BAB 5 HASIL PENELITIAN. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 12 ekor tikus Wistar. Pada kelompok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar

PENGARUH PEMBERIAN ASETAMINOFEN PRE- TREATMENT TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIBERI DOSIS TOKSIK ASETAMINOFEN

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. obat ini dijual bebas di apotik maupun di kios-kios obat dengan berbagai merek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

BAB V HASIL. abrasi ileum melalui laparotomi, umur 8-12 minggu dengan berat badan antara

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. suplementasi vitamin C terhadap jumlah fibroblas dan kolagen padat disekitar

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. ini akan dilaksanakan dari bulan Februari-April tahun 2016.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERUBAHAN KADAR SGOT-SGPT PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

BAB IV HASIL PENELITIAN

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Tikus wistar diadaptasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB III METODE PENELITIAN. Anatomi, Ilmu Jiwa, dan Ilmu Farmakologi. dengan desain penelitian Post Test Only Control Group Design dimana

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan jenis New Zealand

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

DAFTAR ISI. viii. xii xiii xiv xv xvi

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

Gambar 1. Ekstrak daun sukun

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama bulan November 2012 di LPPT UGM

PENGARUH PEMBERIAN MERKURI PER ORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LIVER TIKUS WISTAR LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian hewan coba pengaruh infiltrasi levobupivakain

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

Ibnu Sina Biomedika Volume 1, No.1 (2017) 17

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Animal Care Universitas Negeri

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

PENGARUH EKSTRAK DAUN Apium graviolens TERHADAP PERUBAHAN SGOT/SGPT TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR KARBON TETRAKLORIDA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian. pretest postest randomized controlled group design. Dua kelompok penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Sampel penelitian ini berjumlah 30, dimana masing-masing kelompok terdiri

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HEPAR SELAMA 28 HARI (Studi pada tikus wistar)

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL. 24 Universitas Indonesia. Hubungan kadar..., Krishna Pandu W., FK UI., 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Jejas hati imbas obat (drug-induced liver injury; DILI) atau biasa dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Data dasar Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 12 ekor tikus Wistar. Pada kelompok Kontrol (K), darah diambil pada awal dan akhir perlakuan. Sedangkan pada kelompok Perlakuan (P), darah diambil di awal penelitian, 1 hari setelah pemberian pretreatment serta pada akhir perlakuan. Hasil pemeriksaan kadar ALT dan AST pada kedua kelompok perlakuan adalah sebagai berikut : Tabel 4. Kadar AST dan ALT sebelum, 1 hari setelah pretreatment dan akhir perlakuan. Uji Saphiro- Wilks ( nilai p > 0,05 ) pada semua data menunjukkan bahwa distribusi data adalah normal. Kontrol Perlakuan Rerata AST Rerata ALT Rerata AST Rerata ALT Sebelum perlakuan 28.42 ( SE 3,21 ) 78.7 ( SE,99 ) 25.90 ( SE 2,28 ) 5.42 ( SE,27 ) p 0,254 0,23 0,804 0,281 1 hari setelah pretreatment 348,79 ( SE 118,3 ) 1154,2 (SE 491,87) p Akhir perlakuan 873,03 ( SE 88,3 ) 1119.82 (SE 15,99) 0,318 0,17 0,24 (SE 1043,05 (SE 110,2) 202,88) p 0,80 0,551 0,284 0,20 39

Setelah pengambilan darah pada akhir perlakuan, tikus dimatikan dengan cara dislokasi serviks. Organ hepar yang sudah diambil lalu diolah mengikuti metode baku histologi dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Hasil pembacaan derajat kerusakan hepatosit adalah sebagai berikut : Tabel 5. Derajat kerusakan hepatosit setelah pemberian 1000 mg/kgbb asetaminofen. Derajat kerusakan hepatosit 0 1 2 3 4 5 Kontrol 0 0 0 1 1 4 Perlakuan 0 0 4 2 0 0 Keterangan : 0 = Tanpa nekrosis hepatosit 1 = 1 10% nekrosis hepatosit 2 = 11 25 % nekrosis hepatosit 3 = 2 40 % nekrosis hepatosit 4 = 41 50 % nekrosis hepatosit 5 = > 50 % nekrosis hepatosit 5.2 Analisis Data 5.2.1 Kadar AST Pada ontrol (K), terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara kadar AST awal penelitian dan pada akhir penelitian ( p = 0,00 ) dengan korelasi kuat ( r = 0,77 ). Sedangkan pada kelompok Perlakuan (P), terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara kadar AST awal penelitian dengan kadar AST 1 hari setelah pemberian asetaminofen pretreatment (p=0,043). Namun tidak terdapat perbedaan rerata bermakna antara kadar AST 1 hari setelah pemberian asetaminofen pretreatment dengan kadar AST akhir penelitian pada kelompok P ( p = 0,115 ). 40

1200 1000 # keterangan AST sblm perlakuan 800 AST akhir perlakuan 00 AST sblm perlakuan 400 kelompok P AST 24 jam stlh pre 200 treatment kelompok P AST akhir perlakuan 0 N = Kelompok P jenis perlakuan Grafik 1. Grafik box plot kadar AST sebelum dan sesudah pemberian dosis 1000 mg/kgbb asetaminofen pada tikus ontrol dan Perlakuan. Tanda () menunjukkan perbedaan bermakna ( p < 0,05 ) dibandingkan awal penelitian. Tanda (#) menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna ( p > 0,05 ) rerata kadar AST 24 jam setelah pretreatment dengan akhir perlakuan. Beda rerata kadar AST awal penelitian antara K dan P adalah 2,51 IU/L. Pada uji beda rerata tidak didapatkan perbedaan yang bermakna ( p = 0,538 ). Pada akhir penelitian, beda rerata antara K dan P sebesar 2,79mg/dl. Pada uji beda rerata didapatkan nilai p = 0,08 ( p > 0,05 ) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna kadar AST akhir penelitian antara dan P. 5.2.2 Kadar ALT Pada, terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara kadar ALT awal penelitian dan pada akhir penelitian ( p = 0,002 ) dengan korelasi kuat ( r = 0,2 ). Sedangkan pada kelompok Perlakuan (P), tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara kadar ALT awal penelitian dengan kadar ALT 1 hari setelah pemberian 41

asetaminofen pretreatment (p=0,07). Demikian pula pada kadar ALT 1 hari setelah pemberian asetaminofen pretreatment dengan kadar ALT akhir penelitian pada kelompok P tidak terdapat perbedaan rerata bermakna ( p = 0,843 ). 4,000 3 keterangan 3,000 ALT sblm perlakuan ALT akhir perlakuan 2,000 # # ALT sblm perlakuan kelompok P 1,000 ALT 24 jam stlh pre treatment kelompok P ALT akhir perlakuan 0 Kelompok P N = kelompok perlakuan Grafik 2. Grafik Box plot kadar ALT sebelum dan sesudah pemberian dosis 1000 mg/kgbb asetaminofen pada tikus ontrol dan Perlakuan. Tanda () menunjukkan perbedaan bermakna ( p < 0,05 ) dibandingkan awal penelitian. Tanda (#) menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna ( p > 0,05 ) rerata kadar ALT 24 jam setelah pretreatment dengan akhir perlakuan. Beda rerata kadar ALT sebelum perlakuan pada kedua kelompok adalah 13,34 IU/L. Pada uji beda rerata kadar ALT sebelum perlakuan antara K dan P tidak didapatkan perbedaan yang bermakna ( p = 0,19 ). Pada akhir penelitian, beda rerata antara K dan P sebesar 7,77mg/dl. Pada uji beda rerata didapatkan nilai p = 0,77 ( p > 0,05 ) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna kadar ALT akhir penelitian antara dan P. 42

5.2.3 Hubungan antara kadar AST dengan kadar ALT Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kadar AST dengan kadar ALT pada akhir penelitian, memakai uji korelasi Pearson. Nilai p = 0,134 ( p > 0,05 ) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar AST dengan kadar ALT darah pada akhir penelitian. 5.2.4 Derajat kerusakan hepatosit Untuk mengetahui perbedaan derajat kerusakan hepatosit pada akhir penelitian antara dan P dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Terdapat perbedaan bermakna ( p = 0,031 ) derajat kerusakan hepatosit antara dan kelompok P, dengan derajat kerusakan lebih berat pada dibandingkan kelompok P. 5.2.5 Hubungan derajat kerusakan hepatosit dengan kadar AST darah Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara derajat kerusakan hepatosit dengan kadar AST darah pada akhir penelitian, memakai uji korelasi Spearman. Nilai p = 0,1 ( p > 0,05 ) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara derajat kerusakan hepatosit dengan kadar AST pada akhir penelitian. 5.2.5 Hubungan derajat kerusakan hepatosit dengan kadar ALT darah Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara derajat kerusakan hepatosit dengan kadar ALT pada akhir penelitian, memakai uji korelasi Spearman. Nilai p = 0,524 ( p > 0,05 ) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara derajat kerusakan hepatosit dengan kadar ALT darah pada akhir penelitian. 43