BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sehingga apabila kehilangan gigi akan memilih menggunakan gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

2.2.1 Klarifikasi Istilah (Step 1) Semua isitilah dimengerti pada skenario sehingga tidak terdapapat isitilah yang harus diklarifikasi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan penurunan kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus secara

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

PELAKSANA PENELITIAN : ARIYANI, DRG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain dan diperkirakan pada dua dekade abad 21 mengalami aged population boom,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan pasien merupakan konsep multidimensi. Dimensi kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. petunjuk tentang ksehatan umum seseorang. Kesehatan rongga mulut dapat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada saluran pencernaan disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon,

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dengan sangat cepat pada negara industri. Weintraub dan Burt

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

TINGKAT KEPUASAN PASIEN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan gigi dan mulut masih banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar 4,6 yang berarti terdapat setidaknya empat gigi yang bermasalah pada setiap penduduk. Diantara tiga indikator yang diperhatikan pada indeks DMF-T, kehilangan gigi merupakan yang paling tinggi nilainya, dengan jumlah gigi permanen yang dicabut atau berupa sisa akar rata-rata adalah tiga gigi per penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masalah gigi terbesar yang dialami penduduk Indonesia adalah kehilangan gigi. 1 Kehilangan gigi merupakan akibat dari berbagai faktor yang berhubungan dengan kesehatan, gaya hidup dan sosiodemografi. Penyakit yang berhubungan dengan kehilangan gigi adalah karies dan penyakit periodontal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi kedua penyakit tersebut juga sangat tinggi di dunia, yaitu hampir seluruh orang dewasa mengalami karies dan 15 20% mengalami penyakit periodontal. 2,3 Kehilangan gigi dapat mengurangi kualitas hidup, yang berhubungan dengan kesehatan umum yang buruk, serta merupakan hasil akhir dari penyakit pada rongga mulut. Kehilangan gigi dapat menjadi gambaran sikap yang terjalin antara 1

2 pasien dengan dokter gigi, hubungan pasien dengan dokter gigi, adanya rasa kepedulian, dan merupakan filosofi yang secara umum berkaitan dengan kepedulian ketika suatu hal yang tidak diinginkan terjadi dan individu tersebut mempunyai rasa peduli untuk mencegah hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi. 4 Kehilangan gigi yang tidak diganti dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi, gangguan pada sendi temporomandibula (TMJ), gangguan fonetik, migrasi dan rotasi gigi sebelahnya, ekstrusi gigi antagonis, beban berlebih pada jaringan pendukung, gangguan sistemik, penurunan kualitas hidup dan mengganggu penampilan atau estetik. Keadaan ini menyebabkan penggunaan gigi tiruan sangat diperlukan apabila seseorang telah kehilangan giginya, namun kehilangan gigi tidak mendorong masyarakat untuk mengganti gigi yang sudah hilang dengan segera, karena sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa mencabut gigi atau kehilangan gigi akan menyelesaikan semua masalah tanpa harus menggantinya, terutama bila kehilangan gigi tersebut tidak mengganggu penampilan, fungsi bicara ataupun mastikasi. Kecilnya prevalensi pengguna gigi tiruan dipengaruhi beberapa faktor, seperti biaya pembuatan gigi tiruan yang mahal, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan gigi tiruan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemakaian gigi tiruan dan kurangnya tenaga kesehatan gigi. 5,10 Institusi-institusi tertentu menetapkan persyaratan kelengkapan jumlah gigi dalam sistem penerimaan tenaga kerja, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). Salah satu persyaratan

3 sebelum diterima menjadi anggota POLRI adalah melakukan tes kesehatan dan salah satunya adalah kesehatan gigi. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut bagi calon anggota POLRI berada pada urutan ke 13 dari 14 standar kesehatan wajib yang harus dilakukan oleh calon anggota POLRI. 11,19 Anggota POLRI merupakan individu yang selalu berkomunikasi dengan masyarakat sesuai dengan salah satu tugasnya yaitu memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan pada masyarakat, sehingga keadaan tersebut dapat menggambarkan bahwa gigi merupakan hal yang penting. Gigi geligi memiliki peranan penting dalam proses bicara. Penelitian Hugo dkk tahun 2007 menunjukkan adanya kesulitan berbicara pada subjek yang telah kehilangan gigi. Melalui bantuan bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi geligi dihasilkan beberapa huruf tertentu, seperti huruf d, n, l, j, t, s, z, x, th, ch, dan sh yang merupakan huruf konsonan, sedangkan huruf yang dibentuk melalui kontak gigi geligi dan bibir yaitu f dan v. Individu yang mengalami kehilangan gigi akan kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf tersebut, sehingga akan mengganggu proses bicara dan komunikasi dengan orang lain. 6 Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan bahwa seorang anggota POLRI harus sehat jasmani dan rohani. Keadaan kehilangan gigi diketahui dapat menyebabkan dampak sistemik seperti penyakit kardiovaskular, kanker gastrointestinal, dan stroke. Penyakit-penyakit di atas terjadi karena ketidakcukupan nutrisi akibat ketidakmampuan dalam mengunyah makanan. Sistem pengunyahan adalah suatu unit fungsional yang terdiri dari gigi, jaringan

4 pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibula, otot-otot, termasuk bibir, pipi, lidah, palatum, sekresi saliva, sistem peredaran darah, dan persyarafan. Gigi anterior berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan gigi posterior berfungsi untuk mengunyah atau menghaluskan makanan. Menurut penelitian Yoshihara dkk pada tahun 2005, ditemukan adanya penurunan pola asupan nutrisi, seperti mineral dan vitamin pada orang yang telah mengalami kehilangan gigi atau memiliki jumlah gigi yang sedikit akibat menurunnya kemampuan mengunyah. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kesehatan umum dan kualitas hidup pada anggota POLRI sehingga akan mengganggu produktifitas kerjanya seharihari, terutama pada tugas POLRI sendiri sebagai alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 7,8,11 Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis melalui wawancara dengan 20 anggota POLRI di Kepolisian Resor (POLRES) Kota Cimahi, terdapat 16 orang yang belum memahami pentingnya menggantikan gigi asli yang sudah hilang. Data dari RS Bhayangkara Sartika Asih yang merupakan penanggung jawab POLRES Kota Cimahi menunjukkan bahwa anggota POLRI yang melakukan pencabutan gigi selama bulan April dan Mei 2016 adalah 162 orang, sedangkan yang membuat gigi tiruan hanya delapan orang. Melihat fenomena tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota POLRI terhadap kehilangan gigi di POLRES Kota Cimahi.

5 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana gambaran pengetahuan anggota POLRI terhadap kehilangan gigi di POLRES Kota Cimahi. 2. Bagaimana gambaran sikap anggota POLRI terhadap kehilangan gigi di POLRES Kota Cimahi. 3. Bagaimana gambaran perilaku anggota POLRI terhadap kehilangan gigi di POLRES Kota Cimahi. 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah anggota POLRI di POLRES Kota Cimahi mengetahui dampak kehilangan gigi dan pentingnya penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang, dimana tidak hanya dilakukan pada saat penerimaan anggota POLRI saja. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota POLRI terhadap kehilangan gigi di POLRES Kota Cimahi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota POLRI terhadap kehilangan gigi di

6 POLRES Kota Cimahi serta pentingnya penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang untuk meningkatkan kualitas hidup. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, serta memberikan informasi kepada anggota POLRES Kota Cimahi tentang dampak kehilangan gigi dan pentingnya penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang. 1.5 Kerangka Pemikiran Pengetahuan adalah hasil mengetahui, yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan tersebut dapat melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, dan manifestasi sikap tersebut tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Perilaku manusia pada hakekatnya merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan lain sebagainya. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang

7 berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. 14 Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut diperoleh melalui proses kognitif yang kompleks. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan mulut dan status kesehatan mulut yang lebih baik. Sikap merupakan suatu pengetahuan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Perilaku adalah tingkat pengetahuan yang berbaur dengan sikap dan dimiliki oleh kontrol pribadi seseorang. 29 Kesehatan rongga mulut merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kehilangan gigi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, yang dapat disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal. Kehilangan gigi baik sebagian maupun seluruhnya merupakan indikator kesehatan rongga mulut pada sebuah populasi. Kehilangan gigi juga dapat menjadi gambaran tingkat keberhasilan pada tindakan preventif dan kuratif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan contohnya dokter gigi. Beberapa penelitian yang dikaitkan dengan kehilangan gigi menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehilangan gigi, yaitu perilaku, kebiasaan, karakteristik dari sistem kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan gigi, sosio-demografi, dan status ekonomi. 15,16 Kurangnya perhatian akan kebersihan gigi dan mulut dapat menyebabkan karies dan penyakit periodontal yang merupakan penyebab utama kehilangan satu,

8 beberapa atau seluruh gigi apabila tidak dilakukan perawatan yang pada akhirnya membutuhkan gigi tiruan untuk menggantikannya. Dampak estetik dari kehilangan gigi sebenarnya lebih diperhatikan daripada dampak dari gangguan fungsional dari kehilangan gigi, terutama pada gigi yang terlihat contohnya gigi anterior. Hal tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan individu dengan kehilangan gigi ingin melakukan perawatan prostetik pada dokter gigi. 5,7 Gigi tiruan merupakan penggantian gigi asli dengan gigi buatan atau tiruan pada kasus kehilangan gigi dan jaringan di sekitarnya. Jenis gigi tiruan dibagi menjadi tiga, yaitu gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan maksilofasial. Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang disementasi, dilekatkan secara mekanis atau ditahan oleh gigi asli, akar gigi, atau implan yang memberikan dukungan utama pada gigi tiruan. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi pada lengkung rahang yang kehilangan sebagian gigi dan gigi tiruan tersebut dapat dipasang dan dilepaskan dari rongga mulut. Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi yang telah hilang dan struktur maksila dan mandibula. Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah untuk memperbaiki estetik, mengembalikan fungsi mastikasi, memperbaiki fonetik, meningkatkan rasa percaya diri dan mempertahankan kesehatan jaringan lunak dalam rongga mulut. 5,18 Kehilangan gigi merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam tes kesehatan calon anggota POLRI, dan untuk anggota POLRI yang sudah bertugas sangat penting untuk tetap menjaga kesehatan rongga mulut,

9 mempertahankan retensi gigi yang masih ada dan mengganti gigi yang hilang dengan gigi tiruan untuk mencegah dampak buruk yang disebabkan oleh kehilangan gigi yang tidak direstorasi atau diganti, seperti menurunnya rasa percaya diri, kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat dan gizi yang mulai menurun yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Karena seorang anggota POLRI diharuskan untuk sehat jasmani dan rohani, sehingga setiap keadaan yang dapat mengganggu produktifitas kerjanya haruslah segera ditangani, baik dengan melakukan tindakan preventif maupun kuratif. 11,19 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran suatu keadaan dalam populasi tertentu. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di POLRES Kota Cimahi pada bulan Januari 2017 sampai seluruh data penelitian yang dibutuhkan terkumpul.