Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

LAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR

Tabel.1. Data Absorbansi Larutan Standar Unsur Nikel ( Ni ) Bulan II 0,0000 0,0000 0,0100 0,0015 0,0200 0,0030 0,0300 0,0044 0,0400 0,0057

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA

KUESIONER PENELITIAN

Tabel Lampiran 2. Sifat fisik dan kimia air permukaan

LAMPIRAN F. Persyaratan Kualitas Air Minum

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

III. METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

BAB III METODE PENELITIAN

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Universitas Sumatera Utara

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

LAMPIRAN 1. Foto Dokumentasi Lokasi Sampel Kualitas Air

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 582 TAHUN 1995 TENTANG

SLHD Kabupaten Sinjai Tahun 2013 BUKU DATA I- 1

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

TARIF LINGKUP AKREDITASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku

V. KESIMPULAN DAN SARAN

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

Lampiran F - Kumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

KAJIAN KUALITAS AIR SUMUR SEBAGAI SUMBER AIR MINUM DI KELURAHAN GUBUG KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Lampiran 1. Tata cara pengukuran untuk SO 4 2-, PO 4 3-, Alkalinitas Total, COD, dan BOD

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

Lampiran I. Gambar Sampel. Air setelah penambahan pree chlorination

Air mineral SNI 3553:2015

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

OPTIMALISASI METODE ELECTROPLATTING KOAGULASI TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM ZINKUM (Zn) PADA AIR BUANGAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KARET

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

Air mineral alami SNI 6242:2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BAKU MUTU AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

ANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

DO = ml sampel. ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD

LAMPIRAN A : KOMPILASI DATA KUESIONER. Tabel 1 Perhitungan Profil Sosial-Ekonomi

makhluk hidup untuk menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya setiap hari. Tanpa air dapat dikatakan tidak akan ada kehidupan.

ARAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BLOK OFFICE KABUPATEN MALANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

Transkripsi:

97 Lampiran 1 ph Alat Ukur : ph meter Prosedur Pengukuran 1. Kalibrasi dengan larutan buffer sampai ph 4 2. Pengukuran ph air gambut (dicelupkan ph meter ke air gambut) 3. Dicatat berapa ph yang terukur 4. ph meter diangkat dan dibilas dengan aquades 5. Prosedur 2 4 diulangi sebanyak tiga kali Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph Pengambilan Sampel SEBELUM SESUDAH 1 4,7 6,9 2 4,6 6,8 3 4,8 6,7 RATARATA 4,7 6,8

98 Lampiran 2 Turbidity (Kekeruhan) ALAT LARUTAN INDUK RANGE VOLUME AIR GAMBUT : TURBIDIMETER DRT 100B HF SCIENTIFIC. INC : FORMAZIN 0,1 NTU : 0,10 0,19 NTU : 200 ml Prosedur Analisa : Dihubungkan alat turbidimeter dengan arus listrik. Dibiarkan kurang lebih 15 menit. Dimasukkan sampel ke dalam KUVET dan diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara. Dikeringkan KUVET dengan tissue. Diukur turbiditas sampel dengan mengkalibrasikan alat terlebih dahulu dengan Formazin 0,1 NTU dengan melihat angka pertama yang muncul. Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak tiga kali (3x). Hasil seperti tabel berikut : Tabel 2 Hasil analisa turbiditas sebelum dan sesudah elektrokoagulasi TURBIDITAS (NTU) Pengambilan Sampel SEBELUM SESUDAH 1 D1 = 66,9 D1= 0,98 2 D2 = 76,4 D2 = 0,94 3 D3 = 74,0 D3 = 0,94 RATARATA 72,43 0,953

99 Lampiran 3 Total Organik Prosedur Analisa 100 ml air gambut Ditambahkan 30 ml petroleum benzena (boil point 60 80 0 C) Diekstrasikan Di ambil lapisan atas Dikeringkan dengan Nitrogen (N 2 ) Di timbang residu Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak tiga kali (3x) Hasil seperti tabel berikut : Tabel 3 Hasil analisa total organik sebelum dan sesudah elektrokoagulasi TOTAL ORGANIK (GRAM) Pengambilan Sampel SEBELUM SESUDAH 1 0,0255 0,0200 2 0,0230 0,0190 3 0,0220 0,0180 RATARATA 0,0235 0,0190

100 Lampiran 4 Warna Perhitungan Konsentrasi Warna Warna pada air gambut disebabkan karena adanya partikel koloid organik yang merupakan dekomposisi dari tanaman. Konsentrasi warna air gambut diukur dengan metode platinakobalt (PtCo), karena metode ini digunakan untuk mengukur warna air yang dapat diminum dan air berwarna yang disebabkan oleh bahanbahan yang terbentuk secara alami seperti dekomposisi asamasam organik dari daundaunan, kulit kayu, akar, bahanbahan humus dan tanah gambut (Standard Method 2120B). Pengukuran ini berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh American Standards of Treatment and Method (ASTM) yaitu ASTM D1209, suatu metode standar untuk menguji cairan berwarna yang jernih (skala PtCo). Larutan yang diukur adalah larutan dengan warna yang mendekati warna larutan standar skala warna PtCo. Pada penelitian ini pengukuran konsentrasi warna dilakukan secara spektrofotometri. Larutan induk yang digunakan dengan konsentrasi 500 ppm (500 PtCo) dibuat sesuai prosedur, dan harus memiliki absorbansi yang sesuai dengan batas yang dikeluarkan oleh ASTM seperti tercantum pada tabel 4 berikut: Tabel 4 Batas absorbansi larutan induk PtCo pada berbagai panjang gelombang Panjang Gelombang Absorbansi 430 0.110 0.120 455 0.130 0.145 480 0.105 0.120 510 0.055 0.065 Hasil pengukuran dengan spektrofotometer terhadap larutan induk konsentrasi 500 PtCo pada penelitian ini tercantum pada tabel 5 berikut :

101 (Lanjutan) Tabel 5 Absorbansi larutan induk PtCo pada berbagai panjang gelombang Panjang Gelombang Absorbansi 430 0.1105 455 0.1316 480 0.1058 510 0.0549 Nilai absorbansi hasil pengukuran (Tabel 5) yang diperoleh masih berada dalam batas yang ditetapkan ASTM. Pada penelitian ini dipakai panjang gelombang pengukuran sebesar 300 nm. Panjang gelombang 300 nm yang dipakai didasarkan pada panjang gelombang maksimum larutan standar skala warna PtCo yang digunakan pada penelitian ini : Tabel 6 Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar PtCo dengan Spektrofotometer uvvis pada panjang gelombang 300 nm. No Konsentrasi PtCo (ppm) Absorbansi 1 0 0.000 2 10 0.244 3 20 0.471 4 30 0.698 5 40 0.925 6 50 0.998

102 (Lanjutan) Gambar 1 Spektrum absorpsi larutan standar skala warna PtCo.

103 (Lanjutan) Penurunan Persamaan Garis Regresi. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar PtCo pada tabel 6 diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear yang diturunkan dengan metode Least Square dengan perhitungan seperti tabel di bawah ini : Tabel 7 Tabulasi data hasil pengukuran absorbansi untuk menentukan persamaan Regresi. No Xi Yi Xi X YiY (XiX ) 2 (YiY ) 2 (XiX ) (YiY ) 1 0 0.000 25 0.556 625 0.309 13.900 2 10 0.244 15 0.312 225 0.097 4.680 3 20 0.471 5 0.085 25 0.007 0.425 4 30 0.698 5 0.142 25 0.020 0.710 5 40 0.925 15 0.396 225 0.157 5.940 6 50 0,998 25 0.442 625 0.195 11.05 Σ 150 3.336 0 0 1750 0,785 36.705 Rerata 25 0.556 Keterangan : Xi = Konsentrasi larutan standar (ppm PtCo) Yi = Absorbansi larutan standar, diukur dengan spektrofotometer uvvis X dan Y = ratarata untuk Xi dan Yi Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis. Y = a + bx (1) dengan a = intersept ; b = slope Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square dengan mensubstitusikan hargaharga yang tercantum pada tabel 7. ' ' ( Xi X )( Yi Y ) ' ( Xi X ) 36.705 b = = = 0. 02097 (2) 2 1750 Dari persamaan garis Y = a + bx ; a = Y bx (3)

104 (Lanjutan) Dengan mensubstitusikan nilai ratarata Y dan ratarata X, ke persamaan (3) maka diperoleh : a = 0.556 (0.021) 25 a = 0.031 (4) Sehingga persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 0.031 + 0.021X (5) Perhitungan Koefisien Korelasi Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut r = r = 0,9903 {( Xi X ) ( Yi Y )} 2 2 { ( Xi X ) }{ ( Yi Y) } = 36,705 = (1750)(0,785) 36,705 1373,75 = 36,705 37,064 Setelah diperoleh persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r) pada pengukuran larutan standar maka absorbansi dari larutan standar diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar seperti gambar berikut : Absorbansi 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 y = 0.031 + 0.0021 x r = 0.9903 0.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 Konsentrasi (ppm) Larutan Standar Garis Linear Kurva Kalibrasi Larutan Standar PtCo Gambar 2 Kurva Kalibrasi larutan standar PtCo

105 (Lanjutan) Perhitungan konsentrasi (X) untuk sampel air gambut adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui konsentrasi air gambut dalam ppm PtCo, terlebih dahulu sampel air gambut diencerkan hingga 10 kali. Ratarata absorbansi yang dihasilkan sampel yang diencerkan ini besarnya 0.2282. Dengan mensubstitusikan hasil ke persamaan (5) maka diperoleh : X = 9.4295 (6) Karena pengenceran terhadap sampel air gambut dilakukan hingga 10 kali maka konsentrasi sebenarnya dari sampel air gambut adalah : 10 x 9.4295 = 94.295 (7) Jadi dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sampel air gambut adalah 94.295 ppm PtCo, yang merupakan konsentrasi air gambut mulamula (sebelum dielektrokoagulasi). Cara yang sama dilakukan untuk menghitung konsentrasi sampel air gambut akhir (sesudah di proses dengan metode elektrokoagulasi). Ratarata absorbansi yang dihasilkan sampel sesudah diproses dengan metode elektrokoagulasi adalah 0.1937. Dengan mensubstitusikan hasil yang diperoleh ke persamaan (5) maka diperoleh X = 7.746. Nilai X merupakan konsentrasi sampel air gambut sesudah diproses dengan metode elektrokoagulasi yaitu sebesar 7.746 ppm PtCo. Hasil seperti tabel berikut : Tabel 8 Hasil analisa warna sebelum dan sesudah proses elektrokoagulasi WARNA (PtCo) Pengambilan Sampel ABSORBANSI SEBELUM ABSORBANSI SESUDAH 1 0.2262 93.565 0.183 7.238 2 0.2287 94.653 0.195 7.809 3 0.2298 94.666 0.203 8.190 RATARATA 0.2282 94.295 0.1937 7.746

106 LAMPIRAN 5 HASIL ANALISA LOGAM DENGAN SSA HASIL ANALISA COD DAN BOD UNTUK PENGAMBILAN SAMPEL I

107 LAMPIRAN 6 HASIL ANALISA LOGAM DENGAN SSA HASIL ANALISA COD DAN BOD UNTUK PENGAMBILAN SAMPEL II

108 LAMPIRAN 7 HASIL ANALISA LOGAM DENGAN SSA HASIL ANALISA COD DAN BOD UNTUK PENGAMBILAN SAMPEL III

109 Lampiran 8 Pengukuran Kadar Aluminium (Al) Pengukuran Kadar Aluminium (Al) dari Hasil Elektrokoagulasi Air Gambut dengan Penambahan Larutan Tawas Tabel 1 Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Al dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). No Kadar Al (mg/l) Absorbansi (A) 1 0,0200 0,0018 2 0,0400 0,0035 3 0,0600 0,0051 4 0,0800 0,0065 5 0,1000 0,0081 Penurunan Persamaan Garis Regresi. Hasil pengukuran absorbansi seri larutan standar Aluminium pada tabel 1 diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear yang diturunkan dengan metode Least Square dengan perhitungan seperti tabel di bawah ini : Tabel 2 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square. No Xi Yi (A) (XiX) (YiY) (XiX)² (YiY)² (XiX) (YiY) 1 0,0200 0,0018 0,0400 0,0032 0,00160000 0,00001024 0,00012800 2 0,0400 0,0035 0,0200 0,0015 0,00040000 0,00000225 0,00003000 3 0,0600 0,0051 0,0000 0,0001 0,00000000 0,00000001 0,00000000 4 0,0800 0,0065 0,0200 0,0015 0,00040000 0,00000225 0,00003000 5 0,1000 0,0081 0,0400 0,0031 0,00160000 0,00000961 0,00012400 0,3000 0,0250 0,0000 0,0000 0,00400000 0,00002436 0,00031200 Keterangan : Xi = Konsentrasi dan Yi = Absorbansi Χ 0,3000 Dimana X rata rata : Χ= = = 0, 0600 n 5

110 (Lanjutan) Harga Y rata rata : Υ 0,0250 Y = = = 0,0050 n 5 Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : Y = ax + b (1) Dengan a = slope dan b = intersept Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square sebagai berikut : a = {( Xi X )( Yi Y )} ( Xi X ) 0,00031200 = = 0,07800 0,00400000 Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,07800 Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan (1) : b= Y ax (3) = 0,0050 (0,07800x 0,0600) = 0,00032 Sehingga diperoleh harga intersep (b) = 0,00032 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah: Y = 0,07800 X + 0,00032 (4) 2 (2) Perhitungan Koefisien Korelasi Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut r = {( Xi X ) ( Yi Y )} 2 2 { ( Xi X ) }{ ( Yi Y ) } 0,00031200 0,00031200 = = (0,00400000)(0,00002436) 0,000000097 r = 0,9995 = 0,00031200 0,000312153 Sehingga diperoleh harga koefisien korelasi (r) : 0,9995 Setelah diperoleh persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r) pada pengukuran larutan standar maka absorbansi dari larutan standar diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar seperti gambar berikut :

111 (Lanjutan) 0,0100 A b sorb ansi 0,0080 0,0060 0,0040 0,0020 Y = 0,07800 X + 0,00032 r = 0,9995 0,0000 0,0000 0,0200 0,0400 0,0600 0,0800 0,1000 0,1200 Konsentrasi Larutan Standar Al Larutan Standar Linear (Garis Linear) Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Al dengan Tawas Penentuan Kadar Al Kadar Al dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap garis regresi dan kurva kalibrasi Y = 0,07800 X + 0,00032 sehingga diperoleh konsentrasi Al. Tabel 3 Konsentrasi Al Hasil Analisa dari Elektrokoagulasi Air Gambut Dengan Penambahan Tawas Pengambilan Sampel Konsentrasi Al (mg/l) Absorbansi Sebelum Absorbansi Sesudah 1 0,0032 0,0374 0,0071 0,0873 2 0,0042 0,0499 0,0052 0,0624 3 0,0013 0,0124 0,0032 0,0374 RataRata 0,0029 0,0332 0,0052 0,0624

112 Lampiran 9 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 2. KIMIA A. Bahan bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan) Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan Yang diperbolehkan 1 2 3 4 Antimony Air raksa Arsenic Barium Boron Cadmium Kromium Tembaga Sianida Fluoride Timah Molybdenum Nikel Nitrat (sebagai NO 3 ) Nitrit (sebagai NO 2 ) Selenium 0.005 0.001 0.01 0.7 0.3 0.003 0.05 2 0.07 1.5 0.01 0.07 0.02 50 3 0.01 B. Bahan bahan inorganik (yg mungkin dapat menimbulkan keluhan konsumen) Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan Yang diperbolehkan 1 2 3 4 Ammonia Alumunium Klorida Copper Kesadahan Hidrogen Sulfida Besi Mangan ph Sodium Sulfate Total Padatan Terlarut Seng mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 1.5 0.2 250 1 500 0.05 0.3 0.1 6.5 8.5 200 250 1000 3

113 (Lanjutan) 4. FISIK Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan Yang diperbolehkan 1 2 3 4 Parameter Fisik Warna TCU 15 Rasa dan Bau Tidak berbau dan Temperatur 0 C Suhu udara ± 3 0 C berasa Kekeruhan NTU 5 MENTERI KESEHATAN RI, Dr. ACHMAD SUJUDI

114 Lampiran 10 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air No. Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1 Temperatur 0 C Deviasi 3 Keterangan Deviasi temperatur dari keadaan alaminya 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Residu terlarut Residu tersuspensi ph BOD 5 COD DO PO 4 3 sebagai P NO 3 sebagai N NH 3 N NH 2 N Arsen Kobalt Barium Kadmium Khrom (VI) Tembaga Besi Timbal Mangan Air Raksa Seng Khlorida Sianida Flourida Sulfat Khlorida bebas S sebagai H 2 S Fecal coliform Total coliform GrossA GrossB Minyak dan Lemak Detergen sbg MBAS Fenol BHC Aldrin/Dieldrin Chlordane DDT Heptachlor dan Heptachlor epoxide Lindane Methoxychlor Endrin Toxaphan Jml/100 ml Jml/100 ml Bq/L Bq/L ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l ug/l 1000 50 6 9 2 10 6 0.2 10 0.5 0.06 0.05 0.2 1 0.01 0.05 0.02 0.3 0.03 0.1 0.001 0.05 0.02 0.5 400 0.03 0.002 100 1000 0.1 1 1000 200 1 210 17 3 2 14 50 35 1 5 Pengelolaan air minum secara konvensional 5000 Pengolahan air minum secara konvensional 1 Pengelolaan air minum secara konvensional 1 Pengelolaan air minum secara konvensional 5 Pengelolaan air minum secara konvensional 0.1 Pengelolaan air minum secara konvensional 5

115 (Lanjutan) Keterangan : mg = milligram ug = mikrogram ml = milliliter L = liter Bq = Bequerel MBAS = Methylen Blue Aktive Substance ABAM = Air Baku Untuk Minum Logam berat merupakan logam terlarut Nilai di atas merupakan nilai maksimum kecuali untuk ph dan DO Bagi ph merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum Nilai DO merupakan nilai minum Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda adalah lebih besar atau sama dengan

116 Lampiran 11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH No. PARAMETER Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan 1 2 3 4 5 FISIKA Bau Jumlah Zat padat Terlarut (TDS) 1.500 Kekeruhan 25 Rasa Suhu Suhu udara ± 3 0 C Warna 50 B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. KIMIA Air Raksa Arsen Besi Fluorida Kadmium Kesadahan Klorida Kromium, Valensi 6 Mangan Nitrat sebagai N Nitrit sebagai N ph Selenium Seng Sianida Sulfat Timbal Kimia Organik Aldrin dan Dieldrin Benzena Benzo(a) pyrene Chlordane (total isomer) Colorofom 2,4 D DDT Detergen 1,2 Discloroethane 1,1 Discloroethane Heptaclor dan Heptaclor epoxide Hexachlorobenzene GammaHCH (Lindane) Methoxychlor Pentachlorophanol Skala NTU 0 C Skala TCU 0,001 0,05 1,0 1,5 0,005 500 600 0,05 0,5 10 1,0 6,59,0 0,01 15 0,1 400 0,05 0,0007 0,01 0,00001 0,007 0,03 0,10 0,03 0,5 0,01 0,0003 0,003 0,00001 0,004 0,10 0,01 Tidak Berbau Tidak berasa Merupakan batas min. dan maks. khusus air hujan ph min. 5,5

117 16. 17. 18. Pestisida Total 2,4,6 urichlorophenol Zat organik (KMnO4) 0,10 0,01 10

118 Lampiran 12 Dokumentasi (fotofoto) model fisik (lokasi pengambilan Sampel dan perangkat model pengolahan air gambut)

119 (Lanjutan)

120 (Lanjutan)