BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar

PENDAHULUAN. Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang. dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Usman (2010 : 97) menyatakan Pengelolaan kelas adalah keterampilan

LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD,

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut boleh jadi berupa sikap, minat atau nilai.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pembelajaran adalah sebuah proses dimana manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Studi Etnografi di SMP Alam Ar Ridho Semarang)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. apabila pengelolaan kelas di sekolah telah ditata dengan baik, maka diharapkan

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menjalani roda kehidupan, manusia selalu menginginkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengetahuan dasar matematika dan keterampilan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar, baik dalam penggunaan strategi, metode maupun model pembelajaran. agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana.

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. mereka untuk melanjutkan sekolah dan siswa berprestasi mempunyai. berbeda dengan siswa dari sekolah pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V. mengembangkan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar adalah motivasi siswa. Pintrich dan Schunk (2002) mengatakan bahwa motivasi memiliki peranan penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa, bagaimana, dan kapan siswa belajar. Bila siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi maka proses belajar dan perilaku siswa akan terarah untuk mencapai prestasi akademis yang diharapkan. Pentingnya motivasi juga dinyatakan oleh Djamarah (2002) yang mengatakan bahwa tanpa motivasi siswa tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Selain dalam hal belajar, kurangnya motivasi juga mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam meraih prestasi (Sumarni, 2005). Menurut McClelland dan Atkinson (dalam Djiwandono, 2002), motivasi yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah motivasi berprestasi. Penelitian oleh Budiardjo (1998) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memiliki prestasi akademis yang tinggi (Sukadji dkk, 2001). Penelitian lain juga mendukung pernyataan tersebut. Mulyani (2008) mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA. Siswa yang tidak memiliki motivasi berprestasi akan melalaikan pengerjaan tugas bila tidak ada konsekuensi yang nyata yang pada akhirnya menjadi kebiasaan buruk di kalangan siswa. 1

2 Motif berprestasi (achievement motives) merupakan salah satu motif yang diungkap oleh McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001). Menurutnya, manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai motif yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu motif afiliasi, motif berkuasa, dan motif berprestasi. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain (Sukadji dkk, 2001). Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi sebagaimana dijelaskan oleh McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001). Faktor pertama adalah harapan orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja keras untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian tugas. Berikut ini merupakan gambaran motivasi siswa dan harapan orang tua (komunikasi personal dengan seorang guru sekolah dasar di Medan, 12/09/2007): Motivasi itu sesuatu yang wajib ada di diri anak. Tapi, anak sering tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran karena kurangnya perhatian dari orang tua.. kadang, orang tua mengajak anak pergi padahal seharusnya anak itu belajar pada waktu malam hari dan orang tua juga menyuruh anak untuk menunda pekerjaan rumah mereka.. inilah yang membuat anak malas belajar, tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan mengantuk di kelas yang akhirnya membuat si anak tidak punya motivasi lagi. Padahal, kalau aja orang tua mau memberi perhatian dan dukungan, membiarkan anak belajar dengan tenang pada malam hari tanpa televisi, dan menyemangati anak supaya punya prestasi, saya yakin anak itu bisa menguasai pelajaran, bahkan meraih prestasi". Faktor kedua adalah pengalaman anak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Variasi tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri

3 seseorang dipelajari pada masa kanak-kanak awal melalui interaksi dengan orang tua maupun figur lain. Faktor ketiga adalah latar belakang budaya tempat anak dibesarkan. Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif, dan kompetitif, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi. Faktor keempat adalah peniruan tingkah laku (modelling) anak terhadap figur lain dan faktor terakhir adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung (Sukadji dkk, 2001). Kelas sebagai lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung merupakan suatu tempat yang unik, memiliki karakteristik sosial beragam serta karakteristik psikologis yang khas. Hal ini ternyata dapat berpengaruh dalam meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa (Brophy dan Good, 1986). Perasaan yang tercipta terhadap lingkungan kelas disebut iklim kelas (Eggen dan Kauchack, 2004). Iklim kelas yang positif dapat dicapai apabila guru mampu mengelola kelas dengan efektif (Parson, 2001). Pelaksanaan manajemen kelas menuntut guru melakukan beberapa hal agar dapat menciptakan dan memelihara kelas yang produktif dan efektif (Winataputra, 2002). Guru yang memiliki kemampuan melakukan manajemen kelas sanggup melibatkan seluruh siswa agar aktif dalam proses belajar mengajar, mengendalikan aktivitas siswa yang dapat mengganggu, serta mengatur waktu dalam proses belajar mengajar secara efisien sehingga kelas menjadi lingkungan yang kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar (Djiwandono, 2002). Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan

4 belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen dalam Hadis, 2006). Penyiapan bahan belajar mengacu pada persiapan guru dalam menguasai materi yang hendak ia ajarkan, termasuk persiapan mengenai bagaimana teknik atau metode penyampaian materi (Widyastono, 2006). Berikut adalah gambaran pentingnya penyiapan bahan belajar oleh guru (komunikasi personal dengan seorang guru sekolah dasar di Medan, 12/09/2007): guru itu harus punya persiapan sebelum mengajar di kelas, minimal dia membaca pelajaran itu sehari sebelumnya. Kalau guru itu tidak tahu apa lah yang akan diajarkannya pada si murid, dia akan sibuk membaca buku saat menerangkan. Nah, pada saat itu, siswa yang main-main, yang tidak serius belajar, tidak lagi bisa terawasi. Jadilah kelas itu ribut. Penyiapan sarana dan alat peraga mengacu pada kesiapan guru dalam menyiapkan alat peraga maupun berbagai kelengkapan yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Wahab, 2007). Pengaturan ruang belajar mengacu pada aspek fisik kelas (Eggen dan Kauchack, 2004). Guru harus dapat mengelola kelasnya agar menjadi tempat yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Berikut adalah gambaran pentingnya pengelolaan aspek fisik kelas dari sudut pandang seorang siswa (komunikasi personal,3/1/2008). Iya, Dede suka kelas Dede karena kelasnya ada kipas anginnya, kelasnya bersih, terus ga bising soalnya kami di lantai dua. Waktu kelas dua dulu, Dedek males ke sekolah, kelasnya sempit kali, terus gelap.

5 Mewujudkan situasi dan kondisi yang menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merujuk pada kemampuan guru dalam penegakan aturan di dalam kelas sebagai bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku siswa yang mengganggu (Arends, 2001). Selain itu, erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aspek terakhir adalah pengaturan waktu secara efektif dan efisien untuk belajar tanpa terganggu oleh perilaku siswa maupun guru itu sendiri. (Djiwandono, 2002). Manajemen kelas memiliki arti penting berkaitan dengan tujuan keberadaannya. Menurut Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen (dalam Hadis, 2006), tujuan manajemen kelas adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Tujuan kedua adalah menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya. Pengembangan manajemen kelas amat startegis karena langsung dapat membantu belajar siswa. Namun, manajemen kelas sebagai salah satu aspek penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sering diabaikan dalam berbagai kebijakan perbaikan pendidikan (Wahab, 2007).

6 Berikut ini adalah pemaparan salah seorang guru mengenai manajemen kelas (komunikasi personal, 12/09/2007): sebagai guru, kami menyadari bahwa kelas itu pasti harus dikelola. Untunglah kami ada di sekolah swasta yang bisa dibilang sudah tidak punya masalah dengan bagaimana mengelola kelas. Setiap akhir semester, kami mendapat pelatihan singkat tentang bagaimana meningkatkan kualitas kami sebagai guru, salah satunya ya cara mengelola kelas ini. Misalnya, bagaimana waktu ada anak yang ribut di kelas, harusnya diapakan.. ya, banyaklah. Ketika ditanya pendapat guru mengenai kebijakan pemerintah terhadap manajemen kelas, pendapat guru adalah: pemerintah saat ini terlalu sibuk dengan kurikulum, tapi malah mengabaikan hal lain, begitu. Sudah begitu, sebentar-sebentar kurikulum ganti. Ini kan bikin si guru itu sibuk mengejar-ngejar kurikulum, jadi kualitas dia sebagai guru itu gak dipentingkan lagi. Bisa jadi dia menguasai kurikulum yang paling baru, tapi dia gak diasahnya kemampuan lain. Bayangkanlah, ada guru pandainya entah kayak gimana, tapi gak bisa dia menyuruh siswanya untuk tidak ribut di kelas. Pelaksanaan manajemen kelas tidak terbatas pada tingkatan pendidikan tertentu. Sekolah dasar sebagai tingkat pendidikan formal paling awal merupakan tempat memberikan pendidikan sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi (KBBI, 2001). Sekolah dasar juga merupakan dasar dalam menanamkan nilai-nilai positif ke jenjang pendidikan lanjutan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh seorang guru melalui wawancara (12/09/2007): sekolah dasar itu penting..karena dia itu awal pendidikan lainnya, terutama masalah kedisiplinan. Jadi, apa-apa yang dibuat ke anak itu pada waktu dia di SD, akan terus dibawa nya itu hingga ke tingkat SMP, SMA terus sampai ke Perguruan Tinggi. Siswa pada usia sekolah dasar, menurut teori psikososial Erickson (dalam Lahey, 2004) termasuk pada tahapan industry vs inferiority. Siswa belajar untuk

7 memenuhi harapan yang dibuat oleh sekolah dan tanggung jawabnya di rumah. Apabila siswa atau anak tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan kepadanya, maka anak tersebut akan merasakan inferior. Eggen dan Kauchack (2004) mengungkapkan bahwa pada usia sekolah dasar, siswa memiliki karakteristik yang khas, yaitu: siswa bertambah mandiri, tetapi tetap menyukai perhatian dan kasih sayang guru, merespon pujian, pengakuan, insentif yang nyata (konkret) dengan baik, mengerti aturan dan mau menerima konsekuensi, dan senang berpartisipasi dalam proses pembuatan aturan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat motivasi berprestasi pada siswa kelas 5 sekolah dasar yang rata-rata berusia 10-12 tahun. Perkembangan kognitf anak pada usia ini menurut Piaget (dalam Santrock, 2004) tergolong ke dalam tahap operasional konkret (concrete operational stage). Pada tahap ini anak mulai dapat berpikir secara operasional dan logis dalam situasi konkret, anak juga mampu mengklasifikasi dan membagi objek ke dalam kumpulan tertentu berdasarkan hubungannya. Berdasarkan uraian mengenai motivasi berprestasi dan manajemen kelas di atas, peneliti ingin melihat apakah manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa di tingkatan sekolah dasar. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang ditelili pada penelitian ini adalah apakah manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa.

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi siswa. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan sekaligus memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian lanjutan di masa yang akan datang. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca, guru, orang tua maupun kalangan pendidik lainnya dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa berkaitan dengan manajemen kelas. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

9 BAB II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan manajemen kelas dan motivasi berprestasi siswa. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data. BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data Penelitian Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan juga membahas data-data penelitian ditinjau dari teori yang relevan. BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi hasil penelitian, serta saran-saran yang diperlukan baik untuk penyempurnaan penelitian atau untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.