BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

HaidarPputra Daulay, Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta, 2004, hlm

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yakni Al-Qur`an dan Hadits yang di dalamnya. Akhlak dalam Islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, 2005), hlm. 51. hlm.2. 1 Achmad Sugandi, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dapat diartikan usaha sadar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan potensi anak, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi yang sangat maju pesat banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak keimanan. Ini terjadi disebabkan oleh akhlaq manusia yang rendah. 1 Selain itu, munculnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern disamping menawarkan berbagai kemudahan dan kenyamanan hidup, juga membuka peluang untuk melakukan berbagai tindakan kejahatan yang lebih canggih lagi, jika ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut disalahgunakan. 2 Manusia harus mampu memilah mana yang baik untuk bisa diambil manfatnya dan mana yang buruk untuk ditinggalkan agar tidak mendapat kemahdhartan. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membina akhlaq yang baik agar manusia bisa memilah dan menggunakan kecanggihan teknologi sesuai dengan kebutuhan dan tidak menyalahgunakan teknologi yang ada. Oleh karena itu sangat penting untuk memelajari pentingnya akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq yang baik dapat diperoleh melalui pendidikan 1 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 55. 2 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150. 1

khususnya pendidikan Islam, karena pada hakikatnya pendidikan Islam adalah untuk membina akhlaq yang baik. Pendidikan dengan segala cara dan bentuknya merupakan kebutuhan setiap makhluk bernama manusia, dan manusia akan selalu mencari model-model atau bentuk-bentuk pendidikan yang dapat memersiapkan peserta didik untuk menyongsong masa depannya karena peserta didik adalah generasi yang akan menggantikan posisi orang dewasa. 3 Untuk itu manusia akan mencari model atau bentuk pendidikan yang baik dan sesuai dengan kebutuhannya yakni agar peserta didik mampu menjadi generasi penerus mereka. Pendidikan adalah suatu proses, di mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat atau media yang sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri sehingga mencapai tujuan yang ditetapkan. 4 Tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan fitrah dan SDM sehingga menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) yang siap mengemban amanah dan kekhalifahan. 5 Untuk menjadi insan kamil hendaknya manusia memunyai akhlaq yang baik, karena akhlaq adalah hal yang mendasari perbuatan-perbuatan manusia. 3 Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 1. 4 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 151. 5 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 14. 2

Sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Yatimin Abdullah bahwa martabat manusia ditentukan oleh perbuatannya dan perbuatannya itu ditetntukan oleh kehendak hati, ikhtiar, dan pilihan hidup yang dijatuhkan. 6 Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina akhlaq peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan yang memengaruhi akhlaq orang yang berada dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, sering dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia. Yang pada hakekatnya pendidikan merupakan usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Ada tiga lingkungan pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan peserta didik yaitu pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. ketiganya tidak berdiri terpisah, melainkan saling berkaitan dengan rangkaian tahapan-tahapan. Ketiganya berjalan seiring, terpadu, searah dan saling melengkapi, dan sama-sama bertanggung jawab dalam masalah pendidikan. 7 Dimana pendidikan keluarga adalah dasar atau awal pendidikan seorang anak, yang kemudian dilanjutkan pada pendidikan di lingkungan sekolah, dan yang terakhir pada lingkungan 6 Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an, hlm. 34. 7 Khoiriyah, Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 161. 3

masyarakat tempat peserta didik tinggal yang akan berpengaruh dalam perkembangan peserta didik. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anakanak mereka, karena dari merekalah anak mua-mula menerima pendidikan. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. 8 Pendidikan yang dimaksud termasuk juga pendidikan akhlaq dan sikap anak dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan pendidikan akhlaqlah yang biasanya diterapkan oleh para orang tua terhadap anaknya, karena sebagian besar orang tua menyerahkan pendidikan teori anak kepada sekolah-sekolah yang mereka percaya. Akhlaq dilihat dari asal mulanya dibagi menjadi dua yaitu bawaan dan pembentukan. Bawaan adalah akhlaq muncul karena bawaan sejak lahir. Pebentukan adalah akhlaq muncul karena proses pembentukan. 9 Pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan fitrah dalam keimanan Islam dan tauhid. Akhlaq juga termasuk sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. 10 Akan tetapi perlu adanya pembelajaran Islam dengan tindakan/perbuatan, karena akhlaq akan berkembang sesuai 8 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 35. 9 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail Media Group, 2009), hlm. 36. 10 Asmaran, Pengantar Studi Akhlaq, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 1. 4

dengan pembinaan yang diberikan. Pengaruh yang besar dalam pembinaan akhlaq adalah lingkungan. Lingkungan yang paling sering disinggahilah yang paling berpengaruh terhadap akhlaq seseorang dalam hidupnya. Proses pendidikan atau pembinaan akhlaq ini dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Selain itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Peralihan dari bentuk pendidikan jalur pendidikan luar sekolah (dalam hal ini keluarga) ke jalur pendidikan sekolah (formal) memerlukan kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolahan. 11 Pada mulanya anak akan mengenal dan menyukai sekolah dikarenakan pengenalan dan dorongan dari orang tua untuk sekolah. Ketika orang tua merasa masa bodoh dengan pendidikan, anak pun akan merasa tidak membutuhkan pendidikan. Dalam pendidikan yang terjadi di sekolah peran dan pengaruh guru amat besar, oleh karena itu akan lebih efektif apabila guru mengetahui latar belakang masing-masing peserta didik yang dihadapinya. Karena sejauh manakah seseorang berhubungan dengan 11 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 90. 5

lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh kepadanya, baik pengaruh positif yang bernilai pendidikan ataupun pengaruh negatif yang bisa merusak perkembangannya. 12 Dengan mengetahui latar belakang peserta didik dan bekerja sama dengan orang tua peserta didik, maka jika terdapat peserta didik yang berakhlaq kurang baik di sekolah, guru bisa bekerja sama dengan orang tua dan mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Kemudian orang tua akan mengerti betapa pentingnya lingkungan (tempat tinggal) peserta didik dapat berpengaruh terhadap pendidikan terutama pendidikan akhlaq peserta didik. SMP Darul Ma arif terdapat perbedaan peserta didik menurut latar belakang lingkungan tempat tinggal mereka. Di satu pihak, terdapat peserta didik yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyyah (MI) dan berasal dari Sekolah Dasar (SD) yang bertempat tinggal di pondok pesantren. Di pihak lain, juga terdapat peserta didik berasal dari MI dan SD yang tidak bertempat tinggal di pesantren. 13 Perbedaan latar belakang tempat tinggal tersebut jelas akan berimbas pada adanya perbedaan akhlaq antara peserta didik yang tinggal di pesantren dan yang tidak tinggal di pesantren. Idealnya, peserta didik yang tinggal di pesantren lebih baik akhlaqnya dibanding yang tidak tinggal di pesantren, karena mereka lebih intens dengan masalah keagamaan di lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka secara secara sendirinya akan lebih menaruh hormat kepada keluarga kyai ataupun ustadz. Akan 13 12 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 35. 6

tetapi realitasnya hal tersebut tidak selalu benar, karena akhlaq peserta didik yang tidak tinggal di pesantren juga relatif baik, bahkan kadang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tinggal di pesantren. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul: STUDI KOMPARASI AKHLAQ ANTARA PESERTA DIDIK YANG TINGGAL DI PESANTREN DENGAN YANG TIDAK TINGGAL DI PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH BATANG B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang perlu dikaji dalam skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimanakah akhlaq peserta didik yang tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif? 2. Bagaimanakah akhlaq peserta didik yang tidak tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif? 3. Adakah perbedaan akhlaq peserta didik yang tinggal di pesantren dengan yang tidak tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif? C. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui akhlaq peserta didik yang tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif b. Untuk mengetahui akhlaq peserta didik yang tidak tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif 7

c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan akhlaq antara peserta didik yang tinggal di pesantren dengan yang tidak tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Batang. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan betapa pentingnya memilih lingkungan belajar, terutama bagi orang tua dalam memilihkan tempat tinggal bagi anaknya. Sehingga peserta didik dapat berakhlaq yang baik dengan berperilaku dan bersikap baik dalam kehidupan sehari-hari karena berada di lingkungan yang baik. b. Manfaat Praktis 1) Bagi sekolah Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan masukan bagi sekolah mengenai ada tidaknya perbedaan akhlaq peserta didik antara yang tinggal di pesantren dan yang tidak tinggal di pesantren di SMP Darul Ma arif, sebagai tambahan acuan bagi sekolah untuk lebih memerhatikan pergaulan peserta didiknya. Sehingga peserta didik mampu memahami akhlaq dengan baik dan kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 8

2) Bagi guru Sebagai acuan dalam proses pembelajaran khususnya dalam materi akhlaq, sehingga para guru akan lebih memerhatikan akhlaq peserta didiknya dengan baik. 9