BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah di daerahnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

meggunakan metode penemuan. Secara umum, manfaat metode penemuan dalam proses pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan serta metode apa pun harus benar-benar efektif. Proses. pembelajaran dalam suasana proses belajar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Herna Marlina, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hakikatnya dalah usaha sadar dari seorang guru dalam rangka menjapai tujuan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 1). Pendidikan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam membina kehidupan masyarakat menuju masa depan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dan prioritas yang tinggi oleh pemerintah, pengelola pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika telah dituangkan untuk mempelajari matematika di tingkat sekolah lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari (Winarni,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda dan membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda juga.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku sejak 2006 merupakan kurikulum yang menuntut kreativitas untuk menyusun model pendidikan yang sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah di daerahnya sehingga akan sesuai dengan karakteristik sekolah dan siswanya. KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. (E. Mulyasa, 2011:8) Kata belajar dan pembelajaran tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku secara aktif yang diarahkan pada suatu tujuan dengan proses mengamati, memahami, dan melaksanakan apa yang dipelajari. Menurut Wina Sanjaya dalam Prastowo (2013:49), menyatakan Belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik. Dikatakan positif karena perubahan perilaku disebabkan adanya penambahan dari perilaku sebelumnya yang cenderung menetap (tahan lama dan tidak mudah dilupakan). Jadi, belajar ialah suatu perubahan perilaku yang bersifat positif hasil dari proses berinteraksi dengan lingkungan. Menurut La Iru dan Arihi dalam Prastowo (2013:57), menyatakan 1

2 Secara harfiah, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dan mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi belajar dan mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru, termasuk lingkungan. Jadi, pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep serta kemampuan memecahkan masalah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran. Pencapaian mutu pendidikan harus dilaksanakan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu, harus dilakukan pula perbaikan terhadap sistem pendidikan yang dimulai dari tingkat sekolah dasar. Meskipun kurikulum 2006 ini telah diterapkan sejak lama, namun masih belum menunjukkan perubahan secara signifikan. Masalah-masalah terkait pembelajaran masih belum diatasi dengan baik sehingga menghasilkan kualitas siswa yang masih seadanya. Pelajaran matematika sering kali dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit. Hal tersebut dikarenakan adanya penggunaan rumus dan penghitungan angka untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan. Matematika dapat menjadi lebih mudah apabila ditunjang dengan penggunaan metode, model dan media yang tepat. Karena salah satunya fungsi dari metode, model dan media yaitu memudahkan konsep yang sulit, serta membantu siswa untuk dapat lebih memahami konsep yang diberikan.

3 Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di kelas 3 di SDN Sukagalih 8 Bandung, guru masih menggunakan model yang sama pada setiap pembelajaran matematika serta masih berpusat pada guru, hal tersebut membuat pembelajaran menjadi tidak kondusif dan tidak menyenangkan karena siswa tidak didorong secara langsung untuk memahami konsep dalam memecahkan masalah serta tetap menyenangkan selama pembelajaran. Selain itu, tidak ada kegiatan yang memupuk kemampuan problem solving siswa melalui kegiatan memecahkan masalah yang terjadi di sekitarnya. Hal tersebut berdampak pada rendahnya pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika karena konsep yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak realistis dengan kehidupan siswa. Berdasarkan fakta dari data hasil yang didapatkan di kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan, dari jumlah siswa 36 orang yang mencapai KKM 70 hanya terdapat 16 siswa yang mencapai KKM dan 20 siswa yang belum mencapai KKM. Belum tercapainya KKM oleh siswa merupakan masalah yang harus dicari solusinya. Namun sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Masalah mendasar yang dikeluhkan oleh guru kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan yakni penggunaan model dan media yang kurang variatif sehingga membuat siswa tidak memahami konsep dalam menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan serta kurangnya kemampuan memecahkan masalah yang menyebabkan hasil belajarnya

4 menjadi rendah. Faktor utama yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yakni model dan media yang kurang tepat sehingga siswa tidak memahami konsep dalam pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Hal tersebut membuat pembelajaran menjadi kurang efektif karena tidak adanya kesempatan siswa untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti melakukan perbaikan pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan model Problem Based Learning. Penggunaan model Problem Based Learning ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Model yang akan digunakan yaitu model Problem Based Learning. Menurut Duch dalam Abadi (2011), tersedia: (http://www.novian sangpendiam.blogspot.com/2011/04/problem-based-learning-pembelajaran.html), Problem-Based Learning adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Menurut Sudjana dalam Abadi (2011), tersedia: (http://www.novian sangpendiam.blogspot.com/2011/04/problem-based-learning-pembelajaran.html), keunggulan yang dimiliki model Problem Based Learning ini, yaitu: 1) Realistic dengan kehidupan siswa 2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3) Memupuk sifat inquiry siswa 4) Retensi konsep jadi kuat, dan 5) Memupuk kemampuan problem solving

5 Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di sekitarnya. Siswa menemukan konsep dengan menyelesaikan masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Pembelajaran dengan model seperti ini akan lebih bermakna dan sangat menarik karena siswa belajar dengan caranya masing-masing sesuai dengan karakternya. Selain itu, siswa pun belajar untuk memahami konsep dalam proses pembelajaran tersebut serta dapat melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ada di sekitarnya secara mandiri dan bertanggung jawab. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memandang penting dan perlu untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pada Siswa Kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan. 2. Pembelajaran tidak kondusif dan tidak menyenangkan. 3. Guru masih menggunakan metode ceramah, belum pernah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 4. Siswa tidak didorong secara langsung untuk memahami konsep.

6 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Belum semua guru terampil menyusun RPP dengan menggunakan model Problem Based Learning agar pemahaman konsep dan hasil belajar siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan meningkat 2. Cara guru menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan agar pemahaman konsep dan hasil belajar siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 meningkat. 3. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan model Problem Based Learning. 4. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangandengan menggunakan model Problem Based Learning. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi

7 penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung? Permasalahan tersebut merupakan masalah pokok yang akan dijadikan kajian utama dalam penelitian tindakan kelas ini. Adapun masalah yang akan diteliti dalam proses pelaksanaannya dapat diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung? 2. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung? 3. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung? 4. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung?

8 E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. 2. Tujuan Khusus a. Ingin mengetahui penyusunan RPP dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung. b. Ingin mengetahui penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung. c. Ingin mengetahui peningkatan pemahaman konsep dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung. d. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung.

9 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan keilmuan mengenai penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung. 2. Manfaat secara praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Agar pemahaman konsep siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan meningkat setelah menggunakan model Problem Based Learning. 2) Agar hasil belajar siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan meningkat setelah menggunakan model Problem Based Learning. b. Manfaat bagi guru 1) Agar guru memiliki gambaran menyusun RPP dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung. 2) Agar guru lebih terampil dalam menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas 3 SDN Sukagalih 8 Bandung.

10 c. Manfaat bagi sekolah 1) Agar kualitas pendidikan di sekolah meningkat. 2) Agar kualitas pembelajaran di sekolah meningkat. d. Manfaat bagi peneliti 1) Agar dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian dengan menerapkan model Problem Based Learning. 2) Agar menambah wawasan tentang penggunaan model Problem Based Learning. G. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Problem Based Learning Menurut Ward dan Stepien dalam Abadi (2011), tersedia: (http://www.noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/problem-basedlearning-pembelajaran.html) PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Jadi, PBL merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk memecahkan masalah yang terjadi di sekitarnya melalui tahap-tahap metode ilmiah.

11 2. Pemahaman Konsep Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa: Pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka bisa mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Menurut Ruseffendi (1998:157) mengemukakan bahwa konsep adalah suatu ide yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut. Jadi, pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk mengerti, mengungkapkan, mengelompokkan, dan mengaplikasikan objek sesuai dengan materi yang diberikan. 3. Hasil Belajar Mulyasa dalam Himitshuqalbu (2014), tersedia: (http://www.himitsu qalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Jadi, hasil belajar merupakan prestasi belajar yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung.