SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO. Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

EFISIENSI PEMASARAN DAGING SAPI PADA PERUSAHAAN DAERAH RUMAH POTONG HEWAN (PD RPH) KOTA MAKASSAR

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL. Diajukan Kepada: Program Studi Agribisnis

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi dari Rumah Pemotongan Hewan sampai Konsumen di Kota Surakarta

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

Kajian Efisiensi Tataniaga Cabai Merah Pada Pedagang Pengecer di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) DAGING SAPI DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

II. LANDASAN TEORI A.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BAB III MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) saluran tataniaga daging sapi di Kabupaten Purworejo, 2) margin dan share tataniaga daging sapi masingmasing saluran tataniaga, 3) bagian harga yang diterima produsen dan 4) efisiensi tataniaga daging sapi di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pemilihan lokasi penelitian dan pengambilan sampel produsen secara purposive sampling. Jumlah sampel pejagal/produsen sebanyak 3 orang, sampel tengkulak sebanyak 1 orang dan sampel pedagang pengecer sebanyak 13 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga pola tataniaga daging sapi di Kabupaten Purworejo yaitu Pola I Pejagal - Konsumen, Pola II Pejagal - Pedagang pengecer Konsumen, dan Pola III Pejagal - Pedagang Tengkulak - Pedagang pengecer Konsumen Total biaya tataniaga pola I Rp 0, biaya tataniaga pola II Rp 136,46, biaya tataniaga pola III Rp 231,59. Margin tataniaga pola I Rp 0, margin tataniaga pola II Rp 4.083,33, margin tataniaga pola III Rp 9.875,00. Bagian harga yang diterima pejagal pola I 100%, pola II 92,64%, pola III 86,63%. Efisiensi tataniaga daging sapi yaitu I 0%, pola II 0,27%, pola III 0,33%. Kegiatan tataniaga daging sapi di Kabupaten Purworejo yang paling efisien adalah pola pemasaran I (produsenkonsumen) yaitu sebesar 0% dan Saluran tataniaga yang paling tidak efisien adalah saluran III (pejagal - pedagang tengkulak - pengecer konsumen) yaitu sebesar 0,33%. Kata Kunci : Daging Sapi, Saluran, Biaya, Margin, dan Efisiensi Tataniaga PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kecerdasan masyarakat Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi protein hewani. Telah diketahui bahwa protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial dengan komposisi yang seimbang. Upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat berarti juga harus meningkatkan produksi bahan pangan asal ternak. Daging sapi bisa dijadikan pilihan untuk memenuhi konsumsi protein Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 78

hewani. Pemenuhan kebutuhan protein hewani akan meningkatkan permintaan dan produksi daging. Setiap 100 gram daging mengandung protein 18,8gram. Protein ini memiliki struktur asam amino yang sangat baik untuk tubuh seperti membantu pertumbuhan pada anak, memperbaiki sel-sel yang rusak, sebagai bahan pembentuk plasma kelenjar, sebagai cadangan energi serta dengan mengkonsumsi daging sapi dapat menjaga keseimbangan asam basa darah. Adapun kandungan gizi yang terdapat pada daging sapi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Gizi yang Ada Pada Setiap 100 gram Daging Sapi Kandungan Banyaknya Kandungan Satuan Kalori 207 kkal Protein 18,8 gram Lemak 14,0 gram Calcium 11 mg Phosphor 170 mg Besi 2,8 mg Sumber : Syakur (2012) Sapi potong merupakan komoditas subsektor peternakan yang sangat potensial. Hal ini bisa dilihat dari tingginya permintaan akan daging sapi. Namun, sejauh ini Indonesia belum mampu menyuplai semua kebutuhan daging sapi tersebut. Jumlah ternak di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Jumlah Ternak di Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2012 Tahun Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sapi perah 91 94 97 97 59 51 67 70 Sapi potong 14.130 13.067 13.067 16.980 16.738 18.038 20.207 21.735 Kerbau 2.093 2.295 1.969 1.764 1.637 1.641 1.834 1.853 Kuda 165 248 256 259 228 231 220 233 Kambing 102.15 102.26 102.74 103.17 113.31 112.776 93.237 99.421 9 4 7 1 0 Kambing PE 59.649 60.808 54.872 67.165 67.837 68.515 68.894 75.666 Domba 57.068 43.974 44.228 45.603 39.395 39.990 40.292 44.345 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 79

METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu memusatkan penelitian pada pemecahan masalahmasalah yang ada pada masa sekarang, data dikumpulkan, disusun dijelaskan, kemudian dianalisis (Surakhmad, 1982). B. Metode Analisis Data 1. Saluran dan Lembaga Tataniaga Pola dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga daging sapi dapat diketahui melalui wawancara langsung terhadap produsen daging sapi dan lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya. Analisis data saluran dan lembaga tataniaga secara deskriptif analisis. 2. Margin Tataniaga Rumus : M = Hk Hp (Sudiyono, 2001) Keterangan : M = Margin tataniaga Hk = Harga tingkat konsumen Hp = Harga tingkat produsen 3. Keuntungan Tataniaga Keuntungan yang diterima lembaga tataniaga diperoleh sebagai balas jasa dari proses penyaluran atau perpindahan mulai dari produsen sampai konsumen. Besarnya keuntungan lembaga tataniaga dapat ditulis: π = M B (Sudiyono, 2001) Keterangan : π = Keuntungan Lembaga Tataniaga M = Margin Tataniaga B = Biaya Tataniaga 4. Analisis Bagian Harga yang diterima Pejagal Besarnya bagian harga yang diterima pejagal dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 80

Bp = Hp Hk x 100% (Sudiyono, 2001) Keterangan : Bp = Bagian harga yang diterima produsen HP = Harga ditingkat produsen Hk = Harga ditingkat konsumen 5. Efisiensi Tataniaga Menurut Shepherd dalam Soekartawi (1989) menuliskan bahwa, efisiensi tataniaga adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan, atau dapat dirumuskan : EP s = (TB/TNP) x 100% Keterangan : EP s = Efisiensi tataniaga TB = Total biaya TNP = Total nilai produk HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penjualan dan Pembelian a. Produsen/ Pejagal dan Tengkulak Tabel 3. Data Jumlah Penjualan Daging Sapi Tingkat Produsen Jumlah Penjualan No Nama Pejagal Kualitas (Kg) Jumlah I II III IV (Kg) 1 Sutarmi 400,0 2 Yuyun 225,8 56,4 26,8 75,2 384,2 3 Purwadi 98,4 24,5 8,2 32,8 163,9 Sumber : Analisis Data Primer (2012) Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Sutarmi dalam menjual daging sapi tidak melakukan penggolongan kualitas daging. Sutarmi juga penjagal yang menjual daging dalam jumlah paling besar. Sutarmi selanjutnya akan menjual daging tersebut kepada tengkulak dan tengkulak yang mengelompokkan daging menjadi kualitas I, II, III dan IV. Tengkulak yang membeli daging dari Sutarmi adalah Dani. Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 81

Tabel 4. Data Jumlah Pembelian dan Penjualan Daging Sapi Tingkat Pedagang Tengkulak Volume Harga No. Nama Pembelian (Kg) Beli (Rp) Kualitas Jual (Rp) 1. Dani 400 64.000 I 93.000 II 88.000 III 78.000 IV 20.000 Sumber Data: Analisis Data Primer (2012) b. Pedagang Pengecer Tabel 5 Jumlah Pembelian dan Penjualan Daging Sapi Tingkat Pedagang Pengecer Nama Kualitas Volume Pembelian (Kg) Harga Pembelian (Rp) Harga Jual (Rp) Sariyatno I 38 93.000,00 96.000,00 II 22 88.000,00 93.000,00 III 4 78.000,00 84.000,00 IV 16 20.000,00 22.000,00 Gino I 45 93.000,00 95.000,00 II 10 88.000,00 93.000,00 III 7 78.000,00 84.000,00 IV 20 20.000,00 20.000,00 Sukarti I 28 93.000,00 96.000,00 II 15 88.000,00 95.000,00 III 6 78.000,00 85.000,00 IV 10 20.000,00 22.000,00 Sri I 40 93.000,00 96.000,00 II 13 88.000,00 95.000,00 III 3 78.000,00 85.000,00 IV 15 20.000,00 21.000,00 Abit I 28 93.000,00 95.000,00 IV 6 20.000,00 21.000,00 Titik I 30 93.000,00 96.000,00 IV 7 20.000,00 21.000,00 Yanah I 31 93.000,00 95.000,00 IV 6 20.000,00 20.000,00 Wakit I 56 83.000,00 86.000,00 II 20 78.000,00 84.000,00 III 5 70.000,00 76.000,00 IV 20 18.000,00 22.000,00 Munir I 59 83.000,00 85.000,00 II 15 78.000,00 84.000,00 III 5 70.000,00 77.000,00 IV 25 18.000,00 22.000,00 Sih I 20 80.000,00 85.000,00 II 8 75.000,00 78.000,00 III 4 68.000,00 75.000,00 IV 8 18.000,00 21.000,00 Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 82

Matik I 16 80.000,00 85.000,00 II 6 75.000,00 78.000,00 III 4,2 68.000,00 75.000,00 IV 10 18.000,00 21.000,00 Sutini I 16 80.000,00 87.000,00 II 3 75.000,00 81.000,00 IV 4,8 18.000,00 21.000,00 Saenah I 15 80.000,00 88.000,00 Sumber Data: Analisis Data Primer (2012) Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak semua pedagang pengecer menjual daging kualitas I, II, III dan IV. Hal ini tergantung pada besarnya modal yang dimiliki. Semakin besra modal yang dimiliki maka pedagang pengecer akan menjual daging dalam jumlah banyak dan kelas yang berbeda-beda. 2. Saluran Tataniaga Daging Sapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga pola saluran tataniaga daging sapi yang ada di Purworejo. Tabel 6. Pola Saluran Tataniaga Daging Sapi di Kabupaten Purworejo Pola Pasar Keterangan Tataniaga Pola I Pejagal - Konsumen Kutoarjo dan Kemiri Pejagal - Pedagang Pengecer - Kutoarjo dan Kemiri Pola II Konsumen Pejagal - Pedagang Tengkulak - Baledono dan Pola III Pedagang Pedagang Pengecer Suronegaran Konsumen Sumber : Analisis Data Primer (2012) 3. Analisis Biaya, Margin dan Share Tataniaga Daging Sapi a. Saluran Tataniaga Pola I (Pejagal Konsumen) Saluran tataniaga pada pola I meliputi pejagal konsumen. Besarnya margin dan distribusi margin tataniaga daging sapi dapat dilihat pada Tabel 7. Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 83

No Lembaga Pemasaran Tabel 7. Margin Distribusi dan Share Tataniaga Daging Sapi Harga Jual (Rp/kg) I II III IV Distribusi margin (%) Share (%) 1. Pejagal 85.500 81.000 38.000 21.000 0 0 Harga Jual ke 2. Konsumen 85.500 81.000 38.000 21.000 0 0 Total Margin 0 0 Sumber : Analisis Data Primer (2012) 2. Saluran Tataniaga Pola II (Pejagal - Pedagang Pengecer Konsumen) Saluran tataniaga pola II meliputi pejagal - pedagang pengecer konsumen. Besarnya margin dan distribusi margin tataniaga daging sapi dalam dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Analisis Margin dan Share Pemasaran Daging Sapi pada Saluran tataniaga Pola II No. Lembaga Pemasaran Rp/Kg Distribusi Margin (%) Share pemasaran (%) 1. Pejagal a) Rata-rata Harga Jual I 81.000,00 II 63.500,00 III 46.000,00 IV 15.000,00 Rata-rata 51.375,00 92,64 2. Pedagang Pengecer a) Rata-rata Harga Beli I 81.000,00 II 63.500,00 III 46.000,00 IV 15.000,00 Rata-rata 51.375,00 b) Biaya Penyusutan Timbangan 0,11 0,00 0,00 c) Biaya Penyusutan Pisau 4,05 0,10 0,01 d) Biaya Kemasan/ bungkus 65,63 1,61 0,12 e) Kebersihan 25,00 0,61 0,05 f) Bensin 41,67 1,02 0,08 g) Keuntungan 3.946,88 96,66 7,12 h) Rata-rata Harga Jual I 86.000,00 II 67.500,00 III 50.500,00 IV 17.833,33 Rata-rata 55.458,33 3. Konsumen Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 84

a) Rata-rata Harga Beli Konsumen I 86.000,00 II 67.500,00 III 50.500,00 IV 17.833,33 Rata-rata 55.458,33 4. Marjin Pemasaran 4.083,33 Sumber : Analisis Data Primer (2012) 3. Saluran tataniaga pola III (Pejagal Tengkulak Pedagang Pengecer Konsumen) Saluran tataniaga pola III meliputi pejagal tengkulak pedagang pengecer konsumen. Besarnya margin dan distribusi margin tataniaga daging sapi dilihat dalam Tabel 9. Tabel 9. Analisis Margin dan Share pemasaran Daging Sapi pada Saluran tataniaga Pola III No. Lembaga Pemasaran Rp/Kg Distribusi Margin (%) Share pemasaran (%) 1. Pejagal a) Harga Jual 64.000,00 86,63 2. Pedagang Tengkulak a) Harga Beli 64.000,00 b) Biaya Penyusutan Timbangan 0,03 0,00 0,00 c) Biaya Penyusutan Golok 1,03 0,01 0,00 d) Biaya Penyusutan Pisau 0,86 0,01 0,00 e) Bensin 12,50 0,13 0,02 f) Tenaga Kerja 175,00 1,77 0,24 g) Kebersihan 10,00 0,10 0,01 h) Kemasam (bagor) 5,00 0,10 0,01 i) Keuntungan 5.547,47 56,18 7,51 j) Harga Jual I 93.000,00 II 88.000,00 III 78.000,00 IV 20.000,00 Rata-rata 69.750,00 3. Pedagang Pengecer a) Harga Beli I 93.000,00 II 88.000,00 III 78.000,00 IV 20.000,00 Rata-rata 69.750,00 b) Biaya Penyusutan Timbangan 0,02 0,00 0,00 c) Biaya Penyusutan Pisau 0,90 0,01 0,00 d) Biaya Kemasan/ bungkus 15,00 0,15 0,02 Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 85

e) keamanan & kebersihan 5,00 0,05 0,01 f) Bensin 6,25 0,06 0,01 g) Keuntungan 4.097,83 41,50 5,55 h) Harga Jual I 95.750,00 II 94.000,00 III 84.500,00 IV 21.250,00 Rata-rata 73.875,00 4. Konsumen a) Harga Beli Konsumen I 95.750,00 II 94.000,00 III 84.500,00 IV 21.250,00 Rata-rata 73.875,00 5. Margin Pemasaran 9.875,00 Sumber : Analisis Data Primer (2012) 4. Bagian Harga yang Diterima Pejagal/ Produsen Bagian harga yang diterima pejagal merupakan bagian dari harga yang dibayarkan konsumen yang dapat dinikmati oleh pejagal. Tataniaga dapat dikatakan semakin efisien jika semakin tinggi bagian harga yang diterima pejagal. No Pola Pemasaran Tabel 10. Bagian Harga Yang Diterima Pejagal Harga Pejagal (Rp) Harga Konsumen (Rp) Total Margin (Rp/Kg) Bagian Harga Yang Diterima Pejagal (%) 1. Pola I 56.375 56.375 0 100,00 3. Pola II 51.375 55.458 4.083 92,64 4. Pola III 64.000 73.875 9.875 86,63 Sumber Data: Analisis Data Primer (2012) 5. Efisiensi Pemasaran Menurut Soekartawi (1989) efisiensi tataniaga adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan, atau dapat dirumuskan : EPs= TB TNP x 100 % Keterangan : EPs = Efisiensi Pemasaran TB = Total Biaya TNP = Total Nilai Produk. Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 86

Adapun nilai efisiensi dari kegiatan tataniaga daging sapi di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Pola I merupakan saluran tatanaiga yang paling efisien karena tidak diperlukan biaya tataniaga dalam penjualan daging sapi. Hal ini disebabkan daging sapi dari penjagal langsung dijual kepada konsumen. Pola III merupakan saluran tataniaga yang paling tidak efisien karena biaya yang dikeluarkan paling besar. Hal ini disebabkan pola III melibatkan tengkulak dan pedagang pengecer dalam penjualan daging sapi. Tabel 11. Efisiensi Tataniaga Daging Sapi di Kabupaten Purworejo No Pola Tataniaga Biaya Tataniaga Total Nilai Efisiensi (Rp) Produk (Rp) Tataniaga 1. Pola I 0 56.375 0,00 2. Pola II 136,46 51.375 0,27 3. Pola III 231,59 64.000 0,33 Sumber Data : Analisis Data Primer (2012) PENUTUP 1. Terdapat tiga pola tataniaga daging sapi di kabupaten Purworejo yaitu : a. Pola I : Pejagal - Konsumen b. Pola II : Pejagal - Pedagang Pengecer Konsumen c. Pola III : Pejagal - Pedagang Tengkulak Pedagang Pengecer Konsumen 2. Total biaya Pola sebesar I Rp 0, biaya Pola II sebesar Rp 136,46, dan biaya Pola III sebesar Rp 231,59. Margin pemasaran Pola I sebesar Rp 0, Pola II sebesar Rp 4.083,33, dan Pola III sebesar Rp 9.875,00. 3. Bagian harga yang diterima pejagal Pola I sebesar 100%, Pola II sebesar 92,64%, dan Pola III sebesar 86,63%. Hasil analisis efisiensi tataniaga daging sapi diketahui Pola I sebesar 0%, Pola II sebesar 0,27%, dan Pola III sebesar 0,33%. Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 87

4. Kegiatan tataniaga daging sapi di Kabupaten Purworejo yang paling efisien adalah pemasaran pola I (produsen-konsumen) yaitu sebesar 0% karena saluran pemasaran yang pendek dari pejagal langsung ke konsumen tanpa melalui tengkulak. Saluran tataniaga yang paling tidak efisien adalah saluran III (pejagal - pedagang tengkulak - pengecer konsumen) yaitu sebesar 0,33%. PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Purworejo Dalam Anggka. Purworejo. Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta. Sudiyono, Arman. 2001. Pemasaran Pertanian. UMM. Malang. Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik. Tarsono Bandung. Syakur. 2012. Daging Sapi Sehat Bermanfaat Bagi Tubuh. Diakses tanggal 6 Oktober 2012 Tataniaga Daging Sapi - Mariyono Dkk. Page 88