Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Perluasan Lapangan Kerja

PERLINDUNGAN SOSIAL BAGI ANAK-ANAK MISKIN DI PERKOTAAN. Bagong Suyanto Dosen Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

Upaya pengembangan usaha mandiri di kalangan pengangguran terdidik di Jawa Timur

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII,

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

PROGRAM PENGEMBANGAN REMAJA MANDIRI MELALUI SEKOLAH UNGGUL

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan yang tercermin dalam globalisasi pasar,

BAB III ISU STRATEGIS BIDANG KETENAGAKERJAAN, KETRANSMIGRASIAN DAN KEPENDUDUKAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

PENGARUH MOTIVASI DAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERWIRAUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

IRRA MAYASARI F

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

SKRIPSI PERAN PEMERINTAH. Disusun Oleh : ANDRIYAN SOSIAL DAN SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

Pengembangan Kapasitas SDM

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

Terwujudnya Kabupaten Pemalang yang Maju, Sejahtera, Sehat, Mandiri dan Bermartabat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

ENTREPREUNERSHIP. KOESNOTO SOEPRANIANONDO FKH-Unair Surabaya. Editor : Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah. Titik sentral pada faktor ekonomi didukung oleh

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

RENCANA KERJA (RENJA)

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

SARAN / MASUKAN DARI KADIN KALBAR PADA RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi

Transkripsi:

Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2013 DI JAWA TIMUR Ketua Tim Peneliti: Dr. (NIDN:0006096604) Anggota Peneliti Dra. Sutinah, MS (NIDN:0016085807) Drs. Septi Ariadi, MA (NIDN:0023096303) Dr. Tuti Budi Rahayu (NIDN:0012056804) Dibiayai oleh DIPA BOPTN Tahun Anggaran 2013 Sesuai Dengan Surat Keputusan Rektor Universtas Airlangga Tentang Kegiatan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Nomor 7673/UN3/KR/2013, Tanggal 2 Mei 2013 UNIVERSITAS AIRLANGGA November, 2013

i

RINGKASAN DI JAWA TIMUR Keberhasilan pemerintah keluar dari situasi krisis ekonomi, dan mendongkrak kembali angka pertumbuhan ekonomi, ternyata hal itu tidak otomatis menyelesaikan persoalan kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2012, di Indonesia angka pengangguran pemuda terdidik tercatat mencapai 41,81 persen dari total angka pengangguran nasional. Angka sebesar ini tentu sangat memprihatinkan, karena sedkit-banyak mencerminkan terjadinya mismatch antara kualifikasi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja. Dalam penelitian yang dilaporkan ini, beberapa permasalahan yang dikaji adalah: (1) Bagaimana sebetulnya gambaran tentang peta permasalahan dan faktor penyebab meningkatnya jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur?, (2) Kesulitan dan tantangan apa sajakah yang dihadapi para pencari kerja terdidik untuk memperoleh pekerjaan atau mengembangkan usaha yang sifatnya mandiri? Termasuk di sini, sejauhmana akses pengangguran terdidik terhadap sumber-sumber permodalan?, dan (3) Kebijakan dan strategi seperti apakah yang seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas penanganan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur? Kegiatan penelitian ini telah dilakukan di 2 kota/kabupaten terpilih yang ditengarai rawan atau tengah menghadapi permasalahan tenaga kerja, khususnya persoalan pengangguran terdidik, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Jumlah pengangguran terdidik yang diwawancarai dan digali aspirasinya, ditetapkan sebanyak 100 responden. Kriteria responden adalah: (1) dalam dua tahun terakhir, responden minimal pernah sekali mengalami masa-masa menganggur atau kehilangan mata pencaharian karena situasi pasar yang tidak kondusif, dan (2) berpendidikan minimal diploma atau sarjana. Berdasar hasil kajian yang dilakukan, beberapa temuan utama yang menjadi isu prioritas di balik fenomena meluasnya pengangguran terdidik adalah: Pertama, para sarjana dan Diploma walaupun mereka sebagian adalah jebolan dari PT-PT yang bergengsi, dan sebagian besar memiliki IPK di atas 3, ternyata hal itu bukan jaminan bakal dapat segera memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Tidak sedikit lulusan PT ternyata kurang atau bahkan tidak menguasai bahasa Inggris, sehingga kurang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan pasar kerja. Sebagian besar lulusan PT juga tidak memiliki koneksi yang bisa dimanfaatkan untuk mencarikan pekerjaan, sementara di saat yang sama akses mereka pada sumbersumber permodalan juga kurang. Di tengah iklim persaingan mencari kerja yang makin kompetitif, akhirnya bisa dipahami jika sebagian lulusan PT akhirnya harus menganggur, baik untuk jangka waktu yang kurang dari setahun maupun lebih dari setahun. Kedua, para lulusan PT, dalam banyak kasus mereka adalah penambah daftar panjang jumlah pengangguran terdidik dan belum mampu memperlihatkan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi dirinya sendiri. Sebagian besar pengangguran terdidik umumnya pernah bekerja ikut orang lain, dan bukan owner dari usaha tertentu yang mereka kembangkan sendiri. Ketiga, lebih dari sekadar soal mismatch antara PT dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, berbagai persoalan yang muncul di bidang ketenagakerjaan, khususnya ii

munculnya persoalan pengangguran di antara lulusan PT, sesungguhnya sangat kompleks. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang lulusan PT tidak segera dapat terserap dalam pasar kerja bukan hanya kompetensi atau kualifikasi lulusan, tetapi juga faktor-faktor sosial-budaya lain, seperti tidak milikinya koneksi, iklim persaingan mencari pekerjaan yang makin ketat, dan keinginan yang berbeda antara pencari kerja dengan kebutuhan pasar kerja. Keempat, beberapa kendala yang dihadapi pengangguran terdidik dalam mencari pekerjaan atau mengembangkan usaha mandiri adalah: (1) berkaitan dengan kondisi ekonomi orang tua yang relatif pas-pasan atau bahkan miskin, (2) keterbatasan modal usaha dan akses yang terbatas terhadap sumber-sumber permodalan yang ada, (3) berkaitan dengan dimiliki-tidaknya koneksi yang dapat dimintai bantuan untuk mencari pekerjaan dan membuka akses untuk pengembangan kegiatan ekonomi, dan (4) jumlah kompetiter atau jumlah daftar pencari kerja yang dari waktu ke waktu terus bertambah, langsung atau tidak langsung tentunya akan mempengaruhi peluang para pengangguran terdidik dalam mencari pekerjaan yang diinginkan. Kelima, meski menjadi PNS diakui menawarkan masa depan yang menarik karena setelah pensiunan pun mereka akan masih mendapatkan tunjangan untuk menjalani hari tua. Tetapi, di era perkembangan masyarakat post-industrial yang makin marak diwarnai industrialisasi dan perkembangan sektor jasa swasta yang luar biasa pesat, banyak responden mulai menyadari bahwa menjadi pegawai swasta atau membuka usaha sendiri sesungguhnya tak kalah menjanjikan bagi masa depan mereka. Bahkan, dengan membuka usaha sendiri secara mandiri, diakui sebagian besar pengangguran terdidik merupakan hal yang dapat menjamin masa depan, karena bukan saja mereka akan menjadi owner dari sebuah usaha yang memegang kendali, tetapi juga karena prospeknya dinilai sangat potensial. Keenam, para pengangguran terdidik cenderung lebih memilih bekerja dan mengembangkan usaha di kota besar daripada di desa. Di mata para pengangguran terdidik, desa tampaknya sudah tidak lagi memberikan harapan, karena disadari bukan saja kesempatan kerja di desa makin lama makin terbatas, tetapi juga karena daya beli masyarakat pedesaan umumnya rendah, sehingga peluang untuk mengembangkan usaha niscaya menjadi lebih terbatas. Hal itu berbeda dengan kondisi dan iklim perekonomian di kota besar, yang menurut sebagian besar pengangguran terdidik masih sangat terbuka terhadap pengembangan usaha dan kerja apa pun. Ketujuh, di tengah iklim persaingan mencari kerja yang makin kompetitif, dan juga iklim persaingan usaha yang makin rigid, disadari bahwa untuk segera memperoleh pekerjaan atau mengembangkan usaha secara mandiri bukanlah hal yang mudah. Bagi para pengangguran terdidik, pengalaman yang mereka alami sebelumnya dan masa-masa di mana mereka pernah kehilangan pekerjaan tentunya akan menjadi proses pembelajaran yang berharga. Ke depan, untuk dapat memperoleh pekerjaan dan usaha yang diinginkan, menurut responden, paling-tidak ada dua hal yang paling dibutuhkan. Pertama, dukungan dari networking atau koneksi yang memadai. Kedua, dukungan modal dan akses ke sumber-sumber permodalan yang dapat dimanfaatkan para pengangguran terdidik untuk mencari kerja dan mengembangkan usaha tertentu. Kedelapan, bagi pengangguran terdidik yang bersikap optimis, dengan didukung fasilitas modal usaha dan pendampingan yang tepat, termasuk program pemberdayaan yang efektif, maka peluang mereka untuk mengembangkan diri tentunya akan lebih terbuka. Tetapi, bagi pengangguran terdidik yang enggan menempuh resiko dan cenderung pesimis, maka bukan tidak mungkin mereka akan terperosok menjadi pengangguran putus asa yang sulit diberdayakan dan iii

dikembangkan potensi terpendamnya. Pengangguran terdidik yang putus asa umumnya adalah pengangguran yang hanya akan menambah panjang daftar pencari kerja di tanah air, tanpa memiliki kesempatan untuk merubah nasibnya melalui usahanya sendiri secara mandiri dan berdaya. Secara garis besar, arah kebijakan dan upaya penanggulangan masalah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur mencakup tiga hal pokok. Pertama, bagaimana mendorong pengembangan dan pertumbuhan kesempatan kerja baru bagi para pencari kerja atau pengangguran terdidik, baik lewat program-program Pemerintah maupun multiplier effect dari kegiatan investasi swasta. Kedua, bagaimana meningkatkan kualitas dan posisi tawar para pencari kerja, termasuk pengangguran terdidik yang berminat mencari kerja di luar negeri agar mereka dapat lebih berdaya dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang ada. Ketiga, bagaimana membantu dan memfasilitasi pengembangan usaha mandiri para pengangguran terdidik, terutama di sektor UMKM. Tabel 1 Kebijakan dan Program Prioritas Penanggulangan Masalah Pengangguran Terdidik di Provinsi Jawa Timur Kebijakan Program Tujuan Pengembangan kesempatan kerja baru bagi pengangguran terdidik Peningkatan kualitas SDM dan life skills pengangguran terdidik Pemberdayaan dan pengembangan usaha mandiri bagi pengangguran terdidik Percepatan pembangunan Infrastruktur di kantong-kantong pengangguran terdidik untuk menambah terciptanya lapangan kerja baru di daerah Prioritas pengembangan investasi di Kota sekunder Kepastian prosedur dan insentif dalam perijinan investasi usaha Pelatihan dan pengembangan etos wirausaha dalam proses pembelajaran di PT Pelatihan ketrampilan alternatif bagi pencari kerja dan korban PHK usia muda lulusan PT Pengembangan program magang bagi pengangguran yang terdidik untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan kerja Pemberian bantuan modal usaha dan pemberdayaan pengangguran terdidik Pemanfaatan dana Community Development BUMN untuk pengembangan usaha mandiri pengangguran terdidik Stimulan modal usaha berbunga murah bagi pengangguran terdidik untuk mengembangkan usaha mandiri secara perseorangan maupun kolektif Untuk menciptakan kesempatan kerja baru yang sesuai dengan karakteristik pengangguran terdidik Meningkatkan kualitas dan posisi bargaining pencari kerja usia muda, khususnya pengangguran terdidik Memfasilitasi pengembangan usaha mandiri bagi enterpreneur muda Di tengah keterbatasan anggaran pembangunan yang tersedia, sudah barang tentu pemerintah tidak mungkin mampu menanggung sendiri beban untuk menciptakan lapangan kerja yang seimbang dengan laju pertumbuhan jumlah pencari kerja di Jawa Timur, sehingga mau tidak mau harus ada kesediaan dan komitmen yang serius dari pemerintah untuk mengajak kekuatan swasta dan sekaligus iv

memfasilitasi pengembangan usaha mandiri yang bertumpu pada potensi masyarakat itu sendiri (*). v

PRAKATA Studi sebagaimana dilaporkan, pada dasarnya selain bertujuan untuk untuk memetakan persoalan prioritas dan kendala penanganan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur dan untuk mengidentifikasi berbagai problema yang dihadapi pengangguran terdidik dalam mengembangkan usaha dan mencari pekerjaan yang diinginkan, juga sekaligus untuk menyediakan bahan acuan kepada eksekutif, legislatif, dinas teknis dan stakeholder terkait agar lebih peka dan menyadari arti penting penanganan pengangguran terdidik. Secara umum, studi ini menemukan bahwa lulusan PT meski pun sebagian adalah jebolan dari PT-PT yang berkualitas, dan sebagian besar memiliki IPK di atas 3, ternyata hal itu bukan jaminan bakal dapat segera memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Tidak sedikit lulusan PT ternyata kurang atau bahkan tidak menguasai bahasa Inggris, sehingga kurang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan pasar kerja. Sebagian besar lulusan PT juga tidak memiliki koneksi yang bisa dimanfaatkan untuk mencarikan pekerjaan, sementara di saat yang sama akses mereka pada sumbersumber permodalan juga kurang. Para lulusan PT, dalam banyak kasus mereka belum mampu memperlihatkan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi dirinya sendiri. Sebagian besar pengangguran terdidik umumnya pernah bekerja ikut orang lain, dan bukan owner dari usaha tertentu yang mereka kembangkan sendiri. Dari hasil kajian yang dilakukan di tahun 2013, beberapa kendala yang dihadapi pengangguran terdidik dalam mencari pekerjaan atau mengembangkan usaha mandiri adalah: (1) berkaitan dengan kondisi ekonomi orang tua yang relatif pas-pasan atau bahkan miskin, (2) keterbatasan modal usaha dan akses yang terbatas terhadap sumber-sumber permodalan yang ada, (3) berkaitan dengan dimiliki-tidaknya koneksi yang dapat dimintai bantuan untuk mencari pekerjaan dan membuka akses untuk pengembangan kegiatan ekonomi, dan (4) jumlah kompetiter atau jumlah daftar pencari kerja yang dari waktu ke waktu terus bertambah, langsung atau tidak langsung tentunya akan mempengaruhi peluang para pengangguran terdidik dalam mencari pekerjaan yang diinginkan. Studi ini dapat selesai tepat waktu sudah barang tentu berkat dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima vi

kasih kepada: (1) Rektor dan Ketua LPPM Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini, (2) Dekan FISIP Unair atas dukungan yang telah diberikan, (3) Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur yang telah membantu memberikan data yang kami butuhkan, dan (4) para responden penelitian ini yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan data yang kami butuhkan. Kami berharap hasil studi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menyusun program penanganan pengangguran terdidik. Surabaya, 1 November 2013 Tim Peneliti vii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... RINGKASAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... i ii vi viii BAB I PENDAHULUAN... 1. Latar Belakang Masalah... 2. Permasalahan Penelitian... 1 1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 1. Perubahan Penting... 2. Jenis Pengangguran... 3. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja... 4. Kesempatan Kerja Bagi Lulusan PT... 6 7 8 11 15 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 17 BAB IV METODE PENELITIAN... 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 1. Gambaran Umum Pendudukan dan Ketenagakerjaan di Jawa Timur... 1.1. Penduduk dan Tenaga Kerja di Jawa Timur... 1.2. Pendidikan Masyarakat Jawa Timur... 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur... 2. Pengangguran Terdidik: Temuan dan Analisis Data Primer... 2.1. Profil Sosial Pengangguran Terdidik... 2.2. Riwayat Selama Menganggur... 2.3. Tantangan dan Kendala yang Dihadapi... 2.4. Pekerjaan yang Diinginkan... 2.5. Kebutuhan Pengangguran Terdidik... 20 21 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... 75 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 1. Kesimpulan: Beberapa Temuan Utama... 2. Strategi... 3. Arah Kebijakan... 4. Saran... 77 77 80 81 82 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 87 89 21 32 35 40 41 50 64 69 72 viii