BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di

dokumen-dokumen yang mirip
AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan prasarana transportasi sangat menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah B A. Studi Pustaka MULAI. Permasalahan. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Medan juga sebagai kota yang memiliki keberagaman suku dan budaya serta

LAPORAN AKHIR RINGKASAN VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA SURAKARTA,

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Data AMDK tahun 2011 Gambar 1.1 Grafik volume konsumsi air minum berdasarkan tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

80/PMK.03/2012 JASA ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN JASA ANGKUTAN UMUM DI AIR YANG TIDAK DIKENAI PAJAK PE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ke bawah justru mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survey asal tujuan transportasi nasional (ATTN 2001 dan 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di pulau Sumatera, dan sisanya terdistribusi di bagian timur kepulauan Indonesia. Dari pergerakan total barang tersebut ternyata 90% dilakukan dengan moda darat (jalan), 7% dengan moda laut, dan sisanya dengan moda lain (seperti kereta api, pesawat terbang, dan angkutan sungai dan penyeberangan). Pergerakan barang melalui jalan masih merupakan pilihan yang dianggap lebih efisien. Pilihan ini tentu berpengaruh terhadap beban lalulintas di jalan dan serta mempercepat tingkat kerusakan jalan. Tidak dapat dipungkiri memang bahwa jalan mempunyai peran yang sangat strategis, bukan hanya dalam bidang angkutan orang dan barang, melainkan juga dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan hankam. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tuntutan agar jalan yang dilewati memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pergerakan. Namun dalam kenyataannya, kondisi jalan mengalami penurunan sesuai dengan bertambahnya umur, berpengaruhnya peran teknologi pada sektor sarana transportasi jalan berupa kemajuan kendaraan dengan ditunjukkan adanya kemampuan mengangkut dalam jumlah besar, kecepatan serta dimensi kendaraan dimana dalam hal ini kendaraan barang 1

2 sehingga memungkinkan kendaraan angkutan barang dapat mengangkut dengan muatan yang cenderung berlebih. Dengan melihat adanya suatu fenomena pesatnya kemajuan teknologi di bidang sarana transportasi jalan, maka terdapat suatu perbedaan yang berarti antara kondisi geometrik jalan yang berdasar pada dimensi kendaraan rencana yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yang dalam pengertian kendaraan rencana adalah suatu kendaraan bermotor yang terpilih dimensi unsur teknis kendaraannya, dimensi dan karakteristik operasi kendaraan tersebut digunakan untuk mendesain reka bentuk geometri jalan agar memenuhi pergerakan kendaraan rencana (Kusnandar, 2005) dengan kondisi dimensi kendaraan saat ini yang mengalami suatu perubahan signifikan, sehingga terdapat suatu akibat dalam penurunan keselamatan dalam berkendara sehingga perlu dilakukan perubahan atau disesuaikan dengan kondisi riil saat ini. Dengan adanya perbedaan tersebut di atas maka berakibat tidak sesuainya hasil rencangan unsur geometri jalan di lapangan sehingga berpengaruh terhadap ruang gerak bagi kendaraan saat ini dan meningkatnya peluang untuk terjadinya kecelakaan, hambatan serta ketidaknyamanan dalam berkendara. Melihat permasalahan tersebut, dengan cara melihat karakteristik kendaraan khususnya kendaraan angkutan barang pada lintasan Pantai Utara Jawa diharapkan dapat mengetahui desain kendaraan rencana operasional khusus angkutan barang yang sesuai dengan kondisi lapangan saat ini.

3 B. Perumusan Masalah Permasalahan yang terjadi adalah, fenomena kendaraan angkutan barang yang melintas pada jalan apakah terdapat perubahan dimensi unsur teknis kendaraan rencana yang ditetapkan Ditjen Bina Marga dengan kendaraan yang operasional di lapangan dalam hal ini kendaraan angkutan barang. Sehingga diharapkan dengan adanya informasi penerapan operasional dimensi unsur teknis kendaraan angkutan barang di lapangan, nantinya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan geometri jalan khusus kendaraan angkutan barang. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menghitung beban muatan kendaraan berat baik yang sesuai dengan peruntukkan serta kelebihan muatan yang akan menimbulkan perubahan dari umur masa layanan jalan; 2. Mengetahui penerapan secara operasional dimensi kendaraan angkutan barang di lapangan; 3. Mengetahui proporsional muatan barang, perilaku perjalanan serta jumlah moda angkutan barang yang melintas sehari-hari di Jalur Pantai Utara Jawa.

4 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui beban maksimal yang ada dilapangan sebagai penentu upaya penanganan dalam menghadapi beban muatan berlebih; 2. Mengetahui pola perjalanan kendaraan angkutan barang yang melalui rute Jalur Pantai Utara Jawa; 3. Berupa sumbangan pemikiran kepada Pemerintah dalam penentuan ukuran dimensi kendaraan rencana yang berpengaruh pada desain perencanaan dan perancangan geometrik jalan dan jembatan khusus bagi kendaraan barang guna peningkatan keselamatan berkendara di jalan. 4. Memberikan suatu pendapat gambaran mengenai satuan ruang parkir bagi moda angkutan barang berdasarkan kondisi aktual saat ini. E. Keaslian Penelitian Banyak penelitian sebelumnya lebih kepada implementasi penanganan muatan lebih seperti penelitian berupa program demand control. Pada penelitian Rahim (2000) dalam penelitiannya yang mencoba mengimplementasikan beban muatan lebih dengan penerapan Road User Tax serta menyimpulkan bahwa perlu dilaksanakan retribusi pembayaran pajak yang lebih tinggi terhadap kendaraan bermuatan lebih, sehingga ini diharapkan bahwa pengusaha lebih untung menggunakan kendaraan bersumbu lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan bersumbu sedikit. Sad Marga, dkk (2005) memberikan suatu Kajian lnstrumen Pungutan Bagi Pengguna Jalan Untuk Dana Pemeliharaan Jalan dengan studi

5 kasus di Propinsi Jawa Barat menyimpulkan bahwa perlu adanya retribusiretribusi tambahan pada kendaraan bermuatan lebih, seperti retribusi pada Bahan Bakar Minyak (BBM). Global Adhikreasindo bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan (2007) dengan mencoba suatu kajian Implementasi Penanganan Muatan Lebih Berbasis Performance Base Countract dengan studi kasus di Pulau Jawa, yang mana disimpulkan bahwa pembangunan jalan direncanakan satu kontrak dengan pembangunan jembatan timbang dengan tujuan agar adanya sistem tanggung jawab terpusat pada satu kontrak kerja yaitu antara pembangunan jalan dengan jembatan timbang. Muhammad Idham (2008) mencoba mengimplementasikan kaitan pengaruh beban muatan yang berlebih pada jalan lintas Timur Sumatera di Propinsi Riau dengan menyimpulkan dengan adanya peningkatan konstruksi perkerasan jalan dengan cara pelapisan ulang merupakan pilihan alternatif yang ekonomis, efisien, serta efektif dengan didukung peran jembatan timbang yang sesuai dengan ketentuan aturan yang berlaku. Untuk penelitian mengenai kendaraan rencana, pada penelitian Kusnandar (2005) memberikan suatu gambaran bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara unsur teknis kendaraan yang tercantum dalam pedoman perencanaan geometri jalan dengan kegiatan operasional kendaraan di lapangan. F. Batasan Penelitian Mempertimbangkan luasnya permasalahan yang tercakup dalam studi ini, maka perlu adanya batasan-batasan. Adapun batasan penelitian dalam studi ini adalah :

6 1. Wilayah studi dari penelitian ini berada di Jalan Pantai Utara Jawa (Pantura) Eks Karesidenan Pekalongan; 2. Jenis kendaraan yang diteliti adalah semua jenis kendaraan angkutan barang yang masuk pada jembatan timbang, serta observasi pengamatan dimensi kendaraan angkutan barang pada tempat peristirahatan (rest area); 3. Konteks terhadap penelitian ini dibatasi hanya pada umur pelayanan, tingkat okupansi muatan barang, jenis komoditas yang diangkut, pola perjalanan kendaraan angkutan barang; 4. Penelitian ini mengarah penentuan dimensi kendaraan rencana dan rancangan satuan ruang parkir dengan berdasar pada ukuran dimensi kendaraan angkutan barang riil.