1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu tanaman pangan indonesia. Di indonesia ada beberapa tanaman pangan yang dikonsumsi rakyat sebagian berasal dari beberapa jenis padi, ubi jalar, ubi kayu dan jagung. Namun produktivitas tanaman padi yang jauh tinggi sehingga mendominasi kebutuhan pokok makanan sebagaian besar rakyat indonesia dibandingkan tanaman pangan lainnya. Produk hasil tanaman padi biasa kita kenal dengan istilah Beras (Purnomo & Purnamawati, 2007). Beras sebagai makanan pokok rakyat indonesia telah diproduksi disebagian besar wilayah indonesia. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk kebutuhan terhadap beras semakin meningkat. Sehingga pemerintah dituntut dapat meningkatkan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk indonesia. Di indonesia potensi hasil panen padi di targetkan mencapai 5-9 t/ha. Namun hasil nasional baru mencapai 5,15 t/ha (BPS, 2013). Pada tahun 2012-2013 produktivitas panen padi di pulau jawa menurun sebasar 1,81 % atau 1,07 % ku/ha. Penurunan produktivitas terjadi pada bulan Mei Agustus sebesar 0,02 % atau 0,01 ku/ha sedangkan produksinya turun sebesar 2,43% atau 572.495 ton (BRS, 2014). Hal tersebut disebabkan beberapa kendala salah satunya adalah serangan hama dan penyakit (Widiarta, 2010).
2 Hama dan penyakit merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyebabkan gagal panen dan ketidakstabilan produksi hasil tanaman budidaya. Berdasarkan kompilasi data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah (2013), OPT yang menyerang pertanaman padi di Jawa Tengah diantaranya adalah Hama Penggerek Batang, Tikus, WBC, Putih Palsu, Walang Sangit, Lalat Daun, Ganjur, Ulat Grayak, Belalang, Siput Murbei, Ulat grayak, Ulat Daun, Thrips, Penyakit Hawar Bakteri, Tungro, Kerdil Kuning, Bercak Bergaris, Blast, Hawar Pelepah, Bercak Daun Coklat, Kerdil Rumput, dan Kerdil Hampa. Total luas serangan OPT pada tanaman padi di Jawa tengah mencapai 115.045 ha, atau 6,43 % dari luas tanam (1.788.513 ha), terdiri dari serangan ringan 100.799 ha, sedang 9.683 ha, berat 1.464 ha dan puso 3.092 ha. Di antara ketiga jenis serangan, serangan ringan pada tanaman padi paling banyak ditemukan yaitu pada bulan Agustus Desember (BRS, 2014). Salah satu serangan ringan disebabkan oleh Rhizoctonia solani penyebab Hawar pelepah padi. Luas serangan Hawar pelepah padi tahun 2011 mencapai 902 ha dan pada tahun 2012 menjadi 165 ha di wilayah jawa tengah (BPS, 2014). Penyakit Hawar pelepah menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah, dan gabah kopong atau tidak berisi. Serangan Rhizoctonia solani terjadi pada awal musim anakan padi sampai musim panen. Untuk menghindari kerugian dan kegagalan panen disebabkan oleh Rhizoctonia solani petani biasanya menggunakan fungisida sintetik pada waktu menjelang pascapanen (PPDPTP, 2009).
3 Fungisida sintetik merupakan bahan kimia buatan yang digunakan untuk menghentikan perkembangbiakan jamur pada tanaman. Petani biasanya menggunakan fungisida golongan tebukonazole yang dipercaya mampu mempercepat pemasakan bulir padi dan meningkatkan kesuburan tanaman. Namun fungisida golongan tebukonazole memiliki dampak negatif dalam menghambat perkembangan hifa dan kolonisasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) (PHC, 2009). Perkembangan hifa dan kolonisasi FMA mampu memberi manfaat bagi tanaman dalam menyerap unsur hara makro P, meningkatkan kemampuan menyerap unsur mikro Cu, Zn, Bo, memperlambat proses penuaan akar dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Sehingga secara alami tanaman akan mampu memperthankan diri dari serangan patogen (Suharno & Sancayaningsih, 2013). Berdasarkan dampak negatif dari tebukonazole diatas maka diperlukan alternatif untuk menanggulangi dampak negatif dari fungisida sintetik golongan tebukonazole tersebut salah satu cara dengan menggunakan ekstrak alami yang berasal dari tumbuhan. Tumbuhan memiliki sistem metabolit sekunder untuk pertahanan dari serangan jamur. Namun perlu disintesis dalam jumlah cukup untuk digunakan sebagai pertahanan diri. Maka dari itu perlu dibuat ekstrak dari tanaman yang mempunyai kemampuan sebagai antifungal. Dari penelitian terdahulu beberapa tumbuhan telah digunakan secara alami sebagai antifungal terhadap jamur Rhizoctonia solani diantaranya yaitu tumbuhan Nimba (Azadirachta indica) menghambat Rhizoctonia solani pada taraf konsentrasi 1 sampai 5% (Purwantisari,
4 2002), daun dan bunga cengkeh pada konsentrasi 25% (Sunarto et al.,1999 ) dan daging buah picung pada konsentrasi 39,3% (Achmad et al., 2012 ). Salah satu tanaman lain yang memiliki kemampuan sebagai antifungal adalah tumbuhan anting-anting. Anting-anting terbukti mampu menghambat pertumbuhan jamur karena memiliki kandungan senyawa antifungal untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans dan Microsporum canis (Somchit et al., 2010). Aspergillus niger, Candida kefyr dan Candida tropicalis (Kanimozi et al., 2012). Aspergilus flavus, Aspergilus terreus, Blastomyces dermatidis, Cryptococcus neoformans, Fusarium moniliform, Fusarium solani, Histoplasma capsulatum, dan Penicillium marneffei (Balasubramanian et al., 2012) dan Jamur Fusarium.sp pada konsentrasi 50% (Siva et al., 2008). Menurut Balasubramian et al. (2012), ekstrak anting-anting memiliki senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, fenol dan saponin sehingga dapat digunakan sebagai antifungal. Berdasarkan asumsi di atas maka peneliti berniat mencoba membuat ekstrak etanol dari daun anting-anting sebagai antifungal terhadap pertumbuhan jamur Rhizoctonia solani sehingga dapat memberi informasi bagi petani tentang fungisida alami dalam menanggulangi serangan jamur Rhizoctonia solani pada tanaman padi. 1.2. Rumusan masalah Dari judul di atas dapat dirumuskan beberapa hal untuk dikaji pada skripsi ini : 1.2.1. Apakah terdapat pengaruh ekstrak daun anting-antingan terhadap pertumbuhan jamur Rhizoctonia solani.
5 1.2.2. Berapa perbandingan konsentrasi ekstrak dari daun anting-antingan dan fungisida sintetik untuk menghambat pertumbuhan jamur Rhizoctonia solani. 1.3. Tujuan Hasil Penelitian 1.3.1. Mengetahui terdapat pengaruh ekstrak daun anting-antingan terhadap pertumbuhan jamur Rhizoctonia solani. 1.3.2. Mengetahui perbandingan konsentrasi ekstrak daun anting-antingan dan fungisida sintetik untuk penghambat pertumbuhan jamur Rhizoctonia solani 1.4. Kegunaan Penelitian Dengan diketahuinya pengaruh ekstrak anting-antingan (Acalypha Indica Linn.) terhadap jamur (Rhizoctonia solani). Peneliti dapat memberikan sumbangan informasi kepada petani alternatif lain penggunaan fungisida sintetik untuk menghentikan serangan jamur penyebab hawar pada tanaman padi. Dengan kata lain hasil penelitian merupakan Follow up penggunaan informasi yang diaplikasikan peneliti guna memberikan sumbangan bagi pertanian indonesia.