BAB 2 DATA DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE SOSIAL SAVE SUMATRAN TIGER

Siaran Pers Tegaskan komitmen, perberat hukuman dan lindungi harimau sumatera

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

RENCANA STRATEGIS

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Morfologi

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

PANTHERA MERAYAKAN KESUKSESAN ATAS UPAYA KONSERVASI HARIMAU SUMATRA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Mengenal Satwa Liar dan Teknik Perlindungannya

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

KERANGKA KERJA (SCOPE OF WORK) DAN UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

Tiger (Panthera tigris) Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

PENGENALAN KUCING CONGKOK (Prionailurus bengalensis) BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA di TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (TNWK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hewan langka di Indonesia yang masuk dalam daftar merah kelompok critically

TINJAUAN PUSTAKA. makanan (top predator) di hutan tropis. Peranannya sebagai top predator,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode seperti yang dijabarkan sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

Nomor : S. /PHM-1/2012 Februari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu IV Bulan Januari 2012

Nomor : S. /PHM-1/2012 Februari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu III Bulan Januari 2012

KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Azhar. Aceh Wildlife

Badak Jawa Badak jawa

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB III LANDASAN TEORI

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB. I. PENDAHULUAN A.

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

C. Model-model Konseptual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.71/Menhut-II/2014 TENTANG MEMILIKI DAN MEMBAWA HASIL BERBURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN BURU DAN PERBURUAN. Oleh: Bambang Dahono Adji Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Jakarta, 18 September 2014

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Camera Trap Theory, Methods, and Demonstration

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO

Transkripsi:

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode seperti yang dijabarkan sebagai berikut : Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan wawancara langsung dengan narasumber 2.1.1Sumber Data Harimau sumatera Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatera di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di Taman-taman nasional di Sumatra. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tandatanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari. Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara 1998 dan 2000. Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg. Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan

Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain, selain itu juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatra mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia. Makanan Harimau Sumatra tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, dan mereka berburu di malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang ditangkap harimau. Harimau Sumatra juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan Harimau Sumatra tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor Harimau Sumatra dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh manusia). Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

2.1.2Sumber Data WWF Lindungi Harimau Sumatra WWF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, organisasi konservasi lainnya, dan masyarakat setempat untuk menyelamatkan harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. WWF juga berupaya melakukan pendekatan dan bekerja sama dengan perusahaan yang konsesinya mengancam habitat harimau agar mereka mampu menerapkan praktik-praktik pengelolaan lahan yang lebih baik (Better Management Practices) dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia di tahun 2004 telah mendeklarasikan sebuah kawasan penting, Tesso Nilo, sebagai taman nasional untuk memastikan perlindungan gajah dan harimau Sumatra di alam. WWF juga berpartisipasi aktif dalam penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017 yang dipimpin oleh Departemen Kehutanan RI. WWF juga melakukan penelitian ilmiah tentang harimau Sumatra di Riau dengan menggunakan kamera jebakan (camera trapping) untuk memperkirakan besarnya populasi, habitat, dan distribusi satwa loreng tersebut, serta untuk mengidentikasi koridor-koridor satwa liar yang membutuhkan perlindungan. WWF--bersama dengan mitra terkait di lapangan--juga membentuk tim patroli anti perburuan dan tim pendidikan dan penyadaran yang bertugas membantu masyarakat lokal memitigasi konflik manusiaharimau di daerah-daerah rawan konflik harimau 2.1.2Sumber Data Forum Harimau Kita Forum HarimauKita merupakan forum yang didirikan oleh para praktisi dan pemerhati konservasi Harimau Sumatera sejak tahun 2008 yang memiliki visi mengupayakan kelestarian Harimau Sumatera hidup berdampingan secara harmonis dengan masyarakat MISI Dalam melaksanakan kegiatannya Forum HarimauKita mengacu pada misi-misi: Memperkuat upaya pelestarian dan bentang alam Harimau Sumatera dengan menjalin komunikasi, menyediakan informasi dan memadukan aksi antar para pihak Menjadikan Forum HarimauKita sebagai acuan utama upaya pelestarian Harimau Sumatera melalui peran aktif dalam isu terkait Harimau Sumatera baik dalam lingkup nasional maupun internasional Memastikan dan mengawasi pelaksanaan Strategi dan Rencana Aksi Pelestarian Harimau Sumatera Indonesia KEGIATAN Peningkatan kapasitas institusional Forum Pembangunan Pusat Informasi dan Database Harimau Sumatera Penyusunan Modul Pelatihan untuk Konservasi Harimau Sumatera, untuk Pemantauan Populasi serta Penegakan Hukum

PERAN Melakukan pemantauan jaringan perdagangan ilegal Harimau Sumatera 1. Bekerjasama dengan WCS, ICITAP, Departemen Kehutanan dan Departemen Hukum Amerika Serikat, HarimauKita menyelenggarakan Pelatihan Identifikasi Bagian Tubuh Satwa Liar untuk kepentingan Investigasi Perdagangan dan Penegakan Hukum atas perdagangan satwa liar ilegal. Pelatihan ini diselenggarakan di Medan, Padang, Pontianak dan Bogor. Para peserta berlatih untuk mengidentifikasi bagian tubuh satwa liar hasil sitaan termasuk membedakan yang asli dengan yang palsu, sekaligus belajar bagaimana mengatur dan merawat barak bukti. 2. Ketua Forum HarimauKita dilibatkan oleh Departemen Kehutanan untuk menjadi anggota delegasi Indonesia pada Internasional Tiger Forum/Tiger Summit di St. Petersburg Rusia pada 21 24 Nopember 2010 yang lalu. HarimauKita berperan dalam membantu mempersiapkan materi pidato. 3. Forum HarimauKita dilibatkan dalam penyusunan protokol untuk monitoring populasi harimau dan mamalia besar di Indonesia. Ketua Forum HarimauKita yang merupakan satu-satunya nara sumber dalam pertemuan ini, mengusulkan 3 metode dasar dalam monitoring, yaitu Metode Camera Trap Capture-Recapture untuk monitoring secara intensif, Metode Patch Occupancy untuk monitoring skala luas, serta Distance Sampling. 4. Pada bulan Desember 2010, dua anggota Forum HarimauKita mempublikasikan jurnal ilmiah berjudul Sumatran Tiger (Panthera tigris sumatrae) : A Review of Conservation Status melalui situs Interactive Zoology. 2.1.3Sumber Data Yayasan PKHS Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatra (Yayasan PKHS) didirikan dan dibentuk berdasarkan legalitas hukum dengan akta notaris No: C- 1526.HT.01.02.TH.2007 pada tanggal 1 Februari 2007. Tujuan berdirinya Yayasan PKHS adalah untuk melanjutkan program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh lembaga konservasi sebelumnya yaitu Program Kenservasi Harimau Sumatera yang telah berakhir masa perjanjiannya (MoU) pada Januari 2007. Pada tanggal 29 Juni 2007 bertempat di Kantor Yayasan PKHS ditandatangani perjanjian kerjasama antara Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatra (Yayasan PKHS) dengan Sumatran Tiger Trust (STT) dan Wildlife Protection Foundation (WPF) untuk pembiayaan pelaksanaan Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS)/Sumatran Tiger Trust Conservation Program (STTCP) periode 2007-2012. Dalam perjanjian kerjasama ini juga disepakati bahwa dana yang akan diberikan oleh STT dan WPF seluruhnya akan dipergunakan untuk kegiatan PKHS/STTCP atau dengan kata lain 0% untuk administrasi. Orang-orang yang terlibat di dalam yayasan ini bersifat sukarelawan dan tidak mendapat gaji/honor. Gaji atau honor diperoleh jika orang orang tersebut terlibat dalam kegiatan lapangan PKHS/STTCP.

Untuk teknis pelaksanaan dilapangan, Yayasan PKHS telah bekerjasama dengan UPT - UPT Ditjen PHKA atau instansi terkait lainnya. Pada tanggal 31 Juli 2007 ditandatangani MoU antara Ketua Yayasan PKHS dengan Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh tentang Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera di Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Sekitarnya. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 2007 juga ditandatangani MoU dengan Balai Taman Nasional Way Kambas tentang Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. Adapun lokasi/wilayah kerja PKHS/STTCP adalah: Visi : Misi: Taman Nasional Way Kambas, Propinsi Lampung Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Propinsi Riau-Jamb Kawasan Konservasi Harimau Sumatera Senepis, Propinsi Riau Lokasi lain jika dianggap perlu (Untuk penanganan konflik manusia vs harimau sumatera dilakukan diseluruh pulau sumatera) Harimau sumatera lestari di habitat alaminya Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mendukung keberadaan serta kelestarian hidupan liar dan keberadaan kawasan konservasi. Pembangunan dan pemanfaatan hasil hutan yang lestari Mendukung Departemen Kehutanan dalam menjaga kelestarian harimau sumatera, hewan mangsa dan habitat alaminya. Bentuk kegiatan: Monitoring, perlindungan, dan penanganan konflik Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mendukung keberadaan serta kelestarian hidupan liar dan keberadaan kawasan konservasi. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar dan dalam kawasan konservasi. Bentuk kegiatan: Penyuluhan dan pendidikan konservasi. Mendorong pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan hasil hutan yang lebih memperhatikan kelestarian kehidupan alami. Bentuk kegiatan: Advokasi.

2.2Sumber Data Penyelenggara WWF INDONESIA (WORD WILD FOUNDATION) Gambar 2.2.1: Logo WWF Sejarah WWF INDONESIA Pada April 1998, WWF Internasional kantor Program Indonesia berubah menjadi WWF-Indonesia, yang secara hukum diakui sebagai organisasi Indonesia dengan status yayasan. Sejalan dengan perubahan ini, WWF-Indonesia, sebagai Organisasi Nasional menjadi bagian dari WWF Global Network. Diseluruh dunia terdiri dari 27 Organisasi Nasional, 6 Organisasi Asosiasi, dan 22 kantor program. Sebagai Organisasi Nasional, WWF-Indonesia kemudian melakukan desentralisasi menjadi 3 kantor bioregion, yakni kantor Sundaland, Walacea dan Sahul untuk melaksanakan proyek pelestarian di wilayah Global 200 Ecoregions. WWF sangat peduli dengan populasi Harimau Sumatra yang sudah mengkhawatirkan, maka dari itu WWF sebagaii organisasi yang peduli terhadap hal-hal seperti itu mengadakan kampanye untuk meningkatkan populasi Harima Sumatra.

Gambar 2.2.2: Logo Year Of Endagered Tiger Gambar 2.2.3: Poster The Year Of Tiger WWF-Indonesia meluncurkan kampanye publik Year of Endangered Tiger 2010 pada hari Jumat 12 Febuari di Taman Menteng, JakartaPusat. Kampanye ini dilakukan secara serentak oleh jaringan global WWF di berbagai negara yang memiliki populasi harimau. Dalam konferensi pers peluncuran Year of Endangered Tiger 2010 yang dihadiri oleh Dirjen PHKA Darori, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan Hermin Roosita serta Direktur Program Kehutanan dan Spesies WWF-Indonesia Ian Kosasih, dijabarkan berbagai upaya yang dilakukan WWF bersama dengan Kemenhut dan Kementerian LH dalam melestarikan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae

Gambar 2.2.4: Logo Sahabat Harimau SAHABAT HARIMAU adalah program penggalangan dana untuk pelestarian harimau Sumatera. WWF-Indonesia menginisiasi program SAHABAT harimau sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi harimau Sumatera dan memastikan pendanaan berkelanjutan yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perlindungan harimau Sumatera dan habitatnya. Donasi Anda akan digunakan untuk mendukung konservasi harimau Sumatera melalui kegiatan-kegiatan seperti penelitian, pengelolaan habitat dan pemantauan habitat. WWF-Indonesia memiliki tim riset harimau Sumatra yang melakukan penelitian menggunakan kamera video jebak dan pemantauan intensif di koridor Rimbang Baling- TN. Bukit Tigapuluh, TN. Tesso Nilo, Provinsi Riau AHABAT harimau memiliki empat tipe paket donasi, dua paket donasi ditargetkan untuk individual, sedangkan dua paket donasi lainnya ditargetkan untuk kelompok/grup. Donasi mulai dari Rp 100,000 untuk paket Cubs dan Rp 500,000 untuk paket Tigerhood, anda akan menerima sertifikat dan paket SAHABAT harimau sebagai tanda terima kasih. 1.2.1 Target Audience 1. Demografi Pria dan wanita Usia 20-35 tahun Tingkat sosial B 2. Geografi Masyarakat kota Jakarta.