BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

PENDAHULUAN. hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian balita (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan yang paling

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT ISPA PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan sebagai penyebab kesakitan dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT ISPA PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengentasan kemiskinan. Salah satu tujuan MDGs yaitu mengurangi

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB III METODE PENELITIAN. dicapai, penelitian ini menggunakan jenis studi Deskriptif, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. negara, dan Indonesia menduduki tempat ke-6, dengan jumlah kasus 6 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal akibat pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Menurut WHO 2006, diantara 5 kematian balita 1 diantaranya disebabkan oleh penyakit ISPA Pneumonia, bahkan akibat besarnya kematian akibat penyakit ISPA Pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak banyak perhatian masyarakat terhadap penyakit ini sehingga pneumonia disebut sebagai pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten killer of children (Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat Indonesia, sekitar 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Kasus batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sekitar 2-3 kali per tahun. Berdasarkan bukti bahwa faktor resiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian balita karena pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian balita dimana sekitar 70% terjadi di sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara.

Penelitian terkini masih menunjukkkan Streptococcus Pneumonia, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak (Rudden et al Bulletin WHO 2008) (Kemenkes RI, 2011) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Menurut data Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1000 kelahiran hidup, data tersebut meningkat1 dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,50/1000 kelahiran hidup. Dari data tersebut Jawa Tengah masih jauh menjangkau cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke empat tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab AKABA adalah penyakit pneumonia, di Jawa Tengah peresentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 24,74% data tersebut lebih sedikit dibandingkan tahun 2011 sebesar 25,5%, sedangkan kasus yang ditemukan sebanyak 64.242 kasus, angka ini masih sangat jauh untuk mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%). Pneumonia merupakan suatu penyakit radang infeksi akut yang masih tergolong ISPA yang telah mengenai paru. Gejala penyakit ISPA Pneumonia yaitu batuk, demam, napas sesak. Selain gejala tersebut pneumonia juga disebabkan oleh gizi buruk, gizi buruk menimbulkan sistem imun tubuh melemah sehingga virus, bakteri, kuman dan parasit bisa menyerang tubuh (Dinkes Jateng, 2012). Berdasarkan hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 menyatakan

bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di kota Semarang menduduki peringkat ke tiga belas sebesar 119 per 1.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA) menduduki peringkat ke sepuluh sebesar 146 per 1.000 kelahiran hidup (KH). Data diatas menunjukkan bahwa perbandingan AKB dengan AKABA menunjukkan bahwa AKABA lebih tinggi dibandingkan angka AKB (Dinkes Jateng, 2013). Hasil survey kota Semarang tahun 2011 menunjukkan bahwa AKABA sebanyak 70 anak dari 25.852 kelahiran hidup (laporan puskesmas), sehingga AKABA kota Semarang diperoleh sebesar 2,7 per 1.000 KH. Data tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi penurunan yakni 3,5 per 1.000 KH. Di kota Semarang jumlah penderita pneumonia usia 1-4 tahun sebanyak 2.900 balita dan jumlah pneumonia berat 1-4 tahun sebanyak 12 balita (DKK Semarang, 2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012 tentang AKABA sebanyak 44 anak dari 27.448 kelahiran hidup, sehingga AKABA diperoleh sebanyak 1,6 per 1.000 KH. Data tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2011 AKABA mengalami penurunan yakni 3,5 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target Millenium Developmen Goals (MDGs) yang menetapkan bahwa AKABA tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKABA kota Semarang telah dibawah target yaitu 1,6 per 1.000 KH (DKK Semarang, 2012). 10 besar pola penyakit yang mematikan di puskesmas kota Semarang yaitu pneumonia, pneumonia menduduki

peringkat kedua setelah yang pertama yaitu penyakit hipertensi. Data penderita penyakit pneumonia yaitu 8.671 per 1.000 KH (DKK Semarang, 2012). Data Puskesmas penderita ISPA dan pneumonia pada balita tahun 2013 yaitu Puskesmas Candi Lama penderita ISPA (99 jiwa), Puskesmas Mijen pneumonia (125 jiwa) dan Puskesmas Ngesrep (400 jiwa). Dari hal yang telah diuraikan di atas dan dari hasil survey tahun 2012 yang menunjukkan bahwa puskesmas yang memiliki Incident Rate (angka kejadian) pneumonia melebihi target tertinggi adalah Puskesmas Candi Lama yaitu 620 jiwa, tetapi dalam data DKK terdapat kesalahan teknis data tertinggi DKK penderita Pneumonia adalah Candi Lama sebesar 620 jiwa, padahal di Puskesmas Candi Lama tidak ada satupun yang menderita Pneumonia, kemudian di Puskesmas Mijen juga terdapat jumlah sedikit dan tidak mencukupi batas minimal sampel penelitian yaitu 30 sampel, akhirnya data diambil di Puskesmas Ngesrep tahun 2013 yaitu berjumlah 400 jiwa, sehingga penulis tertarik mengambil penelitian tentang GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA DAN CARA PENANGANAN PADA ANAK BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita di wilayah Puskesmas Ngesrep Kota Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita di wilayah Puskesmas Ngesrep Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan sosial ekonomi b. Menggambarkan pengetahuan ibu tentang pneumonia pada anak balita di wilayah Puskesmas Ngesrep Kota Semarang c. Menggambarkan pengetahuan ibu tentang cara penanganan pada anak balita di wilayah Puskesmas Ngesrep Kota Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita di wilayah Puskesmas Ngesrep Kota Semarang

b. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan informasi untuk memiliki perhatian terhadap pneumonia dan cara penanganan pada anak balita 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan khususnya pelayanan pneumonia dan cara penanganan pada anak balita b. Bagi Profesi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi bidan untuk lebih menegaskan kepada seluruh bidan tentang pelayanan pneumonia dan cara penanganan pada anak balita agar dapat teratasi. c. Bagi Klien dan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terhadap pneumonia dan cara penanganan pada anak balita, sehingga angka kematian balita di Indonesia, provinsi, kota maupun kabupaten dapat teratasi agar sesuai dengan target peraturan pemerintah yang telah di buat.

E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian tentang Pneumonia No Nama Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian 1 Yuli Handayani Gambaran Tingkat Metode penelitian (2010) Pengetahuan Ibu yang digunakan Tentang Penyakit adalah deskriptif Ispa Pneumonia dengan Pada Balita Di pendekatan cross Puskesmas sectional yakni Bangetayu Kota jumlah populasi Semarang 118 ibu dari balita penderita pneumonia diambil samapel sebanyak 54 ibu dari balita penderita ispa pneumonia,teknik sampling yang digunakan probability sampling dan instrumennya kuesioner 2 Sarika Mauli Karakteristik Balita Penelitian ini (2013) Yang Menderita menggunakan Pneumonia Di survey deskriptif Wilayah Kerja dengan Puskesmas Sigli pendekatan cross Kabupaten Pidie sectional populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sigli Kabupaten Pidie sebesar 392 dan sampel sebanyak 77 orang dengan menggunakan kuesioner Hasil Penelitian Hasil penelitian sebagian besar ibu dari balita penderita ispa pneumonia pada usia reproduktif latar belakang pendidikan SLTP/SLTA dan pendapatan kurang yaitu dibawah pendapatan perkapita Hasil penelitian menunjukkan responden menderita pneumonia berumur balita sebanyak 42 orang. berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang dan berstatus imunisasi lengkap sebanyak 55 responden 3 Heny Sapto Wahyuningsih (2013) Hubungan persepsi ibu tentang peran serta tenaga kesehatan dengan perilaku pencegahan pneumonia pada balita usia 0-5 Data yang dikumpulkan dianalisa secara univariat dan bivariat dan semua alat ukur digunakan dilakukan uji ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu tentang peran serta tenaga kesehatan dengan perilaku pencegahan

tahun di puskesmas ngesrep kota semarang validitas rebilitas dan pneumonia pada balita usia 0-5 tahun di puskesmas ngesrep kota semarang Dari keaslian penelitian diatas variabel yang membedakan yaitu variabel penelitian, sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian. Pada penelitian yang akan dilakukan ialah gambaran pengetahuan ibu tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita di wilayah Puskesmas Ngesrep Kota Semarang dengan metode jenis penelitian deskriptif dan pendekatan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu Yuli Handayani menggunakan dengan variabel bebas umur, pendidikan, umur, sosial ekonomi dan variabel terikat pengetahuan tentang ISPA Pneumonia, penelitian dilakukan pada bulan mei-juni 2010 di puskesmas Bangetayu Semarang dan sampel penelitian berjumlah 54 orang. Heny Sapto menggunakan variabel bebas yaitu persepsi ibu balita tentang peran tenaga kesehatan dan variabel terikat perilaku pencegahan pneumonia pada ibu balita dengan jenis penelitian analitik, rancangan cross sectional, penelitian dilakukan pada bulan maret-mei 2013, sampel 84 responden. Sarika Mauli menggunakan variabel bebas yaitu umur, jenis kelamin, status ekonomi dan variabel terikat yaitu balita pneumonia, penelitian dilakukan pada bulan agustus 2013 di puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie, jenis penelitian survey bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional, jumlah populasi 329 orang dengan sampel 77 responden.