BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Kelamin Status Janda Janda Janda menikah Menikah menikah Anak ke 1/1 1/5 4/4 7/12 1/7 1/2 dari bersaudara Anggota 4 4 8 4 2 4 keluarga (anak) Alamat Jakarta Tangerang Jakarta Tangerang Tangerang Tangerang Pekerjaan Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu Rumah Pekerja Pensiun Pekerja Tangga Tangga Tangga Pendidikan SD SD Keterampilan STM SMP SMP putri Pertanian Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Tabel 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian 4.2 Gambaran dan analisa subjek S 4.2.1 strategi coping obesrvasi pada subyek Saat subyek menjaga cucunya saat orang tuanya bekerja yaitu bapak bekerja sebagai sales dan ibu bekerja sebagai karyawan. Karena mempunyai
kantor yang disiplin sehingga ibunya harus berangkat pagi yang menyebabkan ibunya tidak bisa memandikan dan memberikan makan kepada anak-anak sehingga harus di gantikan oleh subyek yang memberikan makan, memandikan. Walaupun terkadang ayahnya masih suka ada di rumah. Cucunya les privat di dekat rumah subyek dari jam 08.00-10.00 wib. Ketika cucunya pulang dari les privat suka minta makan nasi kepada subyek. Walaupun cucunya yang pertama di jaga oleh orang tua dari istrinya yang tinggal di rumah subyek, namun cucu yang kedua tetap subyek yang jaga. Setelah cucunya pergi ke sekolah diantar oleh nenek dan ayah. Subyek hanya berdua bersama cucunya di rumah.waktu siang hari selesai solat dzuhur subyek beristirahat didepan televisi cucu yang kedua mengikuti subyek tiduran di depan televisi lama kelamaan subyek dan cucu sama-sama tidur siang. Selesai solat ashar dua cucunya bermain sepeda mengelilingi komplek rumah subyek, supaya tidak terjadi apa-apa subyek menjaga cucu dan subyek berkata hati-hati mainnya jangan jauh-jauh. Subyek mempunyai sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumah subyek. Rumah tersebut tidak ditempati oleh subyek melainkan untuk di kontrakan. Dalam menjalankan tidak semulus yang di duga, ternyata di dalam mengontrakan rumah ada kendala seperti merenovasi rumah. Subyek harus mencari uang untuk merenovasi dengan memanggil semua anak-anak. Akhirnya anak yang pertama bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil membantu meminjam uang dari kantornya. Jadi subyek strategi coping berorientasi pada emotional focused coping (mengontrol diri atau self control).
4.2.2 Strategi coping wawancara Subjek S Dari kesehatan subyek mempunyai penyakit darah tinggi sehingga subyek tidak boleh banyak pikiran. Tetapi yang namanya hidup tidak mungkin apabila tidak ada masalah. masalah yang dihadapi subyek adalah masalah ekonomi sebab sekarang subyek tidak tinggal sendiri lagi melainkan ada anak yang keempat dan ibu dari orang tua istri (besan) tinggal bersama dirinya sehingga subyek harus mengeluarkan uang tambahan walaupun anak dan menantunya sama-sama bekerja. Dalam menghidupi sehari-hari subyek mendapatkan uang dari pensiun yang diberikan sebulan sekali. Walaupun subyek tidak minta uang kepada anakanaknya dengan sadar diri anak-anak memberi uang bulanan kepada subyek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak banyak yang penting bisa membahagiakan. Selain uang subyek suka di kasih barang atau oleh-oleh dari anak yang kedua sebab anak yang kedua suka di tugaskan ke luar kota oleh kantornya. Jadi subyek strategi coping berorientasi pada emotional focused coping self control (mengontrol diri atau self control). 4.3 Gambaran dan Analisa Subjek S.R 4.3.1 Strategi coping observasi pada subyek Subyek tinggal bersama dua orang cucunya yang berjenis kelamin perempuan, subyek sendiri termasuk orang tidak suka dengan kotor apabila ada yang kotor subyek langsung membersihkan rumahnya. Namun dua orang cucunya
memelihara kucing yang menyebabkan subyek harus mau memelihara dan merawat kucing tersebut. Subyek meminjamkan uang dengan tetangga sejumlah Rp 100.000 walaupun tidak banyak tetapi dengan uang yang di pinjamkan subyek bisa buat belanja. Tetangga itu bilang akan dibalikin uangnya secepatnya apabila sudah punya uang. Akhirnya subjek menagih utang dengan dua orang tetangganya tersebut sebab utangnya sudah lama tidak dibayar. Ketika di tagih tetangga sifat yang berbeda, salah satu tetangga mempunyai sifat menghindar apabila di tagih utangnya atau banyak alasan sedangkan tetangga satunya lagi mempunyai sifat yang harus di tagih baru bayar. Subyek yang mempunyai sifat yang sabar dan tidak banyak omong dan tidak enakkan sama orang mau tidak mau subyek harus berani menagih ke tetangganya tersebut. Jadi subyek berorientasi pada emotional focused coping (self control atau mengontrol diri). 4.3.2 Strategi coping wawancara pada subyek Subyek dapat bersosialisasi di tempat tinggal yang baru, sebab subyek sebelum tinggal di Tangerang, subyek tinggal di Jakarta. Hubungan subyek dengan tetangga baik tidak ada masalah, dapat mengikuti acara seperti pengajian, arisan yang di adakan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu kegiatan subyek selalu mengikuti terapi J.M Medical setiap pagi. Sewaktu masih kerja subyek mempunyai penyakit jantung dan harus minum obat. Semenjak mengikuti terapi tersebut penyakit jantung tidak kambuh kembali.
Sewaktu subyek harus menerima salah satu anaknya harus pindah agama mengikuti suaminya. Subyek tidak bisa berbuat apa-apa karena itu sudah menjadi keputusan anaknya yang penting subyek mendoakan anaknya yang terbaik. Selain itu subyek apabila kepikiran sama alm. suami subyek hanya bisa solat dan berdoa (mengirimkan doa). Dalam melihat strategi copingnya yang sering dilakukan subjek adalah emosional focused coping (mengontrol diri atau self control). 4.4 Gambaran dan Analisa Subjek E.N 4.4.1 Strategi coping observasi pada subyek Saat anak subyek marah-marah dan perhitungan sesama saudara dan orang tuanya sendiri. Ketika anaknya sedang marah subyek pergi kerumah anaknya yang pertama menggunakan becak langganannya, rumah subyek dengan rumah anaknya yang pertama tidak jauh. Subyek membawa makanan dari rumah subyek ke rumah anaknya hanya untuk minta di panassin. Selain kerumah anaknya subyek pergi kerumah temannya untuk melayat. Subyek di ajak oleh anaknya yang pertama untuk melihat rumah barunya karena anaknya mau pindah. Jadi subyek berorientasi pada emotional focused coping (self control atau mengontrol diri). 4.4.2 Strategi coping wawancara pada subyek Saat subyek masih muda, subyek termasuk orang yang aktif dalam berbagai kegiatan senam, arisan dan pengajian. Bahkan subyek semasa muda jalan-jalan ke mall bersama teman-temannya dan pulangnya menggunakan taksi. Tetapi dengan usia yang sekarang subyek sudah tidak bisa untuk melakukan
olahraga karena pinggangnya yang sudah tidak kuat bahkan untuk duduk dibawah sudah tidak kuat lagi. Acara arisan subyek masih di percaya sebagai bendahara. Subyek mengalami penyakit katarak di kedua matanya, antara mata satu dengan mata yang satunya lagi tidak jauh berbeda jarak ketika operasi walaupun subyek tahu kalau itu tidak boleh. Hubungan subyek dengan tetangga baik, bahkan subyek suka keluar untuk berbelanja sayuran. Subyek dengan alm. suami termasuk orang yang diam sehingga apabila anak-anaknya bermasalah subyek dengan alm. suami hanya menasehati dan mengajak diskusi. Subyek termasuk orang yang tidak banyak bicara. Subyek menyerahkan semua kepada allah swt karena subjek yakin roda akan berputar, hukum karma berlaku dan saat ini hanya bisa melihat tingkah lakunya, karena subyek mengatakan sama-sama mempunyai anak, sama-sama mendidik anak, nanti juga tau gimana rasanya apabila dia berada di posisi aku. Strategi atau perilaku coping subjek berorientasi pada emotional focused coping (self control atau mengontrol diri). 4.5 Gambaran dan analisa subjek N 4.5.1 Strategi coping observasi pada subyek Terlihat saat subyek menjadi religius seperti subyek bekerja di kantin masih menyempatkan waktunya untuk melaksanakan solat dzuhur. Selain itu setelah subyek pensiun, diberi amanah oleh pihak yayasan sekolah untuk menempati ruko yang ada di kantin tersebut untuk berjualan. Jadi strategi coping berorientasi pada
emotional focused coping (penilaian kembali secara positif atau positive reappraisal). 4.5.2 Strategi coping wawancara pada subyek Subyek masih sekolah ia harus mencari uang untuk membiayai sekolah karena orang tuanya bekerja sebagai petani. Dengan usia yang tidak lagi muda subyek menyadari harus banyak istigfar atau berzikir, dan solat agar perasaan tenang dan tidak gampang emosi. Ketika pensiun subyek diberikan amanah oleh saudara dalam pembuatan kantin sekolah yang baru. Subyek masih ada hubungan keluarga dengan pemilik sekolah. Ketika sudah jadi subyek hanya membuka satu toko yaitu koperasi. Lama kelamaan subyek membuka toko lagi di bagian depan yang menjual makanan dan minuman ringan. Bahkan subyek pernah bilang saya masih ada kerjaan teman-teman saya yang sudah pensiun merasa bosan di rumah karena tidak bekerja. Strategi coping yang subyek pilih berorientasi pada emosional focused coping, (possitive reappraisal atau penilaian kembali secara positif). 4.6 Gambaran dan analisa pada subyek S 4.6.1 Strategi coping observasi pada subyek Setelah pensiun keadaan subyek berubah seperti perubahan ekonomi dan menurunnya kesehatan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari subyek mengandalkan uang pensiun dan membuka usaha pulsa di halaman rumah subyek. Keadaan subyek yang sakit, sang istri menggantikan subyek untuk mencari
nafkah sebagai buruh cuci. Jadi strategi coping pada subyek berorientasi pada emotional focused coping (menerima tanggung jawab atau accepting responsibility). 4.6.2 Strategi coping wawancara pada subyek Sebelum pensiun subyek bekerja di kantor pajak mengikuti pakde selama enam tahun. Masa itu subyek tidak mendapatkan gaji pokok melainkan gaji honorer. Semenjak pensiun, subyek sadar dirinya sudah tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada keluarga kecuali dari pensiun yang diberikan setiap sebulan sekali. Semenjak subyek sakit dan pensiun keadaan berubah sehingga untuk mencari nafkah yaitu istri dengan bekerja menjadi buruh cuci pakaian. Saat subyek bertengkar kepada anak untuk bercerai, karena subyek melihat pernikahan anak perempuan tidak bisa dipertahankan, sebab suaminya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Jadi strategi coping pada subyek berorientasi pada emotional focused coping (menerima tanggung jawab atau accepting responsibility). 4.7 Gambaran dan analisa subyek J 4.7.1 Strategi coping observasi pada subyek Terlihat saat subyek melaksanakan sebagai sekretaris RT periode 2014-2019. dimana lampu penerangan jalan ada yang putus dan harus diganti lampunya. Subyek meminjam tangga di salah satu tetangga dan menggantikan lampu yang putus dengan lampu yang baru. Sebelum menjadi sekretaris, subyek pernah terpilih menjadi ketua RT. Pulang dari kerja subyek mengajak cucunya
bermain, jalan-jalan menggunakan sepeda. Jadi strategi coping berorientasi pada emotional focused coping (self control atau mengontrol diri). 4.7.2 Strategi coping wawancara pada subyek Strategi coping yang dilakukan subjek berorientasi pada emotional focused coping (self control atau mengontrol diri), tidak mudah marah terlihat saat subyek bertengkar dengan istri, mengharuskan subjek untuk mengalah sesaat dan menunggu sampai emosi istri tenang, stabil. Apabila sudah tenang subyek baru berdiskusi dengan sang istri dimana letak kesalahannya. Hubungan subyek dengan tetangga baik, harmonis seperti berkumpul bersama warga didepan rumahnya sambil bermain catur. Dengan usia yang tidak lagi muda subyek mengaku kesehatan mengalami penurunan seperti tidak bisa mengangkat yang berat-berat. Dengan dukungan keluarga seperti istri, anak dan menantu subyek bisa mengubah ekonomi.