BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau tingkah laku. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi kebutuhan gizi mereka. Kecukupan gizi diperoleh dari makanan yang mereka konsumsi. Remaja sudah dapat menentukan sendiri makanan yang akan dikonsumsi. Makanan yang mereka pilih dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kebiasaan makan keluarga, teman sebaya, pengaruh iklan atau media dan ketersediaan makanan (Adriana dan Bambang, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kelly, et. al. (2008), estimasi jumlah orang dewasa di dunia yang mengalami overweight dan obesitas pada tahun 2005 adalah 937 juta and 396 juta. Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah dewasa yang mengalami overweight dan obesitas menjadi 1,35 milyar dan 573 juta orang. Tidak hanya di dunia, permasalahan overweight dan obesitas pun terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Di Indoneisa, angka terjadinya kasus overweight dan obesitas pada remaja semakin tinggi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (2013), pada remaja usia 16-18 tahun yang memiliki status gizi gemuk meningkat dari 1,4% pada tahun 2010 menjadi 7,3% pada tahun 2013. Provinsi yang memiliki prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta yaitu sebesar 4,2%. Daerah Istimewa 1

Yogyakarta adalah salah satu dari lima belas provinsi yang memiliki prevalensi gemuk di atas prevalensi nasional. Obesitas yang terjadi pada remaja akan menimbulkan masalah kesehatan seperti penurunan fungsi kognitif, gangguan psikologi, perubahan masa pubertas, dan faktor risiko penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, resistensi insulin, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke serta kematian (Yu, 2012). Berdasarkan penelitian Sinha (2002), diketahui bahwa sebanyak 21% dari 112 remaja obesitas usia 11-18 tahun mengalami intoleransi glukosa, dan sebanyak 4% remaja obesitas mengalami diabetes melitus tipe 2 yang tersembunyi (silent diabetus mellitus type 2). Jika tidak segera ditangani, maka peningkatan kasus obesitas maupun dampak yang ditimbulkan akan terus meningkat. Pada level individu, pengawasan diri terhadap asupan makan diidentifikasi sebagai cara yang paling efektif dalam mengontrol berat badan. Pola makan yang menyebabkan kegemukan dan obesitas adalah mengonsumsi makan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat dan rendah serat (Kemenkes RI, 2012). Penelitian Rosiyani (2011) menunjukkan bahwa pola makan berdensitas tinggi merupakan faktor kegemukan dan obesitas di SMAN 68 Jakarta Pusat. Persentase konsumsi makanan/ minuman manis 1 kali dalam sehari berdasarkan data Riskesdas (2013) secara nasional sebesar 53,1 persen dan di DI Yogyakarta sebesar 69,2 persen. Persentase konsumsi makanan berlemak usia 10 tahun di Indonesia adalah sebesar 40,7 persen. Persentase di DI Yogyakarta lebih tinggi 10 persen yaitu 50,7 persen. Sedangkan persentase konsumsi sayur dan buah pada usia 10 2

tahun di DI Yogyakarta lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nasional Indonesia maupun persentase konsumsi pada tahun 2007. data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi makanan/ minuman manis dan berlemak DI Yogyakarta tinggi, sedangkan konsumsi sayuran dan buah rendah. Perilaku makan yang dapat menyebabkan kegemukan inilah yang perlu diperbaiki sebagai upaya penanganan obesitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang dengan didahului oleh proses peningkatan pengetahuan dan sikap. Peningkatan pengetahuan dan sikap ini penting karena sebelum tahapan perubahan perilaku, terlebih dulu terjadi perubahan pengetahuan dan sikap. Ketidaktahuan seseorang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan makanan. Keberhasilan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang dipengaruhi salah satunya oleh metode yang digunakan dalam penyampaian pesan. Pemilihan metode harus mempertimbangkan tujuan, sasaran, situasi, petugas, sarana dan biaya (Notoatmodjo, 2010). Metode ceramah merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang murah, tidak banyak memerlukan alat bantu dan cocok untuk berbagai jenis peserta (Supariasa, 2012). Hasil penelitian Norman (2012) menunjukkan bahwa metode ceramah dapat meningkatkan kepatuhan seseorang dalam melaksanakan pesan yang disampaikan. Namun, pemberian penyuluhan yang hanya satu kali saja seringkali tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal karena hanya terjadi peningkatan 3

pengetahuan dan sikap, tetapi belum mengubah perilaku seseorang secara konsisten. Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan lanjutan menggunakan media yang sama ataupun berbeda sebagai reminder atau pengingat. Salah satu media yang sedang tren adalah teknologi smartphone karena dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dengan media slide kemudian dilakukan penyuluhan lanjutan dengan media teknologi smartphone diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang dengan jangka waktu yang lama. Beberapa hasil penelitian membuktikan manfaat teknologi smartphone dalam peningkatan kesehatan seperti penanganan obesitas. Hasil penelitian Joon (2007) berupa penggunaan short message serving (SMS) sebagai selfreminder terhadap program penurunan berat badan antara lain sebanyak 47% subjek berhasil dalam program penurunan berat badan dan 2/3 dari subjek berhasil melakukan penurunan lingkar pinggang. Dari hasil penelitiannya, Joon menyimpulkan bahwa sms dapat menjadi metode yang efektif dalam program penurunan berat badan. Penelitian serupa telah banyak dilakukan di negara, tetapi belum pernah dilakukan di Indonesia khususnya Kota Yogyakarta. Berangkat dari masalah perlunya penyuluhan yang bersifat berkelanjutan di samping metode ceramah sebagai salah satu metode dalam penanganan obesitas pada remaja terkait perubahan pola makan, serta tren pemanfaatan teknologi smartphone, peneliti ingin melakukan penelitian berupa penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap perubahan pola makan pada remaja SMA dengan status gizi lebih di Kota Yogyakarta. 4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu 1. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang obesitas dan pola makan seimbang remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta? 2. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat meningkatkan sikap dalam penerapan pola makan seimbang remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta? 3. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat menurunkan asupan energi dan lemak serta meningkatkan asupan serat remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta? 4. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat menurunkan jumlah konsumsi gula dan gorengan serta meningkatkan jumlah konsumsi sayuran dan buah remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini terdiri atas dua tujuan, yaitu: 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sosial media sebagai media penyuluhan terhadap perubahan pola makan pada remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pola makan remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta 5

b. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap pengetahuan remaja SMA gizi lebih tentang obesitas dan pola makan seimbang di Kota Yogyakarta c. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap sikap remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta dalam penerapan pola makan seimbang d. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap asupan energi, lemak dan serat remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta e. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap jumlah konsumsi gula, gorengan, sayuran dan buah remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti a. Menambah informasi ilmu pengetahuan di bidang kesehatan b. Mempraktikkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang penelitian terkait gizi lebih pada remaja SMA 2. Bagi responden a. Menambah pengetahuan tentang pola makan seimbang b. Menambah informasi tentang cara penanganan gizi lebih pada remaja c. Secara tidak langsung membantu mengontrol berat badan 3. Bagi pembaca a. Menambah informasi tentang penanganan overweight/obesitas pada remaja 6

b. Menambah informasi tentang manfaat media sosial sebagai media penyuluhan terhadap perubahan pola makan 4. Bagi pihak sekolah a. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang penanganan obesitas terkait pola makan b. Membantu meningkatkan status kesehatan siswa/ murid 5. Bagi ahli gizi Menambah alternatif baru dalam pelayanan gizi terkait gizi lebih E. Keaslian Penelitian 1. M, Wharton C., et. al. (2014) Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan manfaat dari penggunaan aplikasi handphone yang sedang tren dengan metode konseling sederhana dalam menurunkan berat badan. Tempat penelitian ini adalah di Arizona State University, Amerika. Responden penelitian ini berjumlah 57 orang dengan usia responden antara 18-65 tahun, dan BMI antara 25-45 kg/m 2. Selama 8 minggu, responden diminta untuk menggunakan salah satu metode dari 3 metode, yaitu metode aplikasi Lose It, metode dengan menggunakan memo yang dicantumkan di handphone, atau dengan metode kertas dan pensil (dicatat secara manual). Hasil penelitian ini adalah aplikasi di smartphone Lose It dapat digunakan sebagai metode self-monitoring yang lebih efektif. Persamaan : sama-sama meneliti pengaruh penggunaan aplikasi smartphone (variabel bebas) Perbedaan : lokasi penelitian, karakteristik (usia) responden, variabel terikat. 7

2. Turner-McGrievy G.M., et. al. (2013) Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemantuan diet dan aktivitas fisik individu (mobile app, website or paper journal) dengan perilaku makan dan aktivitas fisik. Responden penelitian ini adalah lakilaki dan perempuan usia 18-60 tahun berjumlah 96 orang yang memiliki indeks massa tubuh 25-45 kg/m 2. Pengelompokkan responden didasarkan atas pilihan responden terhadap jenis self-monitoring. Responden kemudian diberikan intervensi perilaku penurunan berat badan via podcast, dan diminta untuk melakukan self-monitoring selama 6 bulan. Hasil penelitian ini adalah pemantauan aktivitas fisik menggunakan aplikasi lebih banyak data pelaporannya dibandingkan dengan yang tidak menggunakan aplikasi; penurunan BMI pada pemantauan aktivitas fisik menggunakan aplikasi lebih signifikan dibandingkan dengan yang tidak menggunakan aplikasi dan penurunan konsumsi energi lebih tinggi pada pengguna aplikasi dibandingkan pengguna paper journal. Persamaan : sama-sama meneliti pengaruh penggunaan aplikasi samrtphone terhadap perilaku makan (variabel bebas, variabel terikat) Perbedaan : lama intervensi, karakteristik responden (usia), lokasi penelitian 3. Carter, et. al. (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan dan kelayakan hasil dari intervensi manajemen pemantuan berat badan menggunakan aplikasi smartphone dibandingkan dengan website dan catatan harian. Responden penelitian ini berjumlah 128 orang berusia 18 hingga 65 tahun 8

dengan indeks massa tubuh 27 kg/m 2 ; direkrut dengan cara email, intranet, surat kabar dan poster. Jenis penelitian ini adalah randomized controlled trial atau RCT. Responden dibagi menjadi tiga kelompok yaitu aplikasi smartphone (My Meal Mate/ MMM), website (Weight Loss Resources) dan catatan harian. Intervensi dilakukan selama 6 bulan tanpa intervensi tambahan dari tim peneliti. Selama intervensi, pertemuan tatap muka dengan peneliti dilakukan pada awal intervensi, minggu ke 6 dan bulan ke 6 untuk dilakukan pengukuran antropometri dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian adalah trial retention paling tinggi yaitu 40/43 (93%), kepatuhan terhadap rekaman diet lebih tinggi pada kelompok aplikasi smartphone dengan rata-rata 92 hari, perubahan berat badan paling tinggi pada kelompok aplikasi smartphone yaitu -4,6; perubahan BMI paling tinggi pada kelompok aplikasi smartphone yaitu -1,6kg/m 2, dan perubahan lemak tubuh paling tinggi pada kelompok aplikasi smartphone yaitu -1,3%. Persamaan Perbedaan : variabel bebas :variabel terikat (penurunan berat badan), lokasi penelitian, karakteristik responden (usia) 4. Allen (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan, penerimaan dan keberhasilan dari intervensi perilaku menggunakan teknologi smartphone. Intervensi diberikan kepada 68 orang dewasa di Amerika (usia 21-65 tahun) obesitas selama 6 bulan. Terdapat 4 kelompok intervensi yaitu intervensi 1) konsultasi yang intensif, 2) intervensi konsultasi intensif ditambah dengan aplikasi smartphone, 3) intervensi konsultasi yang 9

kurang ditambah dengan aplikasi smarthphone, serta 4) intervensi hanya aplikasi smartphone. Hasilnya adalah penurunan berat badan pada kelompok 2 dan 3 lebih banyak dibandingkan kelompok lain yaitu sebanyak 5,4 kg dan 3,3 kg. Persamaan Perbedaan : variabel bebas : karakteristik responden (usia), lokasi penelitian, variabel terikat (penurunan berat badan) 10