DOSEN PEMBIMBING Chastine Fatichah, S.Kom, M.Kom MAHASISWA Yudis Anggara P. ( )

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

BAB IV EKSPERIMEN. 4.1 Tujuan

Pemanfaatan Algoritma Hybrid Ant Colony Optimization dalam Menyelesaikan Permasalahan Capacitated Minimum Spanning Tree. Tamam Asrori ( )

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

Seleksi Fitur Dua Tahap Menggunakan Information Gain dan Artificial Bee Colony untuk Kategorisasi Teks Berbasis Support Vector Machine

MODEL PREDIKSI HARGA SAHAM BERDASARKAN HISTORIES DATA DAN KONDISI TERKINI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMILAR SEQUENCE MATCHING DAN MAX-MIN ANT SYSTEM

BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR)

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

BAB III ANALISIS DAN PENYELESAIAN MASALAH

Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

BAB IV MODEL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

BAB II LANDASAN TEORI

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen

ANT COLONY OPTIMIZATION

BAB III SISTEM MODEL PREDIKSI HARGA SAHAM

II TINJAUAN PUSTAKA. * adalah operasi konvolusi x dan y, adalah fungsi yang merepresentasikan citra output,

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Penyelesaian Masalah Travelling Salesman Problem Menggunakan Ant Colony Optimization (ACO)

Pemilihan Jalur Evakuasi Dalam Keadaan Darurat Menggunakan Algoritma Quantum Ant-Colony

BAB IV ANALISIS MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penjadwalan Definisi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar

PENGGUNAAN FITUR ABSTRAKSI DAN CATATAN PUBLIKASI PENULIS UNTUK KLASIFIKASI ARTIKEL ILMIAH DENGAN METADATA YANG TERBATAS

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori

SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION. Taufan Mahardhika 1

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Job shop scheduling problem (JSSP) adalah permasalahan optimasi

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

OPTIMALISASI TRAVELLING SALESMAN WITH TIME WINDOWS (TSPTW) DENGAN ALGORITMA SEMUT

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ)

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

3.6 Data Mining Klasifikasi Algoritma k-nn (k-nearest Neighbor) Similaritas atribut numerik

ROCCHIO CLASSIFICATION

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS)

BAB V EKSPERIMEN TEXT CLASSIFICATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang penting (Baharudin, Lee and Khan, 2010). Beberapa peneliti telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ALGORITMA HYBRID ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) DAN LOCAL SEARCH UNTUK OPTIMASI PEMOTONGAN BAHAN BAKU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

KLASTERISASI PADA SUBRUANG DENGAN ALGORITMA PEMBOBOTAN ENTROPI PADA K-MEANS PADA SPARSE DATA BERDIMENSI TINGGI

Analisa Pencarian Jarak Terpendek Lokasi Wisata di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (ACO)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Segmentasi Citra Berwarna Menggunakan Deteksi Tepi dan Fuzzy C-Means yang Dimodifikasi Berdasarkan Informasi Ketetanggaan

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

KLASTERISASI BERDASARKAN KESAMAAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PCLUSTER (Kata kunci: Penggalian Data, Klasterisasi Kesamaan Pola)

Aplikasi GIS Berbasis J2ME Pencarian Jalur Terpendek Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) Di Kabupaten Bangkalan

KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN ABSTRAK

PRESENTASI TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PENGGABUNGAN ALGORITMA SUPPORT VECTOR MACHINE DAN SIMULATED ANNEALING PADA PERMASALAHAN KLASIFIKASI POLA

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODUL REKOMENDASI SECTION PADA OPEN JOURNAL SYSTEM (OJS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

Penerapan Ant Colony Optimization Sebagai Problem Solver Dalam Sliding Puzzle Games

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK...

BAB III LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (VRPTW) MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM

BAB 3 METODOLOGI Metode Penelitian. Dalam melakukan penelitian akan permasalahan ini, penulis menggunakan metode

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penelitian Awal Identifikasi Masalah Perumusan Masalah

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

Algoritma. Untuk. Problem Dengan. Vehicle. Window. Jasa

4 Notepad dan Microsoft Excel sebagai editor data.

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1.2 Perumusan masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

Matematika dan Statistika

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Analisis dan Implementasi Ant Colony Algorithm untuk Clustering

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB 3 PENGENALAN WAJAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI HELPDESK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MENGGUNAKAN CONCEPT FREQUENCY-INVERSE DOCUMENT FREQUENCY (CF-IDF) DAN K-NEAREST NEIGHBORS (K-NN)

Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System

PENGELOMPOKAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK REDUKSI DIMENSI NONNEGATIVE MATRIX FACTORIZATION DAN RANDOM PROJECTION SKRIPSI

5. Struktur Penulisan Tesis

Segitiga Fuzzy-Neural Network untuk Mengenali Pola dari Model Input Data yang Berdistribusi

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Sidang Tugas Akhir September 2009 Implementasi Metode Ant Colony Optimization untuk Pemilihan Fitur pada Kategorisasi Dokumen Teks DOSEN PEMBIMBING Chastine Fatichah, S.Kom, M.Kom MAHASISWA Yudis Anggara P. (5105.100.153)

Latar Belakang Internet menjadi sumber informasi utama Dokumen Teks yang semakin banyak ex. Blog, online paper, etc. Perlu kategorisasi agar memudahkan pencarian. Dimensi feature space pada dokumen teks sangat besar Jumlah fitur yang digunakan dalam kategorisasi harus dikurangi.

Tujuan Mengurangi dimensi feature space tanpa mengurangi akurasi classifier. Membuat suatu classifier yang dapat dipakai untuk menguji feature subset yang dihasilkan.

Pemilihan Fitur Jumlah fitur harus dikurangi agar classifier dapat berjalan secara efisien Fitur-fitur pada feature space tidak semuanya berguna. Akurasi classifier tidak boleh turun secara signifikan Metode yang digunakan, antara lain conformity dan uniformity, ant colony optimization

Ant Colony Optimization (ACO) Terinspirasi dari kehidupan koloni semut. Salah satu cabang swarm intelligence. Memanfaatkan pheromone sebagai media pertukaran informasi antar agent. Menggunakan heuristic information untuk mencapai tujuan lokal. Menggunakan mekanisme positive feedback dan pheromone evaporation untuk mencapai tujuan global.

ACO (Cont.)

Pemilihan Fitur Berbasis ACO Konsep: Menggunakan proses iteratif untuk membuat feature subset. Heuristic information yang digunakan adalah classifier performance. Mekanisme positive feedback dan pheromone evaporation diimplementasikan pada akhir iterasi.

Pemilihan Fitur Berbasis ACO 1. Membuat representasi graph Graph harus fully connected, tiap vertex merepresentasikan fitur dan mengandung informasi heuristic information dan nilai pheromone.

Cont. 2. Inisialisasi awal sistem ACO Untuk tiap fitur, nilai pheromone = 1, dan heuristic information = 0 3. Pembuatan feature subset Tiap ant memulai dengan memilih satu fitur secara acak, kemudian peluang suatu fitur dipilih berikutnya adalah:

Cont. Rumus diatas digunakan untuk menghitung Rumus diatas digunakan untuk menghitung peluang sebuah fitur i dipilih oleh seekor ant k pada langkah t. adalah nilai pheromone dan adalah heuristic information.

Cont. 4. Menghitung pheromone tiap ant Pheromone yang dihasilkan oleh tiap ant dihitung setelah semua ant selesai membuat feature subset, rumusnya: Dimana adalah feature subset yang dihasilkan oleh ant k pada iterasi t, adalah panjangnya dan adalah akurasinya

Cont. 5. Memeriksa jumlah iterasi Apabila iterasi sudah mencapai maksimum iterasi maka sistem dihentikan dan feature subset dari best ant dihasilkan sebagai output. Jika belum, maka dilanjutkan ke langkah 6.

Cont. 6. Mengupdate jumlah pheromone tiap fitur. Pheromone yang dihasilkan oleh seekor ant k ditambahkan ke semua fitur yang dipilih oleh ant k tersebut. Setelah semua ant selesai menambahkan pheromone-nya, kemudian best ant menambahkan pheromone-nya sekali lagi.

Cont. 7. Generate populasi ant baru Mulai melakukan pemilihan fitur pada iterasi selanjutnya, kembali ke langkah 3 dan dilakukan seterusnya sampai mencapai iterasi maksimum.

Nearest Neighbourhood Classifier (NN-Classifier) Mengategorisasikan suatu obyek kedalam kategori obyek lain yang paling mirip dengannya. Kemiripan suatu obyek dengan obyek lainnya ditentukan dengan menghitung jarak antar obyek. Pada kategorisasi teks, kemiripan suatu dokumen dengan dengan dokumen lain dinyatakan dengan similarity.

Cont. 1. Membuat matriks vektor model Matriks vektor model adalah matriks bobot frekuensi dengan kolom menyatakan id term dan baris menyatakan dokumen.

Cont. 2. Mengategorisasi dokumen tes Tiap dokumen tes dihitung similaritynya terhadap semua dokumen train, dokumen tes dan dokumen train diperoleh dari matriks vektor model pada langkah 1

Implementasi ACO Bagan sistem pemilihan fitur ACO:

Cont. Input : Dataset yang digunakan harus memenuhi constraint sbb: Kolom memiliki format: 1. Id dokumen 2. Id kategori 3. Id term 4. Frekuensi term Id fitur dan id dokumen harus urut Dokumen training adalah dokumen pada id 1 n, sedangkan dokumen tes adalah dokumen pada id n+1 max dokumen Output : Output yang dihasilkan adalah feature subset berupa kumpulan Id term yang disimpan dalam bentuk vektor.

Implementasi Subsistem ACO 1. Inisialisasi Subsistem Deklarasi variabel-variabel yang digunakan, termasuk struktur data penyimpanan feature subset, pheromone, dan akurasi feature subset.

Cont. 2. Pembuatan feature subset Pada langkah ini, semua ant pada sebuah iterasi i mulai membentuk feature subset secara bergiliran. Pada iterasi pertama, feature subset dipilih secara acak, sedangkan pada iterasi selanjutnya menggunakan langkah sebagai berikut:

Cont. Hitung vektor heuristic Vektor heuristic adalah vektor yang tiap elemennya adalah nilai rata-rata akurasi dari id fitur yang sama dengan indeks tiap elemennya. Hitung peluang semua fitur. Pilih fitur dengan peluang terbesar

Cont. 2. Tiap kali seekor ant memilih satu fitur kemudian menambahkannya ke feature subset sebelumnya, feature subset yang baru tersebut dites akurasinya menggunakan subsistem NN-Classifier. Seekor ant berhenti memilih fitur apabila tidak mampu memperbaiki akurasi classifier sampai 40 kali berturut-turut.

Cont. 3. Setiap kali seekor ant selesai menghasilkan feature subset akhir dan akurasinya, dihitung jumlah pheromone yang dihasilkannya.

Cont. 4. Update pheromone tiap ant. Pada Tugas Akhir ini, digunakan dua metode untuk update pheromone. Metode pertama, pheromone yang dihasilkan tiap ant langsung ditambahkan ke fitur-fitur yang dipilih ant tersebut. Metode kedua, pheromone yang akan ditambahkan ke nilai pheromone pada iterasi sebelumnya adalah rata-rata nilai pheromone tiap fitur pada iterasi sekarang.

Cont. 4. Setelah pheromone tiap fitur diupdate, ditambahkan lagi dengan pheromone yang dihasilkan oleh best ant pada tiap fitur yang dilewatinya. Hal ini bertujuan agar best feature subset memiliki peluang terpilih lebih besar pada iterasi selanjutnya memilih.

Implementasi Subsistem NN- Classifier 1. Membuat matriks vektor model Matriks vektor model dibuat dengan cara memetakan dataset menjadi format vektor model. 2. Matriks data train adalah dokumen pada matriks vektor model dengan id dokumen 1 sampai id dokumen n dimana n adalah jumlah dokumen training yang diinginkan, dokumen sisanya pada matriks vektor model menjadi dokumen tes.

Cont. 3. Mengategorisasi tiap dokumen tes. Tiap dokumen tes dihitung similaritynya terhadap semua dokumen train, dokumen train yang digunakan adalah dokumen train pada langkah 2 yang sudah dikurangi fiturnya sesuai dengan feature subset yang diinputkan.

Cont. 4. Menghitung akurasi feature subset yang dihasilkan dengan rumus: jumlah dokumen tes yang dikategorisasi benar x 100% jumlah semua dokumen tes

Uji Coba Data input adalah dataset dari Tugas AkhirYuliyanti (TC angkatan 2004). Jumlah fitur pada dataset sebanyak 6522 fitur dan jumlah dokumen 207 dokumen yang dibagi menjadi 16 kategori. Parameter input sistem: Parameter max_iterasi 50 Nilai jml_ant 40 α 1 β 1 ρ 0.2 Ф 0.8 jml_dok_training 129

Skenario Uji Coba Skenario I: Update pheromone menggunakan metode pertama. Skenario II:Update pheromone menggunakan metode kedua. Proses tiap skenario digambarkan melalui scatter plot id ant vs pheromone yang dihasilkan. Scatter plot digambarkan tiap 10 iterasi. Pheromone dipilih sebagai indikator pengamatan karena jumlah pheromone yang dihasilkan oleh seekor ant dapat menunjukkan kualitas feature subset yang dihasilkannya.

Pelaksanaan Skenario I iterasi 1 Pada gambar diatas tiap ant pada iterasi 1 memilih feature secara acak dan menghasilkan nilai pheromone yang bervariasi antara 45-91.

Pelaksanaan Skenario I iterasi 10 Pada gambar diatas tiap ant mulai konvergen dalam memilih feature, dan rentang nilai pheromone yang dihasilkan mulai mengecil antara 65,5-67,5.

Pelaksanaan Skenario I iterasi 20 Pada gambar diatas terjadi anomali dimana konvergensi ant dalam memilih feature semakin berkurang dibandingkan dengan gambar sebelumnya, hal ini ditunjukkan dengan rentang nilai pheromone yang semakin besar, antara 65-76.

Pelaksanaan Skenario I iterasi 30 Pada gambar diatas pheromone yang dihasilkan oleh ant pada iterasi ini meningkat pesat dengan rentang nilai antara 75-86 namun konvergensi berkurang ditunjukkan dengan grafik scatter yang makin menyebar.

Pelaksanaan Skenario I iterasi 40 Pada gambar diatas konvergensi ant menguat dibandingkan gambar sebelumnya namun terjadi penurunan nilai maksimum pheromone dibandingkan gambar sebelumnya, dari 86 menjadi 76.5.

Pelaksanaan Skenario I iterasi 50 Pada gambar diatas terjadi anomali pada id ant 23, dimana jumlah pheromone yang dihasilkan jauh lebih sedikit dibandingkan ant lainnya.

Pelaksanaan Skenario II iterasi 1 Pada gambar diatas ant memilih feature secara random dan nilai pheromone yang dihasilkan memiliki rentang antara 53-90.

Pelaksanaan Skenario II iterasi 10 Pada gambar diatas ant mulai memilih secara konvergen dan nilai pheromone yang dihasilkan meningkat pesat dibandingkan gambar sebelumnya dengan rentang nilai antara 75-94.

Pelaksanaan Skenario II iterasi 20 Pada gambar diatas meskipun nilai maksimum pheromone yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan gambar sebelumnya, namun nilai rata-rata pheromone tiap ant menjadi lebih besar karena hampir semua ant menghasilkan pheromone dengan nilai >92.

Pelaksanaan Skenario II iterasi 30 Pada gambar diatas meskipun tidak terjadi kenaikan nilai maksimum pheromone dibandingkan gambar sebelumnya namun rata-rata nilai pheromone yang dihasilkan semakin besar, hal ini bisa dilihat dari nilai minimum pheromone yang semakin besar.

Pelaksanaan Skenario II iterasi 40 Pada gambar diatas nilai rata-rata pheromone yang dihasilkan meningkat pesat dibandingkan gambar sebelumnya karena sebagian besar ant menghasilkan pheromone lebih dari 94,5.

Pelaksanaan Skenario II iterasi 50 Pada gambar diatas meskipun nilai rata-rata pheromone tidak bertambah secara signifikan, namun terjadi kenaikan nilai maksimum pheromone dibandingkan gambar sebelumnya, dari 94,7 menjadi 96.

Hasil Uji Coba Skenario I Best ant adalah ant dengan id ant 38 pada iterasi ke-5. Pheromone yang dihasilkan oleh best ant adalah 88,5675. Feature subset yang dihasilkan oleh best ant mengandung jumlah fitur sebanyak 718 fitur. Sehingga total pengurangan dimensi feature space oleh best ant adalah 88,9911%. Akurasi best feature subset adalah 88,462% Nilai minimum pheromone yang dihasilkan adalah 46,3692.

Hasil Uji Coba Skenario II Best ant adalah ant dengan id ant 6 pada iterasi ke-26. Pheromone yang dihasilkan oleh best ant adalah 95,9173. Feature subset yang dihasilkan oleh best ant mengandung jumlah fitur sebanyak 328 fitur. Sehingga total pengurangan dimensi feature space oleh best ant adalah 94,97% Akurasi best feature subset adalah 96,154%. Nilai minimum pheromone yang dihasilkan adalah 53,3248.

Evaluasi Hasil Uji Coba Tidak seperti pada skenario I yang cenderung stagnan, pada skenario II rata-rata pheromone yang dihasilkan oleh tiap ant terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari indikator mayoritas nilai pheromone yang dihasilkan, nilai maksimum pheromone dan nilai minimum pheromone yang terus meningkat pada tiap gambar.

Evaluasi (Cont.) Sistem Feature Selection pada skenario II lebih selektif dalam memilih fitur dibandingkan dengan skenario I, hal ini dapat dibuktikan dengan dimensi feature subset yang dihasilkan pada skenario II lebih kecil namun memiliki akurasi yang lebih besar daripada skenario I.

Evaluasi (Cont.) Update pheromone menggunakan metode II dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan metode I. Hal ini dikarenakan pada metode I, pheromone pada tiap fitur diupdate dengan cara ditambahi langsung oleh tiap ant yang memilihnya sehingga menyebabkan penambahan jumlah pheromone pada suatu fitur yang terlalu cepat. Penambahan jumlah pheromone pada suatu fitur yang terlalu cepat menyebabkan ant-ant terlalu cepat menjadi konvergen dalam memilih fitur pada iterasiiterasi awal. Padahal pada iterasi-iterasi awal, informasi yang disimpan pada vektor heuristic belum cukup banyak untuk bisa menentukan fitur-fitur mana yang representatif.

Kesimpulan Implementasi metode ACO dalam feature selection dapat mengurangi dimensi feature space sampai menjadi kurang dari 10% dari dimensi awal. Feature subset yang dihasilkan oleh sistem feature selection yang mengimplementasikan metode ACO dapat menghasilkan akurasi sampai 96%. Metode update pheromone yang lebih baik adalah menghitung nilai rata-rata pheromone tiap fitur terlebih dahulu baru kemudian ditambahkan ke nilai pheromone iterasi sebelumnya.

Saran Perlu dilakukan optimasi agar runtime sistem dapat selesai dalam waktu yang lebih singkat. Perlu dilakukan uji coba yang lebih mendalam untuk menentukan nilai parameter-parameter input yang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Sistem feature selection perlu dicoba menggunakan dataset dan metode classifier yang lain.

Daftar Pustaka Mehdi Hosseinzadeh Aghdam, Nasser Ghassem Aghaee, Mohammad Ehsan Basiri. Text Feature Selection Using Ant Colony Optimization. Science Direct, March 2009. Yuliyanti. Fuzzy Support Vector Machine untuk Klasifikasi Multi Kelas pada Dokumen Berbahasa Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.2008. Andrea Roli. Ant Colony Optimization. AironewsVol.7 no.3 (Pages1-3), Autumn 2002. http://en.wikipedia.org/wiki/ant_colony_optimization.html http://en.wikipedia.org/wiki/k-nearest_neighbor_algorithm.html http://www.usenix.org/events/sec02/full_papers/liao/liao_html/node4.html