-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI GAYO LUES, Menimbang : a. bahwa dengan diakuinya keistimewaan Aceh sebagai kesatuan masyarakat hukum yang diberikan wewenang khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat diperlukan pengaturan mengenai tugas, fungsi dan wewenang penyelenggaraan Pemerintahan Mukim secara demokratis dan partisipatif berlandaskan sejarah dan adat yang telah berakar dalam sistem sosial budaya masyarakat Gayo Lues; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 114 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, Organisasi, Tugas, Fungsi, Dan Kelengkapan Mukim diatur dengan Qanun Kabupaten; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu dibentuk Qanun Gayo Lues Tentang Pemerintahan Mukim; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Gayo Lues di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun.../2
-2- Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826); 11. Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 20); 12. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Imeum Mukim di Aceh (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 25). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN GAYO LUES MEMUTUSKAN : Menetapkan: QANUN TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM KABUPATEN GAYO LUES. BAB I.../3
-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan: 1. Kabupaten adalah bagian dari wilayah aceh sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dalam sistem dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 yang dipimpin oleh Seorang Bupati. 2. Pemerintah Kabupaten adalah penyelenggara urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing; 3. Bupati adalah Kepala Pemerintahan Kabupaten yang dipilih melalui suatu proses demokrasitis yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disebut DPRK adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Gayo Lues yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. 5. Sekretaris Daerah Kabupaten Gayo Lues yang selanjutnya disebut Sekda Kabupaten Gayo Lues adalah Sekretaris Pemerintah Kabupaten. 6. Kecamatan adalah perangkat daerah Kabupaten yang dipimpin oleh Camat. 7. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Kabupaten Gayo Lues yang terdiri atas gabungan beberapa Kampung yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Camat yang dipimpin oleh Kepala Mukim. 8. Majelis Musyawarah Mukim yang selanjutnya disingkat MMM adalah kelengkapan lembaga mukim yang membantu Kepala Mukim terdiri dari unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik pandai. 9. Kepala Mukim atau adalah Kepala Pemerintahan Mukim. 10. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Mukim yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin oleh pengulu (nama lain) dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. 11. Harta kekayaan Mukim adalah harta kekayaan yang dikuasai oleh Mukim yang ada pada waktu pembentukan Kampung tidak diserahkan kepada Kampung dan sumber keuangan lainnya yang sah. 12 Tanoh.../4
-4-12. Tanoh Edet Mukim adalah tanah yang berada dalam wilayah Mukim yang dikuasai dan diatur oleh Hukum Adat. 13. Hukum Adat adalah semua aturan adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat Kabupaten Gayo Lues, bersifat mengikat dan menimbulkan akibat hukum. 14. Musyawarah Mukim adalah permusyawaratan dan permufakatan dalam berbagai kegiatan adat, pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dihadiri oleh para pengulu, Lembaga-lembaga adat dan para pemimpin agama yang dipimpin oleh Kepala Mukim. 15. Rapat Adat Mukim adalah permusyawaratan dalam penyelesaian berbagai perkara adat, perselisihan antar penduduk ataupun persengketaan-persengketaan hukum adat dalam Kemukiman yang dihadiri oleh Kepala Mukim dan Jema Opat Kampung. 16. Kepala Mukim adalah Kepala Pemerintahan Mukim. 17. Jema Opat Kampung merupakan kelengkapan Lembaga Mukim yang terdiri dari unsur Saudere (masyarakat), Urang Tue (BPK), Pegawe (Imam Kampung) dan Pengulu (Gecik). BAB II KEDUDUKAN, WEWENANG DAN FUNGSI Pasal 2 Mukim berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Kampung yang berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Pasal 3 (1) Mukim mempunyai kewenangan : a. melindungi adat dan adat istiadat, membina dan meningkatkan kualitas pelaksanaan Syari at Islam; b. mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan kampung; c. melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh Camat; d. di bidang pertanahan dapat menjadi saksi dalam proses perbuatan hukum pemindahan/peralihan hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun yang dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang, sepanjang memenuhi syarat menurut ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; e. terlibat dalam proses perencanaan dan pengembangan kawasan kampung dalam wilayah kemukiman yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak ke tiga; f. melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah Aceh dan/atau Pemerintah Kabupaten melalui Camat; (2) Wewenang.../5
-5- (2) Wewenang yang dilimpahkan oleh Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; (3) Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f disertai dengan pembiayaan, sarana/prasarana serta personalia yang melaksanakan. (4) Mukim berhak menolak pelaksanaan tugas pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana/prasarana serta personalia yang melaksanakan. Pasal 4 Fungsi Mukim adalah: a. penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya; b. pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi, pembangunan fisik maupun pembangunan mental spritual; c. pembinaan kemasyarakatan di bidang pelaksanaan Syari at Islam, pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat; e. penyelesaian dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaanpersengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat. BAB III PEMBENTUKAN, PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN MUKIM Pasal 5 (1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pelaksanaan keistimewaan Aceh dan pemberdayaan perempuan serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat, dapat dilakukan pembentukan, pemekaran dan penggabungan Mukim. (2) Pembentukan Mukim atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul, persyaratan dan kondisi sosial masyarakat setempat. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah kampung, potensi ekonomi, sosial budaya dan sumber daya alam serta sarana dan prasarana. (4) Jumlah Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya 5 (lima) Kampung. (5) Tata cara pembentukan, pemekaran dan penggabungan Mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 6.../6
-6- Pasal 6 (1) Perubahan batas mukim dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan musyawarah antar mukim yang difasilitasi oleh Camat dengan memperhatikan batas kampung. (2) Penetapan perubahan batas wilayah mukim berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan. (3) Penyelesaiaan perselisihan batas wilayah antar mukim dilakukan oleh Bupati dengan keputusan bersifat final. (4) Bupati dalam penyelesaian batas wilayah mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memperhatikan batas wilayah kampung. Pasal 7 (1) Pusat kegiatan mukim berkedudukan disalah satu kampung yang dipandang strategis yang dapat meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, peningkatan kesejahteraan rakyat, pelaksanaan keistimewaan Aceh dan peningkatan pelayanan pemerintahan mukim kepada masyarakat kemukiman. (2) Pusat kegiatan mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati atas usulan dari gabungan kampung dalam kemukiman setempat. Pasal 8 (1) Mukim yang tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dapat dihapus atau digabungkan dengan mukim terdekat. (2) Penghapusan atau penggabungan mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu dilakukan pengkajian secara komprehensif oleh Pemerintah Kabupaten. (3) Penghapusan atau penggabungan mukim ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB IV ORGANISASI MUKIM, PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN KEPALA MUKIM Bagian Kesatu Organisasi Mukim Pasal 9 Organisasi mukim terdiri dari : a. Kepala Mukim; b. Sekretariat Mukim; c. Majlis Musyawarah Mukim (MMM); dan d. Majlis Adat Mukim (MAM). Pasal 10.../7
-7- Pasal 10 (1) Mukim dipimpin oleh seorang Kepala Mukim. (2) Kepala Mukim diangkat dan diberhentikan oleh Bupati berdasarkan hasil pemilihan yang sah. (3) Kepala Mukim dipilih melalui musyawarah mukim. (4) Musyawarah mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari Imam Kampung, Para Pengulu, MMM, MAM, para ketua lembaga adat serta 3 (tiga) orang tokoh masyarakat dari unsur ulama, unsur pemuda dan unsur perempuan dalam wilayah mukim yang bersangkutan. (5) Kepala dan Perangkat Mukim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya berdasarkan kemampuan keuangan kabupaten yang ditetapkan setiap tahun dalam APBK. Pasal 11 (1) Tugas dan kewajiban Kepala Mukim adalah: a. membina kerukunan beragama dan antar umat beragama serta meningkatkan kualitas pelaksanaan Syari at Islam dalam masyarakat; b. melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten melalui Camat; c. menjaga dan memelihara kelestarian adat dan istiadat, kebiasaan kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat; d. membina kesejahteraan masyarakat; e. memelihara ketenteraman dan ketertiban serta sikap saling menghargai secara inklusif dalam masyarakat; f. menjadi hakim adat dalam penyelesaian persengketaan adat di kemukiman; (2) Kepala Mukim sebagai hakim adat dalam penyelesaian persengketaan adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dibantu oleh MMM dan MAM. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Kepala Mukim wajib bersikap dan bertindak adil, demokratis, tegas, arif dan bijaksana. Pasal 13 (1) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Kepala Mukim berkewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Mukim kepada Bupati melalui Camat dan laporan keterangan pertanggungjawaban setiap tahun kepada MMM serta mengiformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. (2) Laporan penyelenggaraan pemerintahan Mukim dan laporan keterangan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelaksanaan tugas dan kewajiban serta laporan pengelolaan anggaran Mukim. (3) Laporan.../8
-8- (3) Laporan keterangan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam musyawarah MMM atau sewaktu- waktu diminta oleh MMM. (4) Apabila laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menurut MMM tidak dapat diterima, maka MMM mengajukan keberatan kepada Bupati melalui Camat untuk dilakukan evaluasi. (5) Laporan penyelenggaraan pemerintahan Mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Mukim dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. (6) Laporan akhir masa jabatan Kepala Mukim disampaikan kepada MMM dan Bupati melalui Camat selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Kepala Mukim berakhir. Bagian Kedua Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Mukim Pasal 14 (1) Pemilihan Kepala Mukim dilaksanakan melalui tahaptahap pencalonan, pelaksanaan pemilihan serta pengesahan hasil pemilihan dan pelantikan Kepala Mukim. (2) Masa jabatan Kepala Mukim selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. (3) Tata cara pemilihan dan pemberhentian Kepala Mukim berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan. Bagian Ketiga Sekretariat Pasal 15 (1) Sekretariat Mukim dipimpin oleh seorang Sekretaris Mukim yang diangkat dan diberhentikan oleh Camat. (2) Sekretaris Mukim diusulkan oleh Kepala Mukim dari unsur masyarakat setelah mendapat pertimbangan dari MMM kepada Camat. (3) Untuk kelancaran tugas-tugas Kepala Mukim dibantu seksi-seksi terdiri dari : a. seksi pemerintahan dan umum; b. seksi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat; c. seksi keistimewaan Aceh; dan d. seksi Pemberdayaan Perempuan. (6) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Mukim. (7) Kepala Seksi bertanggungjawab kepada Kepala Mukim melalui Sekretaris Mukim. Pasal 16.../9
-9- Pasal 16 Pedoman pengangkatan dan pemberhentian, susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Mukim dan Sekretariat Mukim berpedoman pada Peraturan Perundangundangan. Bagian Keempat Majelis Musyawarah Mukim Pasal 17 (1) MMM berfungsi membantu Kepala Mukim dalam memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada Kepala Mukim dalam rangka pelaksanaan Syariat Islam, pelestarian adat istiadat, perekonomian dan peningkatan kesejahteraan rakyat, pembinaan kemasyarakatan, pelaksanaan keistimewaan Aceh dan pemberdayaan perempuan serta menetapkan syarat-syarat lainnya untuk menjadi calon Kepala Mukim. (2) MMM terdiri dari : a. imam Kampung; b. unsur Ulama; c. unsur pemuka adat; d. unsur pemuda dan perempuan. Pasal 18 (1) MMM dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota yang dipilih oleh dan dari Anggota MMM. (2) Keanggotaan MMM paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang. (3) MMM mengadakan pertemuan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali. (4) Masa jabatan MMM selama 5 (lima) tahun. Pasal 19 MMM mempunyai tugas dan wewenang : a. menyelenggarakan pemilihan Kepala Mukim; b. membantu Kepala Mukim dalam menyelesaikan sengketa adat; c. bersama-sama dengan Kepala Mukim menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja mukim; d. memberi pertimbangan kepada Kepala Mukim terhadap Calon Sekretaris Mukim; e. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; f. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Mukim. Pasal 20 Pedoman mengenai MMM berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan. Pasal 21 (1) Penyelesaikan persengketaan adat mukim dipimpin oleh Kepala Mukim dan dibantu oleh Sekretaris Mukim bersama dengan MMM. (2) Proses.../10
-10- (2) Proses penyelesaian persengketaan adat mukim dilakukan Kepala Mukim guna menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan persoalan adat dan istiadat. (3) Penyelesaian persengketaan adat mukim berfungsi sebagai sarana untuk memelihara dan mengembangkan adat, mewujudkan perdamaian secara adat, menyelesaikan dan memberikan putusan-putusan terhadap perselisihan perselisihan adat dan pelanggaran adat berdasarkan prinsip-prinsip pembuktian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan putusan-putusan penyelesaian persengketaan adat tersebut. (4) Penyelesaian persengketaan adat mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu harus diselesaikan oleh Kepala Mukim sebelum diselesaikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Putusan-putusan adat dari penyelesaian persengketaan adat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan menjadi pedoman bagi para pengulu dalam menjalankan pemerintahan kampung. Bagian Kelima Majelis Adat Mukim Pasal 22 (1) MAM dipimpin oleh Ketua dan dibantu oleh Sekretaris Mukim serta dihadiri oleh seluruh anggota Jema Opat Mukim. (2) MAM berfungsi sebagai badan yang memelihara dan mengembangkan adat, menyelenggarakan perdamaian adat, menyelesaikan dan memberikan keputusankeputusan adat terhadap perselisihan-perselisihan dan pelanggaran adat, memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut adat. (3) Keputusan-keputusan dan ketetapan-ketetapan Majelis Adat Mukim menjadi pedoman bagi para pengulu dalam menjalankan roda pemerintahan kampung sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundangundangan. (4) Majelis Adat Mukim dilakukan atas usul Kepala Mukim, untuk menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan adat dan adat istiadat. Pasal 23 Ketua MAM diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas usul Kepala Mukim berdasarkan hasil kesepakatan Majelis Musyawarah Mukim. BAB V HARTA KEKAYAAN DAN PENDAPATAN MUKIM Pasal 24 (1) Harta kekayaan Mukim adalah harta kekayaan yang telah ada atau yang kemudian dikuasai Mukim, berupa hutan, tanah, batang air, kuala, danau, gunung, rawa, paya dan lain-lain yang menjadi Tanoh edet Mukim sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan. (2) Jenis.../11
-11- (2) Jenis dan jumlah kekayaan Mukim harus diinventarisasikan dan didaftarkan serta pemanfaatannya diatur oleh Peraturan Bupati berdasarkan atas kesepakatan Musyawarah Mukim. (3) Pengawasan terhadap harta kekayaan Mukim dilakukan oleh Jema Opat kampung. Pasal 25 (1) Pendapatan Mukim terdiri dari : a. pendapatan sendiri yang diperoleh dari hasil kekayaan Mukim; b. hasil-hasil dari Tanoh Edet Mukim yang dikuasai Mukim; c. bantuan Pemerintah; d. uang adat; dan e. bantuan dan sumbangan pihak lain yang sah dan tidak mengikat. (2) Pendapatan Mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Mukim (APBM) yang disusun oleh Kepala Mukim dengan persetujuan Jema Opat Kampung. Pasal 26 (1) Pendapatan Mukim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dipergunakan untuk kepentingan kelancaran penyelenggaraan, pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan, kemasyarakatan, pelaksanaan keistimewaan Aceh dan peningkatan pelayanan masyarakat. (2) Tata cara pengelolaan dan penggunaan pendapatan Mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dan ditetapkan dalam Musyawarah Mukim. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Mukim yang telah ada sekarang dinyatakan sebagai Mukim untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud Pasal 11 Qanun ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. (2) Dengan berlakunya Qanun ini maka segala ketentuan yang mengatur tentang Mukim yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 29.../11
-12- Pasal 29 Qanun ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gayo Lues. Diundangkan di Blangkejeren 30 Oktober pada tanggal, 2012 M 14 Djulqaidah 1433 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GAYO LUES, Disahkan di Blangkejeren 30 Oktober 2012 M pada tanggal, 14 Djulqaidah 1433 H BUPATI GAYO LUES, Dtt. H. IBNU HASIM H. ABUBAKAR DJASBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2012 NOMOR 47