BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA ANGGOTA POLISI LALU LINTAS YANG BERTUGAS DI LAPANGAN DENGAN DERAJAT BERAT VENA VARIKOSA

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN METODA PHASE ONLY CORRELATION ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proposal

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

OPTICAL CT SCAN MODALITAS PENCITRAAN BIOMEDIS YANG RELATIF MURAH, AMAN, DAN PORTABEL. Oleh: Margi Sasono

Sunglasses kesehatan mata

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jantung dan pembuluh darah (26,3%). Ditemukan angka kematian akibat penyakit

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

FAKTOR RESIKO TERJADINYA VARISES VENA TUNGKAI BAWAH (VVTB) PADA PRAMUNIAGA DI KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL BINARY PATTERN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. rectal yang terkadang disertai pendarahan. mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Pengertian trombosit dan Vena

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

RONTGEN Rontgen sinar X

BAB I PENDAHULUAN. Pengidap penyakit jantung di Indonesia terus meningkat, menurut dr M.

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FILTER GABOR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

Insufisiensi Vena Kronik

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

Etiology dan Faktor Resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit vena merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh penduduk negara maju dan negara berkembang. Penyakit vena kronis dapat memiliki dampak sosial ekonomi yang besar karena prevalensinya yang tinggi. Salah satu contoh penyakit vena kronis adalah insufisiensi vena kronis (chronic venous insufficiency [CVI]) dengan gejala klinik yang secara langsung dapat terlihat pada kulit yaitu telangiektasia dan vena varikosa (varicose vein [VV]), maupun perubahan warna kulit serta ulkus kaki (Longo, Kasper, Jameson, Fauci, Hauser, & Loscalzo, 2012). Prevalensi penyakit vena dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita daripada pria dan prevalensinya juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Longo, Kasper, Jameson, Fauci, Hauser, & Loscalzo, 2012). Faktor presdisposisi dari penyakit vena antara lain adalah predisposisi genetik dan kehamilan, sedangkan faktor risiko adalah obesitas, jarang berolahraga, konsumsi rendah serat, dan kebiasaan seperti berdiri atau duduk terlalu lama (Jawien, 2003). Penyakit ini biasanya bersifat asimtomatik, namun pada umumnya orang yang menderita penyakit vena ini akan mencari solusi medis karena alasan kosmetik. Alasan kosmetik ini tidak menimbulkan gangguan yang berarti bagi kesehatan maupun kematian namun dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita dalam aktivitas sosial maupun pekerjaan. Alasan kosmetik ini dapat dikurangi apabila penderita mendapatkan terapi yang tepat (Eberhardt & Raffetto, 2005).. Diagnosis penyakit vena pada saat ini menggunakan standar baku emas pemeriksaan Duplex Ultrasonography. Pemeriksaan ini merupakan teknik yang tidak invasif dan dapat memberikan informasi yang lengkap dalam menunjang diagnosis penyakit vena (Bergan, 2007). Duplex Ultrasonography selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit vena juga dapat digunakan untuk menentukan beratnya penyakit vena, arah aliran darah dan kecepatannya dalam pembuluh darah (Eberhardt & Raffetto, 2005). Selain itu dengan teknologi yang 1

terbaru, alat ini dapat membedakan pembuluh darah vena dan arteri berdasarkan warna. Pada penyakit vena, apabila vena yang mengalami kelainan letaknya superficial, maka kelainan ini dapat diketahui secara dini sehingga penderita dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan. Kekurangan dari teknik Duplex Ultrasonography adalah mahalnya biaya pemeriksaan dan ketersediaan alat yang terbatas sehingga diperlukan alat alternatif lain dengan harga yang relatif murah dan dapat digunakan secara luas serta memiliki kemampuan yang mendekati pemeriksaan Duplex Ultrasonography (Bergan, 2007). Sebuah alat alternatif dibuat pada penelitian ini agar dapat mengambil gambaran vena superficialis dengan tidak invasif dan memiliki harga yang relatif murah. Alat ini merupakan modifikasi dari kamera closed-circuit television (CCTV) agar lebih sensitif terhadap cahaya near infrared (NIR) sehingga dapat mengambil gambaran vena superficialis. Sumber cahaya NIR pada penelitian ini berasal dari light emitting diode (LED) dengan panjang gelombang 850 nm. Gambaran yang didapatkan akan diproses menggunakan suatu metode pencitraan tertentu sehingga gambaran vena superficialis yang didapatkan merupakan bayangan atau refleksi dari daerah yang disinari dengan cahaya NIR. Daerah yang diperiksa untuk mengetahui gambaran vena pada penyakit IVK adalah regio genus posterior. Gambaran vena superficialis dari region tersebut kemudian direkam menggunakan sensor charged-coupled device (CCD) yang harganya relatif murah. Gambaran tersebut kemudian diproses dengan perangkat lunak MATLAB sehingga didapatkan diameter vena superficialis pada regio tersebut. Diameter vena superficialis pada wanita usia dewasa secara fisiologis akan meningkat seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, alat alternatif berupa kamera CCTV yang dimodifikasi dengan sumber cahaya NIR diteliti sehingga dapat memberikan gambaran vena superficialis pada regio genus posterior pada tiga kelompok wanita usia dewasa. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah terdapat peningkatan diameter terbesar vena superficialis pada regio genus posterior dengan peningkatan usia pada wanita usia dewasa. 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mencari alat alternatif yang lebih murah dalam mendapatkan gambaran vena superficialis pada regio genus posterior wanita dewasa. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana alat CCTV yang dimodifikasi dapat mengukur diameter vena superficialis pada regio genus posterior wanita usia dewasa. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Ilmiah Manfaat ilmiah penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengungkapkan kemungkinan potensi alat CCTV yang telah dimodifikasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran serta informasi bagi penelitian selanjutnya terutama anatomi vena superficialis regio genus posterior. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bahwa alat CCTV yang dimodifikasi ini merupakan alat alternatif yang lebih murah khusus untuk para dokter di dalam megukur diameter vena superficialis untuk mendeteksi dini penyakit insufisiensi vena kronik dan secara umum kepada masyarakat luas bahwa ada alat yang dapat mengukur diameter vena superficialis untuk mendeteksi dini penyakit insufisiensi vena kronik. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Prevalensi vena varikosa pada insufisiensi vena kronik meningkat tajam sesuai dengan bertambahnya usia dan progresivitas penyakit tersebut mungkin dimulai sejak usia muda serta lebih sering terjadi pada wanita. (Jawien, 2003). 3

Mayoritas varises primer pada tungkai bawah disebabkan oleh refluks pada tingkat sapheno-femoral junction (SFJ) atau sapheno-popliteal junction (SPJ). Pola refluks vena superficialis juga selalu from top down (Necas, 2010). Pada regio genus posterior dan cruris posterior terdapat pembuluh darah vena superficial utama yaitu vena saphena parva disertai cabangnya (Moore, Dalley II, & Agur, 2010). Pada chronic venous insufficiency terdapat gangguan katup yang mana katup tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga menganggu aliran darah balik. Darah yang menumpuk meregangkan vena. Ini menyebabkan pembuluh darah vena mengalami dilatasi progresif dan menjadi berkelok-kelok. (Eberhardt & Raffetto, 2005) Cahaya NIR merupakan spektrum cahaya elektromagnetik sebelum warna merah pada spektrum cahaya yang dapat terlihat. Cahaya NIr dapat menembus lapisan kulit dan lemak subkutan dengan efektif karena tingkat penyerapannya rendah sehingga tersebar ke segala arah, sedangkan sinar NIR diabsorpsi oleh hemoglobin atau tersebar ke arah depan gerakan darah. Ini menyebabkan pembuluh darah vena superficialis yang mengandung eritrosit terdeoksigenasi tampak sebagai area dengan warna lebih gelap dikelilingi oleh area dengan warna yang lebih terang. (Miyake, et al., 2006) Oleh karena itu, penelitian untuk membandingkan gambaran vena superficialis pada tungkai bawah dengan menggunakan sinar NIR pada 3 kelompok wanita usia dewasa dapat dilakukan dan hasil dari penelitian ini mungkin dapat digunakan untuk mendeteksi dini varicose vein pada chronic venous insufficiency. 1.5.2 Hipotesis Penelitian Kamera CCTV dengan NIR dapat memberikan gambaran peningkatan diameter dari salah satu vena superficialis genus posterior pada wanita dewasa seiring dengan peningkatan usia. 4

1.6 Metodologi Desain penelitian merupakan observasional analitik dan bersifat komparatif. Metode proses pencitraan yang digunakan adalah 2D-Matched Filter dengan proses binarisasi Otsu Threshold kemudian diameter vena diukur dengan ARIA (Automated Retinal Image Analyzer v1.0). Algoritma tersebut diimplementasikan dengan perangkat lunak MATLAB R2012b. Data yang diukur adalah diameter terbesar dari vena superficial pada regio genus posterior dalam satuan pixel. Pengolahan data selanjutnya menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 21. 5