialah menyontek. Fenomena menyontek selalu muncul menyertai aktifitas proses belajar sehari hari serta jarang mendapatan pembahasan dan wacana dalam dunia pendidikan di Indonesia. Menyontek tidak hanya dilakukan oleh individu pada tingkat Sekolah Dasar (SD) bahkan sampai tingkat Pascasarjana (S2 dan S3) (Dody Hartanto dalam Ginanjar Mukti, 2015: 4). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M. Taufiq dan Yuli Azmi di Universitas Esa Unggul dengan jumlah sampel 153

2 responden terbukti memiliki kategori perilaku mencontek rendah sebanyak 77 mahasiswa (50,3%), sedangkan mahasiswa dengan perilaku mencontek tinggi sebanyak 76 mahasiswa (49,7%). Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara self efficacy dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki mahasiswa saat ujian maka semakin rendah perilaku mencontek. Sebaliknya, semakin rendah self efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa saat ujian maka semakin tinggi perilaku mencontek. Perilaku menyontek dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti: menjiplak, menulis contekan di meja atau di telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang di sembunyikan di lipatan baju, bisa juga dengan melihat di buku pedoman atau buku catatan sewaktu ujian (Mulyana dalam M. Taufiq & Yuli Azmi, 2015: 1). Dalam hal ini mahasiswa kurang memiliki kesadaran akan tangungjawab yang dimilikinya. Menurut mahasiswa, menyontek merupakan perilaku yang wajar karena adanya banyak tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan dikarenakan teman-teman mereka juga seringkali menyontek (Hurlock, 2012). Mahasiswa juga menggangap bahwa menyontek merupakan bagian yang normal dalam kehidupan (Smith, Ryan & Diggin, 2012). Maka dari itu mahasiswa seharusnya mampu memahami tugas perkembangan agar dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana mahasiswa. Namun, mereka cenderung mengabaikan hal tersebut. Sehingga mereka mengganggap menyontek sebagai hal yang biasa kemudian telah mendarah daging pada setiap diri individu. Melihat kenyataan tersebut maka dunia pendidikan di Indonesia dalam masa yang memprihatinkan. Untuk itu menyontek seharusnya perlu ditangani dengan segera. Semakin banyak mahasiswa yang menyontek maka pendidikan di

3 Indonesia akan menjadi semakin tidak berkembang. Kemudian, menyontek akan menimbulkan individu menjadi tidak jujur yang saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor (Poedjinoegroho dalam Samiroh, 2015: 2). Adapun yang dimaksud dengan menyontek atau cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah / terhormat dalam medapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis (Bower dalam M. Taufiq & Yuli Azmi, 2015: 1). Menurut Pincus & Schemelkin (dalam Kiki Nurmayasari & Hadjam Murusdi, 2015: 3) perilaku menyontek merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik. Kemudian menurut Mudrikah menyontek merupakan mencuri hasil karya, jerih payah orang lain secara diam diam ataupun terang-terangan (Samiroh & Zidni Immawan dalam Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No.2, 2015: 3). Nadhirah (dalam Samiroh & Zidni Immawan, 2015: 6-7) mengatakan alasan yang menyebabkan mahasiswa menyotek, yaitu berasal dari faktor internal dan faktor eksternal (dalam diri individu dan dari luar individu). Faktor Internal, meliputi: Pertama, konsep diri. Kedua, self-efficacy. Ketiga, inteligensi. Keempat, kecemasan atau ketegangan yang dialami Kelima, gender. Faktor Eksternal, maliputi: Pertama, Kelompok sebaya. Kedua, tekanan untuk mendapatkan nilai dan peringkat tinggi. Ketiga, pengawasan selama ujian/ tes, pengawasan yang tidak ketat. Keempat, jenis materi yang diujikan.

4 Dari faktor yang mempengaruhi mahaiswa melakukan menyontek maka hasil penelitian yang dilakukan oleh Samiroh dan Zidni Immawan Muslimin di MAS Simbangkulon Buaran Pekalongan menyatakan ada hubungan antara konsep diri akademik dan perilaku menyontek. Hal ini terbukti dalam penelitiannya bahwa perilaku menyontek sebesar 27,3% ditentukan oleh faktor konsep diri akademik, sedangkan sisanya sebesar 72,7% dijelaskan oleh faktorfaktor lain. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Sukiati Arini menyatakan ada pengaruh antara tingkat intelegensi dan motivasi belajar individu. Terbukti bahwa 9,3% prestasi akademik dipengaruhi oleh intelegensi dan motivasi belajar, sedangkan sisanya sebesar 90,7% dipengaruhi oleh faktor lain seperti iklim kelas, dukungan sosial dan lain-lain. Intelegensi dan motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Berdasarkan hasil observasi dan kuisioner yang telah peneliti sebar pada mahasiswa BK Reguler A 2016 di Jurusan PPB FIP UNIMED, menyontek telah menjadi masalah yang harus ditangai. Dari sejumlah 26 responden yang diberikan untuk mengisi angket, dapat diketahui sekitar 16 mahasiswa dinyatakan memiliki kebiasaan menyontek kategori tinggi dan 10 orang memiliki kebiasaan menyontek kategori rendah. Adapun kebiasaan yang sering mahasiswa lakukan berdasarkan analisis hasil angket ialah sering cepat datang ke kampus untuk melihat tugas teman, sering menganti jawaban sendiri dengan jawaban teman saat ujian, melakukan copy-paste tugas, serta membuat contekan pada hp. Dalam melakukan kegiatan menyontek tersebut mahasiswa cenderung memanfaatkan peluang. Ketika mereka memiliki peluang untuk meng copy-paste tugas, maupun menganti

5 jawaban saat ujian maka mereka merasa ini akan menguntungkan. Kemudian teman teman disekeliling mereka juga melakukan hal yang sama. Sehingga lingkungan pergaulan mereka sangat mendukung kegiatan tersebut. Selanjutnya ada alasan lain yang menyebabkan mereka menyontek antara lain karena mahasiswa sering kurang paham dengan materi perkuliahan, mereka merasa bahwa mereka tidak mampu mengerjakan tugas yang sulit, kemudian konsep diri negatif yang mereka miliki menyebabkan mereka tidak memiliki harga diri yang tinggi sehingga mahasiswa akan mudah menyontek tanpa memikirkan bahwa hal itu salah. Dari analisis hasil angket pada mahasiswa BK Reguler A 2016 maka peneiti menyimpulkan bahwa kegiatan menyontek yang mereka lakukan menyebabkan mahasiswa memiliki kebiasaan menyontek. Adapun penyebabnya ialah: rendahnya efikasi diri, konsep diri yang dimiliki masih negatif, motivasi belajar rendah, serta lingkungan yang mendukung kebiasaan menyontek dan adanya peluang serta kesempatan untuk menyontek. Dengan demikian perlu dilakukan upaya untuk mengubah pola pemikiran individu. Di dalam penelitian ini peneliti mengambil layanan konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil (Winkel, 1991:485). Peneliti memilih menggunakan layanan konseling kelompok karena masalah menyontek termasuk dalam masalah perkembangan kognitif dan perilaku. Sesuai dengan teori bahwa konseling kelompok bertujuan sebagai media bagi klien, karena dapat meningkatkan pemahaman diri dan berguna untuk perubahan tingkah laku secara individual, seperti merubah individu untuk dapat

6 memahami dirinya sendiri (Winer dikutip Latipun, 2001). Lebih lanjut konseling kelompok dimanfaatkan sebgai proses belajar dan upaya membantu klien dalam pemecahan masalahnya (George dan Cristiani dikutip Latipun, 2001). Kemudian menurut Winkel tindakan ini diberikan dengan mengunakan pendekatan rational emotive therapy (RET). Terapi RET merupakan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan dapat mengakibatkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku (dalam Junieressia Marpaung Jurnal KOPASTA Vol.3 No.1, 2016: 2). Dengan mengunakan rational emotive therapy maka mahasiswa yang menyontek akan disadarkan sehingga dapat merubah pola pemikiran yang irasional menjadi rasional. Selanjutnya dalam RET peneliti akan mengunakan teknik bibliotherapy yang merupakan salah satu jenis terapi yang menggunakan aktivitas membaca suatu literatur untuk mengatasi masalah yang dihadapi seseorang (Sclabassi, 1973). Dalam teknik bibliotherapy individu akan diajak membaca bahan bacaan yang terseleksi, terencana, dan terarah sebagai suatu prosedur treatment atau tindakan dengan tujuan terapeutik karena diyakini bahwa dengan membaca maka pembaca dapat mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku individu sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga peneliti merasa bahwa pemberian layanan konseling kelompok pendekatan RET teknik bibliotherapy akan dapat merubah pemikiran dan sikap mahasiswa untuk mengurangi kebiasaan menyontek.

7 Berdasarkan uraian di atas dan fakta yang terlihat di lapangan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Kelompok Pendekatan RET Teknik Bibliotherapy Terhadap Kebiasaan Menyontek Mahasiswa BK Reguler A 2016 di Jurusan PPB FIP UNIMED T.A 2016 / 2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah adalah: 1. Motivasi belajar mahasiswa rendah 2. Memiliki konsep diri negatif. 3. Self efficacy yang dimiliki mahasiswa rendah. 4. Lingkungan yang mendukung kebiasaan menyontek. 5. Adanya peluang dan kesempatan untuk melakukan menyontek. C. Pembatasan Masalah Berdasrkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Kelompok Pendekatan RET Teknik Bibliotherapy Terhadap Kebiasaan Menyontek Mahasiswa BK Reguler A 2016 di Jurusan PPB FIP UNIMED T.A 2016 / 2017. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah pada penelitian ini perlu dirumuskan permasalahannya. Adapun yang

8 menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Kelompok Pendekatan RET Teknik Bibliotherapy Terhadap Kebiasaan Menyontek Mahasiswa BK Reguler A 2016 di Jurusan PPB FIP UNIMED T.A 2016 / 2017? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Kelompok Pendekatan RET Teknik Bibliotherapy Terhadap Kebiasaan Menyontek Mahasiswa BK Reguler A 2016 di Jurusan PPB FIP UNIMED T.A 2016 / 2017. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat yang dapat ditinjau dari dua segi berikut, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif pada pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling khususnya bagi konselor dalam mengurangi kebiasaan menyontek dikalangan mahasiswa serta dapat memberi pengayaan teori, khususnya yang berkaitan dengan upaya mengurangi kebiasaan menyontek pada mahasiswa mengunakan layanan konseling kelompok pendekatan RET teknik bibliotherapy. 2. Manfaat Praktis

9 Adapun manfaat penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: a. Bagi Mahasiswa 1) Mahasiswa memiliki pemahaman untuk mengurangi kebiasaan menyontek. 2) Mahasiswa merasakan manfaat dari layanan konseling kelompok yang diberikan peneliti. b. Bagi Guru BK 1) Guru BK dapat mengaplikasikan layanan konseling kelompok pendekatan RET Teknik Bibliotherapy dikemudian hari apabila terjadi masalah yang serupa. 2) Guru BK bisa mencontoh pelaksanaan layanan ini dalam menjalankan tugas dan pengabdiannya dalam mencerdaskan anak bangsa. c. Bagi peneliti 1) Peneliti mengetahui bahwa layanan konseling kelompok pendekatan RET Teknik Bibliotherapy berpengaruh dalam pencegahan kebiasaan mencontek mahasiswa. 2) Peneliti belajar mengaplikasikan ilmu bimbingan konseling di dalam lapangan.