BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini merupakan fenomena yang telah memberikan dampak yang luas secara global. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan serta beberapa variabel iklim lainya. Perubahan iklim yang terjadi tersebut akan membawa dampak terhadap berbagai sektor kehidupan manusia termasuk mempengaruhi sektor sumber daya air (Kementerian PPN/Bappenas, 2013). Pola curah hujan yang berubah-ubah mengurangi ketersediaan air sebagai sumber air bersih. Kenaikan temperatur akan mempengaruhi kondisi meteorologis dan hidrologis. Pemanasan global menyebabkan peningkatan presipitasi yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan terjadi peningkatan evapotranspirasi pada musim panas. Pola iklim yang terganggu juga menyebabkan efek tidak langsung terhadap kesehatan manusia (Relman et al., 2008). Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Penyediaan air bersih merupakan salah satu ruang lingkup dalam kesehatan lingkungan dimana penyediaan air bersih berperan penting untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010). Ketersediaan air bersih bagi masyarakat dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, produktifitas ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan (Sumantri, 2010). Air mempunyai pengaruh langsung terhadap manusia, khususnya kesehatan manusia. Pengaruh kesehatan tersebut bergantung sekali pada kualitas dan kuantitas air yang digunakan, dimana air pun dapat berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyakit. Air dapat menjadi media dalam penyebaran penyakit yang dikenal dengan water borne diseases akibat terkontaminasinya air bersih oleh mikroorganisme seperti Salmonella sp, Campylobacter jejuni, 1

2 Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Cryptosporidium dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (Rose et al., 2001). Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Banyak anak-anak meninggal setiap tahunnya di negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke bawah akibat diare. Kesakitan dan kematian tersebut berhubungan dengan pemakaian air yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta hygiene dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (Water washed). Contoh penyakit ini adalah cholera, thypoid dan Dysentry basiller. Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk makan, minum, memasak dan kebersihan alat-alat makan. Menurut Sander (2005) ada beberapa penyebab terjadinya diare yaitu kurang memadainya ketersediaan air bersih, air yang tercemar mikroorganisme pathogen, minimnya sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, buruknya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak memperhatikan kebersihan. Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian penyakit diare. Selain itu dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat variasi musiman dalam penyakit diare, dimana pada peningkatan temperatur berhubungan dengan peningkatan jumlah penderita diare yang masuk rumah sakit di semua bagian belahan bumi ini. Studi yang dilakukan di Peru menunjukkan bahwa penderita diare yang masuk rumah sakit meningkat sebanyak 4% untuk setiap peningkatan temperatur 1 C di musim kemarau, dan meningkat 12% untuk setiap peningkatan temperatur 1 C di musim penghujan. Di Fiji studi yang sama menunjukkan adanya peningkatan kasus bulanan 3% untuk setiap peningkatan temperatur per 1 o C (Singh et al., 2001).

3 Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mempunyai luas wilayah daratan sebesar 180.27 Km 2 atau 0,004% dari luas propinsi NTT (47.349,9 Km 2 ) dan letak geografis pada bagian 100 36 14-100 39 58 Lintang Selatan dan antara 1230 32 23 1230 37 01 Bujur Timur. Rata-rata curah hujan tahunan 1296 mm selama 3-4 bulan (Badan Pusat Statistik Kota Kupang 2011). Kota Kupang sebagai bagian wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan kawasan semi-arid di Indonesia, sebagaimana dipetakan oleh United Nations Environment Management Group (Anonim, 2011). Sebagai kawasan semiarid, daerah ini memiliki kekhasan iklim dan lingkungan dibanding wilayah lain di Indonesia. Menurut badan dunia Food and Agriculture Association, iklim semiarid adalah iklim daerah yang menerima curah hujan lebih rendah dibandingkan dengan evapotranspirasi potensial. Di Kota Kupang, hampir sebagian masyarakat menggunakan air yang berasal dari PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. PDAM merupakan Badan usaha milik daerah yang masuk dalam kategori penyelenggara pelayanan yang bersifat profit dengan tugasnya memberikan pelayanan air bersih kepada warga masyarakat pada suatu daerah. Kegiatan utama PDAM Kabupaten Kupang adalah sebagai penyedia air bersih dimana PDAM merupakan satu-satunya perusahaan daerah yang diberi kewenangan oleh pemerintah untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat namun berdasarkan data yang ada diketahui bahwa debit mata air yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Kupang telah mengalami penurunan sejak 5 tahun terakhir sehingga mempengaruhi ketersediaan air bersih bagi masyarakat (Website PDAM Kabupaten Kupang, 2016). Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang berpengaruh di Kota Kupang. Selama lima tahun terakhir diare masih termasuk didalam 10 penyakit terbesar di Kota Kupang. Pada tahun 2013 Jumlah kasus diare yang ditemukan sebanyak 7700 kasus. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan

4 cuaca/musim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat. Kasus tertinggi di Kecamatan Alak, hal ini sesuai dengan kondisi Kecamatan Alak yang mempunyai keterbatasan Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat, sedangkan berdasarkan waktu kejadian, kasus tertinggi terjadi pada bulan Januari, Juli dan Agustus (Profil Kesehatan Kota Kupang, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian Hubunganb Faktor Iklim dan Ketersediaan air Bersih dengan Kejadian Diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. B. Perumusan Masalah Isu perubahan iklim menjadi prioritas dalam pembahasan masalah lingkungan dan kesehatan. Variasi iklim seperi curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan hari hujan memiliki dampak baik secara langsung atau pun tidak langsung terhadap kesehatan. Dampak lingkungan yang paling terlihat adalah terhadap kualitas dan ketersediaan air bersih. Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berhubungan erat dengan air. Berdasarkan uraian latar belakang diatas serta permasalahan yang telah diidentifikasi maka di buat rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan faktor iklim dan ketersediaan air bersih dengan kejadian diare di Kota Kupang tahun 2011-2015? 2. Bagaimana kecenderungan kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015? 3. Bagaimana kecenderungan iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin) dan kondisi ketersediaan air bersih di Kota Kupang tahun 2011-2015? 4. Bagaimana hubungan faktor iklim dengan kejadian diare di Kota Kupang tahun 2011-2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor iklim dan ketersediaan air bersih dengan kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015.

5 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mendeskripsikan kecenderungan kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. b. Mengidentifikasi kecenderungan iklim (suhu, kelembaban relatif, curah hujan, dan kecepatan angin) dan kondisi ketersediaan air bersih di Kota Kupang tahun 2011-2015. c. Menganalisis hubungan faktor iklim dan ketersediaan air bersih dengan kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. a) Menganalisis hubungan perubahan suhu terhadap trend kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. b) Menganalisis hubungan kelembaban udara terhadap trend kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. c) Menganalisis hubungan curah hujan terhadap trend kasus diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. d) Menganalisis hubungan kecepatan angin terhadap trend kasus diare di Kota K upang tahun 2011-2015. e) Menganalisis hubungan ketersediaan air bersih dengan kejadian diare di Kota Kupang tahun 2011-2015. D. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan untuk berbagai pihak. Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat dan menambah wawasan tentang iklim, air bersih dan diare.

6 2. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai masukan dan tolok ukur dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan program penyediaan air bersih bagi keberlangsungan hidup masyarakat. 3. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain yang juga tertarik terhadap isu perubahan iklim secara umum dan hubungannya dengan kejadian penyakit diare.

7 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan iklim dan diare adalah : Nama Peneliti D Zousa et al.,(2007) Kelly-Hope et al., (2007) Utina (2014) Tujuan penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Membandingkan hubungan antara kasus diare musiman akibat rotavirus pada anak-anak berumur dibawah 5 tahun dengan faktor iklim di 3 kota di Australia. Mengetahui tren musiman dan faktor iklim terhadap Bacterial Enteric Diseases di Vietnam tahun 1991-2001 Mengetahui hubungan faktor iklim dengan penyakit diare di wilayah kerja puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Gorontalo Ada hubungan yang signifikan antara faktor iklim (suhu dan kelembaban) dengan kejadian diare pada 3 kota tersebut pada musim yang berbeda-beda Di Vietnam, Bacterial Enteric Diseases memiliki pola musiman. Iklim memainkan peran dalam menentukan periode tinggi dan rendahnya penyakit, tetapi tidak tampak merupakan faktor penting yang mempengaruhi wabah. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara faktor iklim dengan penyakit diare dimana ρ value >α = 0.05). Untuk hari hujan dan diare mempunyai arah yang positif atau kedua variabel hubungannya searah Variabel suhu & kelembaban Variabel suhu, kelembaban dan curah hujan Variabel Iklim Variabel curah hujan, kecepatan angin dan ketersediaan air Metode analisis Lokasi & waktu penelitian Variabel kecepatan angin dan ketersediaan air Metode analisis Lokasi & waktu penelitian Variabel Ketersediaan Air Lokasi & waktu penelitian 7

8 Oktavia (2015) Mengetahui hubungan perubahan iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin) dengan kejadian diare di kota Jakarta Pusat pada periode tahun 2004-2013 Ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel iklim dengan kejadian diare Variabel Iklim Variabel ketersediaan Air Lokasi & waktu penelitianpeneli tian D Zousa et al., (2007) melakukan penelitian dengan membandingkan kasus diare pada anak balita pada tiga lokasi berbeda dan variabel iklim yang diteliti adalah suhu dan kelembaban. Penelitian yang dilakukan Kelly-Hope et al., (2007) bertujuan untuk mengetahui tren musiman dan pengaruh dari faktor iklim terhadap Bacterial Enteric Diseases di delapan wilayah di Vietnam dengan membandingkan variabel suhu, kelembaban dan curah hujan pada wilayah-wilayah tersebut dengan periode tinggi rendahnya kasus penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh Utina (2014) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim berupa curah hujan, suhu, kelembaban dan kecepatan angin dengan kejadian diare, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavia (2015) melakukan penelitian dengan tujuan serupa pada lokasi berbeda dengan rentang waktu yang lebih panjang. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya pada penelitian ini kasus diare diambil secara umum dan pada satu lokasi saja dengan rentang waktu lima tahun dan variabel iklim yang diteliti meliputi suhu, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan selain itu dalam penelitian ini variabel ketersediaan air bersih juga turut diteliti. 8