Kata Kunci : Kinerja, Cakupan ASI Eksklusif, Bidan Desa. Kepustakaan : 40, ( )

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS DI KABUPATEN SEMARANG.

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

belum baik karena standar pelayanan belum dilaksanakan seluruhnya, diperkuat

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat dengan tingkat kesehatan yang baik dapat memiliki angka

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408)

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di Kelurahan Rowosari Kota

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA KARYAWATI UNSIKA TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2017 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. obstetri di Indonesia adalah sebesar 23 per Kelahiran Hidup (KH)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENERAPAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS BANTUL II TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju

Nisa khoiriah INTISARI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

Analisis Implementasi Kebijakan ASI Eksklusif Di Tingkat Kabupaten Kebumen Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

EVALUASI PENATALAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI DI RB AMANDA, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Organisasi adalah salah satu komponen penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup serta dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. 1,2

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BRANGSONG 02 KABUPATEN KENDAL. Yuliana Saptiti Sari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Semarang Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. peralihan, masa bayi juga memerlukan penyesuaian. Bagi beberapa bayi

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN KEBUMEN Jafar Arifin*), Putri Asmita Wigati**), Anneke Suparwati**), Septo Pawela Arso**) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, **) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Angka kematian bayi dapat diturunkan dengan meningkatkan program ASI. Cakupan ASI Kabupaten Kebumen adalah 51,37%, 56,98%, dan 62,79% pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Cakupan ASI tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan Standar Nasional sebesar 80%. Hasil survei pendahuluan dengan 8 bidan desa menunjukkan bahwa semua bidan desa tidak pernah melakukan kunjungan ke rumah Ibu hamil dan tidak membentuk kelompok pendukung ASI (KP-ASI). Sebanyak 3 bidan desa tidak mensosialisasikan pengertian, manfaat dan kerugian susu formula. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja program program ASI di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 82 bidan desa dari total 460 bidan desa. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara persepsi kompensasi (p =0,028) dan motivasi (p=0,008) dengan kinerja program ASI. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah pengetahuan (p =0,162), persepsi kepemimpinan (p= 0,829), sarana dan prasarana (p =0,279), dan persepsi supervisi (p = 0,079). Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk membuat SOP pelaksanaan program ASI untuk bidan desa dan bidan koordinator meningkatkan supervisi baik secara kuantitas maupun kualitas. Kata Kunci : Kinerja, Cakupan ASI, Bidan Desa. Kepustakaan : 40, (1994-2014) PENDAHULUAN Saat ini angka kematian bayi di Indonesia masih di bawah target Milllennium Development Goals (MDG s). Target MDG s pada tahun 2015 AKB 28 per 1000 kelahiran hidup namun menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 tercatat sebesar 10,34 per 1000 kelahiran hidup, mengalami kenaikan menjadi 10,75 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 10,41 per 1000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Kebumen pada tahun 2011 sebesar 8,84 per 1.000 kelahiran hidup mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 10,44 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2013 turun menjadi 9,5 per 1000 kelahiran hidup. 1,2,3,4,5,6,7,8 Salah satu upaya menurunkan angka kematian bayi dengan meningkatkan program ASI. Data Profil 41

Kesehatan Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa cakupan ASI Kabupaten Kebumen pada tahun 2011 sebesar 51,37% tahun 2012 sebesar 56,98% dan tahun 2013 sebesar 62,79%. Cakupan ASI tersebut masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan Standar Target Nasional sebesar 80%. 6,7,8 Bidan desa sebagai petugas kesehatan yang berada di desa berperan penting dalam keberhasilan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Program ASI. Guna memberikan kontribusi pelayanan yang optimal kepada sasaran, setiap bidan desa harus berpedoman pada Delapan Langkah Menuju Keberhasilan Pemberian ASI : 9 1. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak kehamilan, masa bayi lahir sampai anak umur 2 (dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 2. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapatkan operasi cesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 3. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 4. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 5. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 6. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 7. Tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang diberi ASI. 8. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP- ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit / rumah bersalin / fasilitas pelayan kesehatan. Hasil survei pendahuluan melalui wawancara dengan 8 bidan desa diketahui bahwa semua bidan desa melakukan kunjungan ke rumah Ibu hamil karena sibuk dengan tugas yang banyak dan urusan keluarga. Sebanyak 3 bidan desa menyatakan tidak mensosialisasikan pengertian, manfaat dan kerugian susu formula karena mengangap ibu-ibu kurang tertarik dengan ASI dan ibu-ibu mudah lupa, sebanyak 2 bidan desa menyatakan tidak melakukan kunjungan bayi baru lahir dan hanya bertemu 1 bulan kemudian di Posyandu karena ibu yang melahirkan tidak mengundang bidan desa. Semua bidan desa menyatakan tidak membentuk kelompok pendukung ASI (KP-ASI) karena sibuk dan sulit untuk membentuknya. Hasil survei pendahuluan melalui wawancara dengan 6 orang ibu menyusui (bayi 1-6 bulan), 42

diketahui sebanyak 3 orang ibu yang sewaktu hamil tidak pernah mendapatkan sosialisasi ASI. Sebanyak 5 orang ibu diketahui melakukan Iinisiasi Menyusui Dini (IMD) ketika bersalin, dari 5 orang ibu IMD ternyata 4 orang ibu menyatakan ketika melahirkan bayinya hanya diletakan didekat payudara kurang dari 30 menit. Semua ibu menyatakan ketika air susu belum keluar bayi diberi susu sambung (susu formula). Sebanyak 3 orang ibu menyatakan belum pernah mendapatkan konseling ASI setelah melahirkan. Sebanyak orang 6 ibu menyatakan tidak dibantu bidan ketika mengalami kesulitan mengeluarkan air susu. Sebanyak 6 orang ibu menyatakan tidak ada kelompok ibu menyusui di tempat tinggalnya. Berdasarkan gambaran diatas diketahui bahwa kinerja bidan desa dalam pelaksanaan program ASI di Kabupaten Kebumen belum optimal.oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam pelaksanaan program ASI di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara variabel bebas pengetahuan, persepsi Kepemimpinan Kepala Puskesmas, sarana dan prasarana, persepsi kompensasi, motivasi dengan variabel kinerja program ASI di Kabupaten Kebumen.Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat 11 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bidan desa yang berada di Kabupaten Kebumen sebanyak 460 orang dengan sampel 82 bidan desa. Sampel terpilih dari setiap Puskesmas ditentukan menggunakan metode sampling berdasarkan proporsi bidan desa pada masing-masing Puskesmas. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusia lebih banyak berusia 29-33 tahun (41,1%). Rata rata responden berumur 33 tahun, dengan umur termuda 24 tahun dan umur tertua adalah 56 tahun.penelitian menunjukkan bahwa (89,0%) responden berlatar belakang Diploma (D3). Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyakresponden masa kerjanya 3-7 tahun dan 8-12 tahun (34,1%). Penelitian menunjukkan bahwa (52,4%) berstatus pegawai tidak tetap. Penelitian menunjukkan bahwa (92,7%) bidan desa menetap di desa binaan. Penelitian menunjukkan bahwa (98,8%) responden sudah menikah. B. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Bidan Desa 43

dalam Pelaksanaan Program ASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidan desa dengan pengetahuan baik lebih besar 69,5% dibandingankan dengan bidan dengan pengetahuan kurang baik 30,5%. Sementara Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan kinerja program ASI diketahui bahwa bidan desa dengan kinerja buruk lebih besar 64,4% dari pada bidan dengan kinerja baik yaitu 42,1%. Berdasarkan hasil uji Chi square yang dilakukan antara Variabel pengetahuan dengan variabel kinerja bidan desa dalam pelaksanaan program ASI diperoleh nilai p- value sebesar 0,162 (p>0,05). Tingginya nilai p-value yang didapat lebih besar dari 0,05 maka ha di tolak sehingga tidak ada hubungan antara pengetahuan bidan desa dengan kinerja bidan desa. Pada penelitan sebelumnya oleh Ninda Fithananti (2013) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja bidan didukung dengan nilai p=0,224 (p>0,05). Hal ini dijelaskan bahwa pengetahuan bukan menjadi faktor utama dari baiknya kinerja bidan namun ada faktor lain diantaranya, belum adanya peluang untuk mengembangkan ketrampilan, belum adanya kebijakan pemerintah untuk menugaskan bidan mengikuti seminar atau pelatihan, dan pengetahuan bidan yang dilatih dan tidak dilatih terhadap pelayanan program belum ada perbedaanya.16 Berdasarkan hasil penelitian dilapangan terhadap 82 sampel bidan desa di semua puskesmas di Kabupaten Kebumen bahwa segaian besar bidan desa dengan tingkat pendidikan terakhir adalah D3. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan program pemberian ASI. Beberapa pertanyaan mengenai ASI masih ada bidan desa tidak tahu jika pelayanan program pemberian ASI dimulai dari masa kehamilan, tidak tahu jika ASI di udara luar dapat bertahan selama 8 jam, tidak tahu jika ASI yang disimpan di tremos es bisa bertahan sampai 24 jam dan ASI yang disimpan di tempat buah kulkas bisa bertahan sampai 2 hari. Sehingga kurangnya pelatihan dan pemahaman terkait program ASI kepada bidan berpengaruh terhadap pengetahuan bidan desa. C. Hubungan Persepsi Kepmimpinan Kepala Puskesmas dengan Kinerja Bidan Desa dalam 44

Hasil penelitian menunjukkantidak ada hubungan antara persepsi kepemimpinan kepala puskesmas dengan kinerja bidan desa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Ninda Fithananti bahwa pada variabel kepemimpinan tidak bidan.dari beberapa pertanyaan mengenai persepsi kepemimpinan kepala puskesmas dalam pelaksanaan program ASI sebagian besar bidan desa menyatakan Kepala Puskesmas tidak pernah melibatkan bidan desa dalam pengambilan keputusan terutama dalam pelaksanaan program ASI. Kepala Puskesmas jarang memberikan respon positif terhadap tugas yang telah diselesaikan bidan desa dalam program ASI. Kepala Puskesmas tidak pernah mau menerima masukan dari bidan desa sebagai pelaksana program ASI. Kepala Puskesmas tidak pernah membantu bidan desa dalam melaksanakan program ASI. Kepala Puskesmas tidak pernah memberikan pembinaan kepada bidan desa tentang pelaksnaan program ASI. Kepala Puskesmas tidak pernah memberi fasilitasi pelatihan ASI. Kepala puskusmas kurang perhatian dengan program ASI karena program ASI kurang populer. Namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan program pemberian ASI. D. Hubungan Sarana dan Prasarana Kerja dengan Kinerja Bidan Desa dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara sarana dan prasarana kerja dengan kinerja bidan desa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Tulus Puji Hastuti (2013) yang menunjukkan hasil bahwa pada variabel sumber daya tidak bidan. Bidan desa yang mempunyai sarana dan prasarana kerja baik lebih banyak daripada yang sarana dan prasarana kerja kurang. Namun dari beberapa pertanyaan mengenai sarana dan prasarana kerja dalam pelaksanaan program ASI sebagian besar bidan desa menyatakan gedung poskesdes tidak layak pakai, tidak mempunyai modul pedoman Pelaksanaan Program ASI, tidak mempunyai buku pelporan cakupan ASI dan 45

tidak ada boneka untuk latihan menyusui. E. Hubungan Persepsi Supervisi Bidan Koordinator dengan Kinerja Bidan Desa dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara persepsi supervisi bidan koordinator dengan kinerja program ASI. Hasil tersebut sesuai penelitian sebelumnya oleh Ninda Fithananti (2013) yang menunjukkan hasil bahwa pada variabel supervisi tidak bidan. Pada penelitian ini berdasarkan kondisi di lapangan dengan sampel 82 bidan desa seluruh puskesmas di Kabupaten Kebumen Bidan desa yang mempunyai persepsi supervisi dari bidan koordinator dengan baik lebih banyak daripada yang mempunyai persepsi supervisi dari bidan koordinator kurang baik. Namun dari beberapa pertanyaan mengenai persepsi supervisi dari bidan koordinator dalam pelaksanaan program ASI. Sebagian besar bidan desa menyatakan bidan koordinator jarang melakukan supervisi terkait program ASI. Bidan desa ada jadwal supervisi dari bidan koordinator. Bidan desa menyatakan pelaksanakan supervisi tidak pernah dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan bidan Koordinator. Bidan Koordinator tidak pernah menyampaikan materi terkait program ASI ketika melakukan supervisi. Bidan Koordinator tidak pernah memberikan solusi atau masukan untuk permasalahaan yang ada pada saat melakukan supervisi. Bidan Koordinator tidak pernah memberikan contoh yang benar apabila bidan desa melakukan kesalahan dalam pelaksanaan program ASI. Bidan Koordinator tidak pernah menanyakan keberhasilan ASI yang telah dilakukan oleh bidan desa. Bidan Koordinator tidak pernah melihat dokumen laporan data ASI pada saat melakukan supervisi dan bidan koordinator tidak melakukan supervisi (kunjungan) pada saat bidan desa melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan program ASI. Bidan desa menyatakan supervisi bidan koordinator penting karena dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja dan membuat laporan, memudahkan bidan desa untuk konsultasi ketika ada permasalahan. Bidan koordinator tidak melakukan supervisi karena tidak mempunyai waktu yang cukup. Namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan 46

program pemberian ASI. F. Hubungan Persepsi Kompensasi dengan Kinerja Bidan Desa dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwaada hubungan antara persepsi kompensasi dengan kinerja bidan desa. Hasil tersebut sesuai penelitian sebelumnya oleh Melly (2011) yang menunjukkan hasil bahwa pada variabel kompensasi bidan. Bidan desa yang mempunyai persepsi kompensasi baik lebih banyak daripada bidan desa yang mempunyai persepsi kompensasi kurang. Namun Banyak bidan desa yang mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi bila bekerja dengan baik di pelayanan program ASI (KIA). Bidan desa mendapatkan pelatihan berkaitan dengan program ASI. Bidan desa mendapatkan bonus uang atau hadiah ketika target program ASI tercapai. Bidan desa mendapat sangsi ketika tidak mencapai target dalam pelaksanaan program ASI. Bidan desa mendapat pujian ketika target program ASI tercapai. G. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Bidan Desa dalam Hasil penelitian menunjukkanada hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan desa. Hasil tersebut sesuai penelitian sebelumnya oleh Ninda Fithananti (2013) yang menunjukkan hasil bahwa pada variabel motivasi bidan.pada penelitian ini berdasarkan kondisi di lapangan dengan sampel 82 bidan desa di seluruh puskesmas di Kabupaten Kebumen lebih banyak bidan desa yang mempunyai motivasi baik hanya ada beberapa bidan yang menyatakan target cakupan ASI yang tinggi dari Kementrian Kesehatan menambah beban kerjanya sebagai bidan desa. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam pelaksanaan program ASI di Kabupaten Kebumen adalah kompensasi dan motivasi. 2. Sebesar (69,5%) bidan desa dengan pengetahuan yang baik, sebesar (51,2%) bidan desa yang mempunyai 47

persepsi kepemimpinan kepala puskesmas baik, sebesar (58,5%), bidan desa dengan sarana dan prasarana kerja yang baik sebesar (54,9%) bidan desa yang mempunyai persepsi supervisi bidan koordinator baik, sebesar (52,4%), bidan desa yang mempunyai kompensasi baik dan sebesar (58,5%) bidan desa memiliki motivasi baik. 3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan bidan desa dengan kinerja bidan desa dalam pelaksanaan program ASI ( þ-value 0,162 >0,05). 4. Tidak ada hubungan antara persepsi kepemimpinan kepala puskesmas dengan kinerja program ASI þ-value (0,829 >0,05). 5. Tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana kerja bidan desa dengan kinerja program ASI þ-value (0,279 >0,05). 6. Tidak ada hubungan antara persepsi supervisi bidan koordinator dengan kinerja program ASI þ-value ( 0,079 >0,05). 7. Ada hubungan antara persepsi kompensasi dengan kinerja program ASI þ-value (0,028 <0,05). 8. Ada hubungan antara motivasi bidan desa dengan kinerja program ASI þ-value (0,008 <0,05) DAFTAR PUSTAKA 1. 1 Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.Penyebab Tingginya Angka Kematian Ibu Dan Bayi. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2014 2. Kementrian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan.2012 3. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2010. Semarang. Dinkes Provinsi Jawa Tengah.2010 4. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2011. Semarang. Dinkes Provinsi Jawa Tengah.2011 5. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2012. Semarang. Dinkes Provinsi Jawa Tengah.2012 6. Dinkes Kabupaten Kebumen. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011. Kebumen: Dinkes Kabupaten Kebumen.2011 7. Dinkes Kabupaten Kebumen. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2012. Kebumen: Dinkes Kabupaten Kebumen.2012 8. Dinkes Kabupaten Kebumen. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2013. Kebumen: Dinkes Kabupaten Kebumen.2013 9. Pemerintah Kabupaten Kebumen. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 126 Tahun 2013. Kebumen: Pemerintah Kabupaten Kebumen. 2013. 48

10. Murti B. Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Bidang Kesehatan. Jakarta: Gadjah Mada University Press. 2006. 49